Btw, Dingin banget disini.
Happy reading....
...
Pagi ini Eisha sudah bisa berangkat ke sekolah lagi setelah dua hari yang lalu ia diperbolehkan pulang ke rumah. Benar, dua hari berikutnya Darren masih belum mengizinkan anaknya masuk ke sekolah.
Dan meski sudah beberapa hari berlalu, namun kejadian saat Zevan menjenguknya di rumah sakit masih saja terngiang di otaknya.
Seperti video yang terus diputar tanpa henti.
Kini senyum manis gadis itu terus terpatri.
Ironisnya, disaat melamunkan kebahagiaanya, pasti ada saja makhluk yang menganggunya. Spesies langka berinisial P, siapa lagi jika bukan Pasha.
"Hei!"
Eisha yang sedang menuruni anak tangga menoleh ke abangnya.
"Apa?"
Pasha tak menjawabnya.
Eisha hanya mendengus, lalu melanjutkankan langkahnya.
"Hei!"
"Apa sih, Bang?"
Pasha diam lagi. Membuat Eisha kesal.
Eisha pun mempercepat langkahnya.
"Hei!"
"Apas--"
"Tayo!"
"Hahahahaha." Pasha tertawa setelah berhasil menggoda adiknya. Pria itu menoel pipi Eisha kemudian berlari cepat mendahului Eisha yang sudah kepalang kesal.
"Bang Pasha ih! Ga lucu sumpah garing!"
"Ada apa sih ini pagi-pagi ribut?" Wulan muncul dari dapur dengan membawa makanan di tangannya.
Ia berjalan ke meja makan, meletakkan makanan buatannya, dibantu Bi Sum juga.
Eisha menarik kursi, mendudukkan tubuhnya dengan kesal sambil menatap Pasha yang ada di depannya dengan sinis.
"Bang Pasha tuh Bun, jailin aku terus!" adu Eisha pada bundanya.
"Jangan salahin Pasha, Bun. Salah dianya aja yang mukanya enak dijailin," jawab Pasha tanpa rasa bersalah. Eisha mendelik.
"Enak aja lo ya Bang!"
"Lah emang iya!"
"Udah-udah diem! Masih pagi juga kalian udah ribut!" lerai Wulan ke anak-anaknya.
"Bang Pasha tuh Bun!"
"Eisha Bun!"
"DIEM! MAKAN!" Perintah Wulan dengan tegas. Sontak Eisha dan Pasha langsung kicep.
Ibu negara sudah marah, daripada negara ancur, lebih baik mereka menurut saja.
"Selamat Pagi." sapa Darren yang baru saja bergabung di meja makan.
"Pagi Ayah." sahut mereka kompak.
"Eisha beneran berangkat hari ini?" tanya Darren pada putrinya. Eisha mengangguk, "Iya, Yah."
"Emang beneran udah sembuh?"
"Ya Allah, Yah. Eisha udah sembuh dari kemarin-kemarin malah, ayahnya aja yang ga izinin aku masuk sekolah."
"Ya kan ayah cuma khawatir kamu belum baikan, dek."
"Eisha baik ayah, percaya deh. Lagian aku udah gede, bisa jaga diri kok."
"Iya-iya, percaya deh."
Eisha pun akhirnya tersenyum.
"Nanti berangkat ayah anter aja ya Sha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeish
Teen FictionZEISH Awalnya Eisha berniat menyimpan perasaannya itu dalam hatinya saja, Namun siapa sangka? Seiring berjalannya waktu, ia justru dibuat kelimpungan sendiri dengan perasaanya, sampai ia bertekad menjadikan Zevan benar-benar menjadi hak paten milik...