26. Foto Siapa?

6 3 1
                                    

Eisha mengetuk-ngetuk pensilnya di meja belajar. Tadinya ia mau mengerjakan tugas matematika, namun tiba-tiba ia teringat kata-kata Zevan saat di rooftop restoran, ia jadi membelok dari niatnya semula, malah jadi melow.

"Huaaahh, gue ga bisa kaya gini!!!!" gadis itu menelungkupkan kepalanya di atas meja. Merengek sendirian.

"Masa iya gue harus nyerah sih?" tanyanya pada diri sendiri.

"Ah tau ah pusinggggg!!!" Eisha menjambak rambutnya frustasi, lantas mengangkat kepalanya dan kembali melihat soal matematika yang belum ia sentuh.

"Lo lagi! Ga tau orang lagi pusing malah nambahin pusing aja! Dasar mati matika!" rutuknya pada buku yang berdiam diri tak bersalah.

Drrt drtt

"Siapa lagi makhluk yang nelponin gue? Gada kerjaan banget!"
Eisha mengambil ponselnya dengan kasar. Gadis itu marah pada apa saja yang menganggunya saat ini.

Dia melihat siapa yang menelponnya. Rupanya Meta.

"Halo Ta? Ngapain nelpon gue?" tanya Eisha to the point begitu telponnya ia angkat.

"Buset, galak bener. Gue di depan kamar lo nih! Dari tadi gue ketok pintu tapi ga dibuka-buka!"

"Ha?" Eisha reflek melihat ke arah pintu, benarkah dari tadi Meta mengetuk pintunya? Tapi Eisha tidak mendengarnya sama sekali.

"Halo? Lo masih disitu kan? Buka pintunya ege!"

Eisha berdecak malas. Mengusap kupingnya karena sakit mendengar teriakan Meta dari telepon.

"Pulang aja deh Ta, gue lagi badmood." jawabnya.

"Yakin nyuruh gue pulang? Gue bawa martabak telor loh."

Eisha langsung berubah ekspresi, dengan cepat ia bangkit dari kursinya. Ia berlari membukakan pintu untuk Meta.

"Ih ko ga bilang bawa martabak sih? Tau gitu gue bukain dari tadi."
Eisha menampilkan senyum manisnya untuk Meta, kemudian segera menarik martabak yang ada ditangan sahabatnya itu,  membawanya masuk ke kamarnya.

"Heh! diambil makanannya doang, orangnya ga disuruh masuk gitu?"
Cibir Meta tak habis pikir.

Eisha berbalik badan, menatap Meta dengan nyengir kuda, "Hehe, silakan masuk nyonya muda Meta," ajaknya pada Meta, mempersilahkan temannya masuk bak tamu kehormatan.

"Ye dasar! Giliran makanan aja gercep!" sindir Meta. Eisha yang tadinya merasa bersalah malah jadi menyesal telah menyambut Meta dengan segala hormat.

"Bawel lo ah, udah buru sini masuk. Itu tutup lagi pintunya." perintahnya.

Meta menggeram tertahan, untung Eisha sahabatnya, ditambah lagi sedang galau, jadi Meta masih bisa sabar.

Eisha sudah nangkring di atas kasurnya dengan tangan yang sibuk membuka bungkus martabak.

Meta menyusulnya, duduk di samping Eisha yang kini sudah mencomot satu potongan martabak dan memasukkannya ke mulutnya.

"Mm enak. Makasih ya, Ta?" kata Eisha sembari mengunyah.

"Hmm."

"Eh, orang tua gue lo kasih juga ga?" tanya sang pemilik kamar itu.

"Kek ga biasanya aja lo. Udah kok tadi gue kasihin ke nyokap lo," jawab Meta.

"Oke, bagus."

"Dih, ada ya orang kek lu."

"Bodoamat Ta, laper gue. Ternyata galau juga butuh tenaga." sahutnya.

ZeishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang