lima.

12.2K 1.6K 316
                                    

"Langsung eksekusi mati."

Acuh tidak acuh perintah dari mulut Boss Park membuat Yoshi terkejut. Lima hari tanpa kejelasan kabar, Jihoon kembali di hari Sabtu dengan jeans belel dan jaket kulit hanya untuk memerintah langsung pada Yedamㅡsang algojo Michoso.

Yedam tersenyum puas, dengan senang hati membungkuk hormat menerima perintah yang menyenangkan telinganya. Selain karena dia algojoㅡhakim kematian anak-anak lugu di bungker, dia juga sudah muak melihat tingkah susah diatur Hyunsuk. Anak itu tidak ada rasa takutnya, pernah menendang Yoshi dan menyikut kepala Jeongwoo yang saat itu mengejarnya karena berlarian di bungker.

"Aku membencinya." Jihoon menekankan kalimat kesal di depan wajah Yedam yang menunduk, bentuk dari rasa hormat. "Jadi, tembak dulu perutnya dua kali, tembak hatinya tiga kali, lalu jantungnya. Aku ingin melihat keparat itu meraung kesakitan sebelum pergi ke neraka."

"Ya, Boss."

"Apa kau pikir kau dan para bedebah yang selalu menggangguku ini tidak menyusul ke neraka?!" Hyunsuk bersuara dari balik punggung Yedam, mengejek dan sarkas.

Jihoon bersitatap dengan Hyunsuk yang bahkan tidak mau repot membuang muka, sipitnya menantang si penguasa. Hyunsuk sudah diperlakukan seperti binatang, jadi, bertingkah layaknya binatang sungguhan bukan masalah. Lelaki mungil dengan dress sutra putih bertuliskan property of Michoso di dada kiri itu membenci pria yang memperkosanyaㅡsial, dia tidak mengingat bagaimana wajah si brengsek karena terlalu menderita. Namun, dia lebih membenci Boss dari pria-pria berjas hitam yang selalu mengintimidasinya itu.

Park Jihoon, si bedebah tidak berotak.

"Bagaimana dengan organnya?" Yoshi menyela dan memutus kontak mata Jihoon dengan Hyunsuk. "Semua organnya sehat, Boss. Belakangan ini permintaan hati sangat banyakㅡkupikir kita tidak boleh menyia-nyiakan miliaran dolar."

"TIDAK!" Hyunsuk memberontak dari kungkungan Jeongwoo dan Jaehyukㅡyang padahal pria pemerkosa itu berada dekat dengannya. "AKU TIDAK SUDI MEMBIARKAN ORGANKU MENJADI SUMBER UANG MANUSIA-MANUSIA LAKNAT SEPERTI KALIAN! LEBIH BAIK AKU MATㅡmpph!"

Jaehyuk bergerak cepat membekap mulut Hyunsuk dari belakang, walau jemarinya kesakitan lantaran digigit, Jaehyuk tetap bertahan seperti itu. Sekilas, bayangan Hyunsuk yang menjerit pilu di bawahnya menghantam ingatan. Namun, Jaehyuk buru tersadar ketika dia bertatapan dengan Asahi yang berada di sisi kiri Jihoon.

Mereka bertemu kembali setelah lima hari Asahi tidak kembali ke bungker, tanpa ada kata yang menjerat obrolan bahkan sekadar sapaan singkat.

"Lakukan di depan mataku, Bang." Jihoon sudah memantapkan keputusannya untuk melihat keparat itu mati, dia melangkah lebih dulu menuju sebuah ruangan.

Ruangan yang jarang sekali dikunjungi bernama Black Room. Jika pintu ruangan itu sudah terbuka, maka benar-benar tidak ada toleransi lagi dari Park Jihoonㅡyang tiap langkahnya menghentak tegas.

"Kau bisa mengatasinya sendiri?" tanya Jeongwoo ketika Yedam dan Yoshi sudah menyusul Jihoon yang setia didampingi Asahi, juga Junghwan.

"Aku akan menggendongnya." Jaehyuk mengangguk. "Tubuhnya ringan, seperti kapas."

Bola mata Hyunsuk bergerak ke atas, menatap Jaehyuk waswas. Suaranya yang khas dan unik.. mengingatkan Hyunsuk pada malam menyakitkan itu. Meski dia tidak begitu yakin, ingatannya sangat payah.

"Aku akan berjaga di belakangmu." Kata Jeongwoo.

Jaehyuk melepas bekapannya kemudian dengan sekali gerakan membawa tubuh Hyunsuk ke bahunya, seperti karung. Jeongwoo benar-benar mengawasi dari balik punggung Jaehyuk, meringis gemas pada Hyunsuk yang terus menjerit sampai suaranya menggema di lorong bungker. Punggung Jaehyuk dijadikan samsak, melampiaskan rasa marah dengan tinjuan yang terasa seperti angin.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang