tiga puluh satu.

9.3K 746 512
                                    

Jaehyuk sedang menikmati waktu sendirinya di balkon lantai dua setelah izin sebentar pada Hyunsuk yang memaksanya mewarnai enam jam nonstop. Sekarang dia kabur dengan dalih mengambil minum, padahal yang dia lakukan mengeluarkan sebatang rokok dan memantik korek sambil menutupinya dengan tanganㅡangin malam itu agak kencang.

Pohon palem bergerak searah, ombak laut terdengar deras menumbuk batu karang. Terlihat seperti akan hujan, rintik mulai terasa perlahan mengetuk wajah Jaehyuk yang tidak terganggu dengan udara dingin.

Ponsel motorola dalam saku jasnya bergetar menandakan pesan masuk. Ponsel itu biasanya berguna untuk mengirim atau menerima pesan dari kakaknya, entah memberi kabar ibu mereka atau sekadar meminta uang. Jaehyuk pikir dia akan membaca nama sang kakak yang sudah belasan tahun tidak dilihatnya, namun ternyata nomor baru luar Korea.

Messages;
Aku masih hidup.

Jaehyuk terdiam sejenak, tak perlu lama menebak siapa pengirim pesan sampah seperti itu. Dia menyeringai remeh dan akan mengabaikannya tapi ternyata masuk satu pesan lagi dari nomor yang sama.

Messages;
Jun masih hidup.

Pesan yang terakhir berhasil membuat Jaehyuk mengertakkan giginya geram, namun juga terkejut. Entah dia harus percaya atau tidak karena Yedam yakin dia menembak Jun tepat dijantungnya. Yedam adalah penembak andal, peluru yang dipakai tidak murahan dan harusnya Jaehyuk mempercayai rekannya daripada pesan spam dari nomor tak dikenal.

Messages;
Park Jihoon tidak akan hidup tenang semudah itu. Kalau Boss-mu mampu menaklukkan duniaㅡtidakkah kau berpikir Jun bisa merebut dunia itu darinya, Jaehyuk-ssi?

Messages;
Omong-omong kau terlihat tampan dan seksi dengan rokok itu, Jaehyuk-ssi.

Kini pesan berubah menjadi panggilan dan Jaehyuk merasa waswas seketika, pandangannya mengedar mencari sesorang yang mungkin sedang memantaunya. Kondisi diluar sangat gelap, hutan di seberang dan laut yang berisik membuat Jaehyuk tak fokus.

Jaehyuk meremas ponselnya lalu ditutup dengan bunyi yang keras.

"Je, kau lihat anak itu?"

Yoshi muncul dipintu kaca dengan wajah frustrasi.

"Dia di kamarnya, kami mewarnai bersama dan aku keluar sebentar untuk merokok." Jawab Jaehyuk kebingungan. "Kenapa?"

"Kau yakin?" Yoshi berdecak. "Dia menghilang lagi."

Alis Jaehyuk mengernyit. "Sudah melihatnya di atas lemari?"

Yoshi mengangguk. "Dia tidak ada di mana-mana, bagaimana kalau Bos pulang dan bertanya?"

Jaehyuk menginjak putung rokoknya dan masuk bersama Yoshi, berjalan dilorong mansion untuk berpencar mencari Hyunsuk.

"Dia tidak pergi jauh." Kata Jaehyuk. "Sekarang sudah malam dan di luar gelap, anak itu takut hantu."

"Aku juga berpikir begitu."

Jaehyuk tiba-tiba berhenti, dia menatap Yoshi dan mengubah arah langkahnya.

"Aku ingin ke kamarnya sebentar."

Yoshi turun ke lantai satu sementara Jaehyuk menerobos ke dalam kamar yang sudah sepi. Banyak pensil warna berserakan di lantai dan buku yang masih terbuka. Jaehyuk mengecek ke kamar mandi namun tak ada siapapun. Dia yakin baru keluar lima belas menit dan anak itu sudah menghilang.

Ketika Jaehyuk akan keluar menyusul yang lainnyaㅡgoresan di meja kayu mengalihkan atensi Jaehyuk. Goresan yang tidak begitu dalam seakan dibuat dengan pensil warna ditarik secara vertikal. Tak mungkin tanpa sebab goresan itu tiba-tiba muncul, bisa saja bentuk perlawanan dari Hyunsuk ketika seseorang menyusup ke kamarnya.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang