15. A day with Camer?

21 6 2
                                    

Assalamu'alaikum...
Ketemu lagi kita! Part ini lumayan panjang ya, semoga suka...

Happy reading...

O iya. Ada bonus juga di tengah!

-ZEISH-

Jam menunjukkan pukul 2 siang. Eisha kini tengah mondar mandir di kamarnya karena bingung.

Sepulang dari rumah Meta, Eisha memang begitu senang. Selama berjam-jam ia tak bisa berhenti tersenyum hingga pipinya sakit.

Tapi sekarang ia jadi bingung sendiri.
Ia harus ke rumah Zevan untuk mengambil bukunya. Tapi ia ragu.

Oh, Eisha sudah ingat buku apa yang tertinggal di mobil Zevan.

Ya, lagi-lagi seperti de javu. Itu adalah buku puisi miliknya. Ia sendiri tak tau mengapa ia bisa lupa dengan buku kesayangannya itu.

Eisha ingat sewaktu ia habis dirundung di lapangan basket waktu itu, ia pulang diantar asisten Zevan.

Ia memang mengambil buku puisinya dan menulis puisi selama di perjalanan. Tanpa sadar ia ketiduran. Dan lupa memasukkan lagi bukunya pada tas. Setelah sampai ia buru-buru turun tanpa menyadari bukunya ketinggalan.

"Bismillah! Gue harus berani kesana! Gue harus ambil buku gue meski deg-degan!"

Dengan modal nekat, Eisha pun memberanikan diri untuk pergi kesana sendiri.

Ia mengambil hoodie putihnya, memilih sepatu dengan warna senada. Dan celana jeans hitamnya.

Ia mengambil kunci motor dan helm, mengirim pesan singkat pada Pasha yang tengah tertidur bahwa ia izin pergi. Biar bagaimanapun ia tak ingin membuat Pasha khawatir, sekalipun ia tengah dalam mode ngambek pada abangnya itu.

Gadis itu mulai melajukan motornya pelan-pelan. Sedari tadi mulutnya tak henti-hentinya berdoa, karena jujur ia masih gerogi untuk bertemu Zevan.

Di tengah perjalanan tanpa sengaja mata Eisha menangkap seorang wanita paruh baya seperti tengah kebingungan di pinggir jalan.

Eisha pun menepikan motornya. Kemudian menghampiriwanita tersebut.

"Ibu, ibu kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Eisha ramah.

Ibu itu mengangguk antusias.

"Iya, tolong saya, Nak." ujarnya terlihat panik.

"Iya-iya, ibu tenang ya, ibu kenapa? Pasti saya bantu sebisa saya ko bu, Insyaallah."

"Itu, tadi saya kecopetan. Tas saya diambil. HP, dompet, sama kunci mobil saya ada di sana. Saya gabisa pulang. Nomor telepon rumah, saya ga inget."

"Ya Allah, turut prihatin ya bu. Ah, Ibu mau saya antar pulang, gak?" tanpa ragu Eisha menawarkan diri mengantar ibu itu pulang.

"Kamu serius? Dari tadi ibu minta tolong ke orang-orang gada yang percaya. Mereka ngiranya ibu pembohong. Kamu ga takut gitu?" tanya ibu itu.

Eisha terkekeh pelan.

"Memangnya ibu tega gitu mencelakai gadis semanis saya?" tanya balik Eisha sedikit bercanda.

Tanpa sadar, ibu itu ikut tertawa sejenak.

"Hahaha, iya benar. Kamu manis banget. Mana ada yang tega nyakitin kamu ya?" kekehnya.

Eisha tersenyum, ibu ini tak tau saja kalau Eisha sudah cukup sering disakiti.

"Yaudah, ayok naik bu, saya antar." tawar Eisha. Ibu itu mengangguk.

"Aduh, makasih banyak ya, Nak?"

ZeishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang