Dandan dulu guys, mau dinner nih hahaha!
Happy reading!
👩👩👦👦👩👩👧
"Sha, bangun! Astaghfirullah, ini anak malah tidur!" Wulan mengguncang tubuh putrinya yang terlelap, bisa-bisanya gadis itu tidur nyenyak selama perjalanan menuju tempat tujuan.
Mobil mereka baru saja sampai di restoran tempat mereka akan makan malam.
"Ngantuk Bunda," gumam gadis itu dengan mata tertutup.
Wulan tak memperdulikan ucapan Eisha, ia tetap mengguncang tubuh gadis itu agar mau bangun. "Ini udah sampe, Sha. Ayo buruan bangun! Kita turun sekarang."
"Tiga puluh menit lagi deh Bun," tawar gadis itu sambil mencari posisi enak untuk melanjutkan tidur.
Darren masih memperhatikan saja adegan istri dan putrinya dari kursi depan, samping kemudi.
"Heh, nggak nggak! apa-apaan? Masa lama banget!" tolak Wulan tegas. Yang benar saja!
"Yaudah sepuluh menit."
Gadis ini benar-benar menguji kesabaran Wulan. "Ko malah tawar menawar sih, Sha?!"
"Ya Allah, lima menit deh Bun, lima menit, aku mau ngumpulin nyawa dulu," alibi gadis itu, masih berusaha merayu ibunya dengan mata beratnya.
Wulan menghela napas lelah, beralih mentap suaminya di depan, "Gimana ini, Yah?"
"Yaudah biarin dulu deh." sahut Darren, tak tega juga melihat putrinya yang terkantuk-kantuk begitu.
Wulan menatap Eisha lagi, "Yaudah lima menit ya?" ujarnya pada sang putri.
Eisha mengangguk samar.
"He'em, nanti kalau aku belum ke situ, pak Jaka suruh bangunin aku aja,""Oke deh. Mm ... Pak Jaka, maaf, titip Eisha lima menit ya?" ujar Wulan pada supirnya. Pak Jaka pun mengangguk dengan sopan.
"Iya Bu. Siap." katanya.
"Tolong dijagain ya, Pak?" imbuh Darren.
Sopir itu mengangguk lagi, "Iya Pak."
Wulan pun kembali fokus pada putrinya yang sudah damai menutup mata dengan sempurna.
"Yaudah, ini tapi kamu beneran nanti nyusul yah, Sha?" tanyanya memastikan sekali lagi.
"Hmm iya Bunda... "
Wulan pun mengangguk.
"Yaudah. Awas kamu kalau ga nyusul. Udah yukk, Yah."
"Ayo Bun."
.
.
."Halo, Selamat Malam," Darren menyapa orang-orang yang tengah menantinya. Mereka yang disapa menoleh, sontak Nakey dan wulan langsung terkejut dan saling pandang tak percaya saat melihat satu sama lain.
"Loh, Bundanya Eisha?"
"Loh, Mamanya Zevan?"
Ujar Nakey dan Wulan bebarengan penuh keterkejutan.
"Eh? Loh? Kalian saling kenal?" tanya Aldi kebingungan, begitupun Darren.
"Iya Pah, ini loh yang waktu itu mama bilang mama lagi jenguk temennya Zevan yang di rumah sakit, ini orang tuanya." jelas Nakey sambil merangkul lengan Wulan, bak sahabat lama yang baru bertemu lagi.
Aldi mengangguk, "Oh iya iya, papa inget. Ternyata anaknya pak Darren toh."
"Ah iya Pak, anak saya hehe." sahut Darren yang mulai paham kalau mereka sedang membicarakan Eisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zeish
Teen FictionZEISH Awalnya Eisha berniat menyimpan perasaannya itu dalam hatinya saja, Namun siapa sangka? Seiring berjalannya waktu, ia justru dibuat kelimpungan sendiri dengan perasaanya, sampai ia bertekad menjadikan Zevan benar-benar menjadi hak paten milik...