dua puluh dua.

10.9K 1.1K 476
                                    

"Selamat pagi."

Haruto tidak berhenti tersenyum, menatap sepasang bulu mata yang mengerjap pelan sebelum terpaku pada manik kelamnya pula. Senyum Haruto menulari seorang lawan bicaranya, yang baru saja bangun akibat bisikan-bisikan penuh perhatian sejak tadi. Kim Doyoungㅡlelaki itu yang menjadi alasan Haruto kasmaran di pagi hari.

"Selamat pagi, Haruto."

Doyoung bergelung di bawa selimut, menaruh dua telapak tangannya yang saling menyatu di bawah pipi tanpa mengalihkan pandangan matanya dari wajah bantal Haruto. Mereka mungkin sama-sama telanjang di atas kasur semalam, mengetahui Haruto sudah berbenah memakai training dan kaus lecekㅡDoyoung menebak pria itu bangun terlalu pagi untuk menyiapkan sarapan lagi.

"Tidurmu nyenyak?" Haruto memainkan poni Doyoung, lalu turun ke alisnya.

Doyoung mengangguk. "Sangat nyenyak, karena aku kelelahan."

"Apa aku terlalu ekstra tadi malam?"

"Kau selalu seperti itu sebenarnya." Doyoung menangkap tangan Haruto lalu digenggam dengan kedua tangannya, sebelum dibawa ke bawah pipinya lagi. "Kau masak apa pagi ini? Aku mencium wangi bawang goreng."

"Onion rings, kesukaan Ichi." Haruto mengecup hidung Doyoung gemas. "Omurice, kesukaanmu."

"Bagaimana denganmu, Ruto?"

"Kim Doyoung, kesukaanku."

Bibir Doyoung yang agak kering langsung diterjang dengan kecupan bertubi-tubi, selagi Haruto mengambil posisi di atasnya. Doyoung terkekeh di dalam ciuman mereka, menjadikan bahu sempit Haruto sebagai tempat pegangan. Ketika mereka bergantian untuk saling menghisap dan semakin terbawa suasanaㅡsuara bell rumah melenyapkan gairah Doyoung.

Mereka saling pandang, Haruto bersumpah dia tidak peduli dengan tamu dan hendak meraih belah persik Doyoung yang sudah merona, tapi lelaki itu menahannya.

"Pergilah buka pintu, kau sudah berpakaian, Rutoㅡjangan membuat tamu menunggu." Kata Doyoung, mendorong dada Haruto agar menepi dari atas tubuhnya.

"Siapa yang datang pagi-pagi begini? Kutebak hanya orang iseng." Haruto mendesah, menelan bulat-bulat hasratnya ketika Doyoung memelototinya. "Okay, akan kubuka pintu dengan senang hati lalu kuusir siapapun itu."

Doyoung mendengus, kemudian menggeleng melihat sikap Haruto yang kadang seperti anak kecil. Setelah pria tinggi itu pergi, Doyoung menyeret tubuhnya turun dari ranjang dan meraih pakaiannya di lantai. Tak mendengar perbincangan apapun di luar, Doyoung semakin penasaran dan menyusul Haruto menuju pintu depan hunian mungil mereka.

Seorang pria memakai mantel tebal dengan helaian rambut digerogoti bulir salju, serta sebuah kartu tanda pengenal yang diangkat sebatas dada.

Detektif Kim.

•••

Hyunsuk menatap telapak tangan Yoshi yang terdapat satu benda mungil tak asing lagi. Tatapannya bertukar dengan sipit pria jas hitam tersebut, lalu terkekeh sumbang.

"Apa-apaan ini?" Hyunsuk bertanya jengkel. "Bukan obat sialan itu yang ingin kulihat saat bangun pagi. Kau merusak suasana hatiku, Tuan Kanemoto."

"Suasana hatimu bukan urusanku." Jawab Yoshi tanpa minat. "Urusanku memastikan kau memakan pil ini."

"Bajingan itu yang memintamu?" Hyunsuk memandang ke luar jendela, tatapannya mulai getirㅡmemandangi hujan salju di luar.

"Boss Park tidak ingin memiliki anak."

"Bukankah solusinya adalah dia yang berhenti menyetubuhiku?" Hyunsuk kembali menghunus iris Yoshi. "Jangan membuat anak jika tidak ingin."

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang