dua puluh tujuh.

12K 830 498
                                    

Di bawah hujan serpihan abu pabrik yang sudah habis terbakar, Hyunsuk melihat jemarinya yang digenggam erat oleh Jihoon sementara pria itu pun masih menodong pistol hitamnya ke arah Jun. Tubuh Hyunsuk bergetar kelelahan, takut, cemas, kesakitan dan panik ketika mendengar Jun menarik pelatuknya. Tawa remeh pria itu menggaung, seolah ingin mengelabui Jihoon yang tidak memberikan ekspresi apapun.

Hyunsuk memegang perutnya yang kembali kram, merintih sambil menggigit bibirnya dan berbisik bahwa dia sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya. Jihoon melirik ke sekitar dan dia belum menemukan tanda Yoshi maupun Yedam berada, Hyunsuk belum bisa diamankan.

"Aku akan menembak jantungnya." Jihoon berkata tanpa menoleh pada Hyunsuk yang srmakin mengeratkan genggaman mereka, menyalurkan rasa sakit. "Tutup matamu."

"Hyunsuk!" Mendadak Jun berteriak hendak mencuri perhatian lelaki mungil itu. "Jika kau kembali pada bedebah yang berpura-pura melindungimu sekarang, kau akan melihat bayimu dibunuh untuk kedua kalinya."

Hyunsuk berhasil terdistraksi. Napasnya memendek sesaat, lalu sipitnya kembali menatap tangan besar Jihoon yang masih melingkup jemarinya. Hyunsuk beralih ke perutnya, teringat pada saat ketika Jihoon menekan dan meremas perutnya sampai sang janin gugur begitu saja. Tanpa belas kasih, tanpa hati nurani. Bagaimana jika kejadian itu terulang karena pilihannya keliru?

"Bedebah itu sudah memilih Aphrodite, dia bahkan tidak peduli padamu ketika kakimu membeku karena salju dan terkena hipotermia sementara dia berpelukan di dalam selimut yang sama dengan Aphrodite. Apa yang kau harapkan darinya, Hyunsuk?" Jun terkekeh. "Berharap dia melihatmu?"

Rahang Jihoon mengatup mengeras. Bola matanya gemetar menahan amarah hingga memerah, harusnya dia bisa saja melepas satu peluru panas langsung ke jantung pria bajingan itu jika tidak melihat Jun juga memegang pistol yang sewaktu-waktu pelurunya kemungkinan nyasar dan melukai Hyunsuk.

"Kau akan menjadi yang kedua dan tidak berharga." Jun melanjutkan. "Kembalilah padaku, sayang."

Jihoon terkejut ketika Hyunsuk melepaskan tangannya dan memberikan jarak, tatapan hangat dan cinta yang dia lihat beberapa menit lalu berubah kembali menjadi tatapan minta dikasihani dan kebencian. Jihoon menggeleng pelan, berharap Hyunsuk tidak termakan ucapan Jun.

"Benar." Rintih Hyunsuk. "Kau sudah memilih Aphrodite, lalu untuk apa semua ini?"

"Kita akan membicarakannya ketika sudah kembali ke Korea." Jihoon berkata datar walau dalam selipan kalimatnya terdapat kegetiran. "Kau dan Aphrodite tidak samaㅡ"

"Ya, tidak sama. Aku tidak akan pernah menjadi Aphrodite." Hyunsuk meneteskan air mata yang entah ke berapa kali. "Aku hanya budakmu."

"Budak?" Jihoon terlihat gemas dengan ucapan Hyunsuk. "Setelah semua yang kulakukan untukmu sampai di sini?"

"Aku tidak tahu apa tujuanmu." Hyunsuk memohon. "Tolong lepaskan aku."

"Tidak."

Hyunsuk beranjak perlahan meninggalkan posisi Jihoon sambil melangkah mundur, memastikan Jihoon tidak akan menembak dari belakang. Ketika sudah sampai tepat di tengah-tengah antara Jun dan Jihoon, dia membalikkan badan dan tersenyum melihat Jun yang juga memberikan senyum yang sama. Kemudian, dua buah peluru secepat angin tanpa suara menembus dada kiri Jun secara bersamaan. Hyunsuk menutup mulutnya terkejut saat Jun bersimpuh dengan mulut yang mengeluarkan darah kental, Hyunsuk mematung di atas kaki telanjangnya yang sudah lecet. Menatap Jun yang tergeletak dengan mata terbuka.

Jihoon melihat ke atas, di mana Yedam dan Yoshi mengambil posisi di atas dua tumpuk kontainer sambil memegang sniper. Pria itu tersenyum melihat kesigapan bawahannya yang juga saling melempar sinyal karena tidak meleset membidik target. Jihoon lantas membanting pistol di tangannya dan segera menangkap tubuh Hyunsuk yang ambruk.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang