dua.

15.2K 1.8K 275
                                    

"Kau bisu?"

Suara serak menggaung di ruang senyap, menampung dua belas anak-anak malang yang memakai gaun putih selutut. Mereka semua sudah terlelap dengan alas tipis dan selimut seadanya, kecuali dua anakㅡsatu duduk memojokkan diri di sudut dan satunya menatap dari kejauhan sambil memegang segelas air putih.

"Tentu saja tidak." Dia yang bertanya, dia pula yang menjawabnya. "Pria-pria sinting itu tidak akan membawamu ke sini jika kau cacat."

Langkah kaki Junkyu terseret melewati beberapa temannya yang tidur, menuju seorang anak laki-laki di sudut ruanganㅡmenunduk, memeluk lututnya seolah dia anak paling menyedihkan. Padahal, masih banyak yang lebih dulu menderita daripada dia di dalam bungker ini.

"Mau minum?" Kepala sang anak laki-laki pemurung itu terangkat, bersitatap dengan Junkyu. "ㅡdan, siapa namamu?"

"H-Hyunsuk." Katanya sambil menerima segelas air ragu-ragu. "Terima kasih, umㅡ?"

"Junkyu."

Selagi Hyunsuk meminum airnya dengan sangat rakus, Junkyu menatapnya sambil melipat tangan di atas lutut.

"Kau manis." Puji Junkyu spontan. "Tanpa sadar wajah manismu itu yang membawa kau ke neraka ini, di sini sangat buruk."

"Tempat macam apa ini?" Hyunsuk yang penasaran mulai melayangkan satu pertanyaan.

"Neraka."

Hyunsuk merotasikan bola mata. "Jangan melebih-lebihkan, aku ingin jawaban yang apa adanya."

"Entahlah." Junkyu menyeret tubuhnya bersandar ke dinding. "Besok pagi kau akan tahu, Hyunsuk."

Erangan keluar dari mulut kecil Hyunsuk, jawaban Junkyu sangat berbelit dan dia tidak puas. Apa susahnya berbicara lugas? Sejak bangun dari pingsan, Hyunsuk sudah berada di dalam ruangan luas didominasi warna putih ini. Tidak ada yang mencoba memberitahunyaㅡkarena anak-anak di sana memang tidak tahu mengapa mereka diculik.

"Besok pagi kau akan dibawa untuk bertemu Dokter Kanemoto, dia akan memintamu telanjang dan berbaring, membuka kakimu lebar-lebar lalu memasukkan jarinya ke analmu." Junkyu kembali bercerita setelah diam beberapa saat, suaranya begitu pelan, seperti orang sakit. "Mereka ingin tahu kau masih perjaka atau tidakㅡjika kau tidak, mereka akan mengungsikanmu ke ruangan lain dan akan menyetubuhimu ramai-ramai."

Hyunsuk memiringkan kepala. "Siapa yang kau sebut mereka itu?"

"Pria-pria sinting berjas hitam, mereka yang menculikmu." Junkyu mendekatkan dirinya pada Hyunsuk untuk berbisik.

"Aku tidak tahu."

"Kau akan tahu besok." Junkyu tersenyum tipis. "Ayo, tidur."

"Tunggu." Hyunsuk menahan Junkyu yang akan merangkak ke kasur tipisnya. "Kau tahu banyak tentang tempat ini?"

"Aku sudah seminggu di siniㅡdan mereka belum menjemputku kembali."

Hyunsuk tidak mengerti dengan senyum yang Junkyu tunjukkan, terlalu abu-abu.

••

"LEPASKAN AKU!"

Hyunsuk meronta hebat, karena tubuhnya kecil, dia bisa bergerak seperti cacing kesetrumㅡtapi, karena tubuhnya tidak sebanding dengan Jaehyuk pula dia bisa dikalahkan. Tengkuk Hyunsuk dipukul sampai dia tersungkur lemah, saat itu pula Jaehyuk memeluk tubuh kecilnya sambil berbisik, terlihat intens dan erotis di mata seseorang berambut blondeㅡmembuang wajahnya cemburu.

"Hei, tenangkan dirimu, hm?" Bisik Jaehyuk meski Hyunsuk sudah menangis deras dalam pelukannya. "Kau akan baik-baik saja jika patuh, tidak ada yang akan menyakitimu."

Daun telinga Hyunsuk terasa hangat saat bersentuhan dengan bibir dan napas dari mulut Jaehyuk. Akhirnya, Hyunsuk tahu siapa yang dimaksud Junkyu mengenai pria-pria sinting berjas hitam. Salah satu pria itu yang tengah memeluknya dengan sangat kurang ajar bernama Jaehyuk.

Dirasa Hyunsuk tidak punya tenaga lagi untuk melawan, Jaehyuk melepasnya hingga tubuh rapuh itu dengan mudah dibopong oleh Jeongwooㅡyang berjaga di pintu masuk sebuah ruangan putih lainnya.

Jaehyuk melonggarkan dasinya sambil menoleh pada lelaki blonde yang masih membuang mukanya.

"Oh, giliranmu?"

Hyunsuk mengangkat dagunya, bersitatap dengan pria tinggi berambut hitam, memakai jas dokter yang terdapat plakat nama Kanemoto Yoshinori di dada kanan.

"Kau tidak ingat aku?" tanya Yoshi sambil bangkit dari kursinya, menghampiri Hyunsuk yang tidak mampu lagi melawan. "Kenapa kau menangis?"

"Jangan menyentuhku." Hyunsuk menepis lemas tangan Yoshi yang akan mengusap pipinya. "Kalianㅡbajingan."

"Kau bukan orang pertama yang berkata seperti itu." Yoshi terkekeh remeh. "Buka bajumu dan berbaring lah."

Hyunsuk langsung mengedarkan bola matanya ke seluruh ruangan, ada pria berjas hitam lain duduk di sofa. Bahkan pria yang membawanya masuk pun masih berdiri di belakangnya.

"Apa yang kau tunggu? Masih banyak orang mengantri di luar." Yoshi menatap heran. "Kau ingin aku menyuruh mereka melepaskan bajumu?"

"A-aku tidak ingin jadi tontonan." Hyunsuk meremas bajunya merasa sangat marah, namun tidak bisa apa-apa.

"Ah, dang." Yedam bangkit dari sofa. "Kau ini pelit sekali, aku ingin melihat tubuhmu juga."

"Keluar." Yoshi mengusir Yedam dan Jeongwoo tanpa babibu. "Jangan coba mengintip untuk menghargai domba kecil kita, paham?"

"Ya ya, terserah kau saja, Tuan Menang Banyak." Yedam membanting pintu.

Setelah mereka ditinggal berdua, Yoshi menunggu Hyunsuk melepas baju selututnya. Namun, melihat anak itu kepayahan meraih resleting dipunggungnyaㅡYoshi mendekat perlahan, membuat kaki dan tangan Hyunsuk semakin bergetar hebat.

"Mari kubantu." Yoshi berdiri di belakang tubuh Hyunsuk, mengendus rambutnya sambil mengusap bahu sempit itu. "Ah, aku mencium wangi Jaehyuk di tubuhmu. Apa dia melakukan sesuatu?"

Yoshi mengecup telinga Hyunsuk yang bergidik, kakinya lemas seperti jeli.

"Memelukmuㅡbermain ditelingamu?" Yoshi meremas pinggang Hyunsuk yang kembali menangis deras, tanpa suara.

Hingga akhirnya baju selutut itu merosot ke lantai, dengan napas panas Yoshi menyapu tengkuknya.

••

"Wajahmu sembab sekali."

Junkyu menunjuk wajah Hyunsuk ketika mereka sedang makan siang, di ruangan yang masih serba putih. Saat itu pula Hyunsuk baru tahu banyak anak-anak lain yang menjadi korban, mungkin enam puluh anak.

"Jadi, kau perjaka atau tidak?" Junkyu menyumpit jamur kecapnya.

"Ya." Hyunsuk menjawab tidak acuh.

"Hebat." Junkyu tersenyum antusias. "Mereka akan menaruh harga yang sangat mahal untukmu, meskipun kau pendek."

Lagi-lagi Hyunsuk mengernyit. "Apa aku akan dijual?"

Junkyu mengerjap. "Kau pikir untuk apa lagi? Nanti malam, Boss akan melihat anak-anak baru yang akan dipajang di websiteㅡBoss akan memilih."

Hyunsuk membanting sendoknya marah, mengundang tatapan antisipasi dari Jeongwoo dan Asahi di dekat counter makanan.

"Aku sudah muak." Hyunsuk menopang kepala. "Aku akan menendang siapa pun yang kau sebut Boss itu!"

tbc.

ceritanya menarik ga si? atau terlalu hard? lanjut atau ngga?  •ㅈ•

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang