delapan.

12.3K 1.4K 875
                                    

"Aku tidak tahu sekeras apa Boss Park melakukannyaㅡmengetahui dia masih bernapas, sungguh seperti mukjizat."

Yoshi mengompres memar disekitaran mata kiri Hyunsuk dan sudut bibirnya bergantian, anak itu masih tertidur, pengaruh morfin dan juga rasa lelah yang Yoshi sendiri tidak bisa atasi jika menjadi Hyunsuk. Wajah Hyunsuk terlihat nyaman, juga berkat lilin aromaterapi di atas nakas sebelah ranjang, tidak kesakitan seperti ketika Yedam melihatnya pagi tadi.

"Bagaimana detail kondisinya?" tanya Jaehyuk yang berdiri tidak jauh dari posisi Yoshi.

"Aku menjahit analnya yang robek parah agar pulih cepat, total ada tiga jahitan." Sambung Yoshi, meski ucapannya cukup ngeri, pria itu sudah terbiasa. "Kulit punggungnya terluka dan menipis karena cambukan gesper, lehernya lecet karena bergesekan dengan benda kasarㅡmelihat pola lukanya, seperti dicekik tali tambang. Wajahnya dipukul keras, Boss Park cukup kuat membuat luka di wajahnya dengan tangan kosongㅡkarena itu semua, aku menyuntikkan morfin agar dia tidak kesakitan lagi."

"Percuma saja, morfin yang kau suntikkan tidak akan bertahan lama." Jaehyuk berkomentar setelah meringis pelan, matanya menunjukkan binaran redup seolah ikut prihatin pada kondisi Hyunsuk. "Sepertinya aku mulai mengerti, Boss Park tidak hanya ingin melukai fisiknyaㅡtapi juga mentalnya, kau tahu, aku memperkosanya dua minggu yang lalu dan sekarang dia harus mengalami hal mengerikan ini lagi."

Yoshi hanya diam, menyudahi kompresnya dan mengecek perban yang melilit leher Hyunsuk, sebelum bergegas mengoleskan salap pereda bengkak di sekitaran memar wajah Hyunsuk.

"Boss akan membuatnya mati perlahan." Yoshi melanjutkan. "ㅡdan aku merasa tidak terima, lebih baik dia dijual pada pria kesepian yang membutuhkan budak daripada dijadikan boneka oleh pria sinting seperti ini."

"Pria sinting?" Jaehyuk mengernyit, lalu terkekeh ketika sadar. "Park Jihoon?"

"Aku akan menemaninya sampai dia bangun." Yoshi menatap Jaehyuk, menyiratkan agar pria itu keluar. "Bisakah kau antar makan siangku ke sini?"

Jaehyuk memasukkan satu tangannya ke saku celana. "Baiklah. Tapi, apa benar?"

"Soal apa?"

"Kau menyukainya?"

Yoshi tertegun, air muka pria itu agak berubah walau tidak menampakkan banyak jawaban.

"Aku dokter dan tugasku menyembuhkan seseorang yang terluka. Bagaimana bisa kau menyimpulkan aku menyukainya hanya karena aku mengobati?" Suara Yoshi yang tidak pernah tinggi dan amat serius membuat Jaehyuk sungkan, tidak mau memperpanjang obrolan.

"Kalau begitu aku keluar dulu."

Yoshi mengangguk asal. "Jangan lupa makan siangku."

Jaehyuk menaikkan satu alisnya sebelum menutup pintu, tersentak kaget begitu menangkap eksistensi dingin Asahi berdiri kaku di depan pintu. Jaehyuk mengerjap, menunggu jawaban sekiranya apa yang Asahi lakukan di depan pintu kamar Hyunsuk.

"Kau bahkan menjenguknya." Asahi membuka suara, datar penuh ancaman. "Kau benar-benar brengsek, Jaehyuk-ssi."

Asahi mengambil langkah cepat pergi dari sana sementara Jaehyuk menahan pergelangan tangannya, Asahi menepis, menatap Jaehyuk dengan mata berkaca-kaca.

"Sahi, bukan begitu." Jaehyuk berkata lembut, wajahnya terlihat khawatir dengan Asahi. "Boss Park ingin tahu keadaannya, karena itu aku bertanya pada Yoshi."

"Kenapa harus kau?!" intonasi Asahi meninggi, napasnya memburu. "Aku menahan diriku karena kupikir kau akan datang untuk meminta maaf, kita berpapasan tapi kau malah tidak mengatakan apapun dan membuatku bingung. Sebenarnya apa maumu, Jaehyuk-ssi?!"

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang