Jeongwoo melemas.
Melihat hanya angin yang keluar dari mulut pistol di tangan Hyunsukㅡdadanya lega luar biasa, dia takut sekali mungkin saja satu peluru masih tersisa. Jeongwoo tidak pernah mengisi senjatanya jika tidak ada hal mendesak, tapi ketika dia kembali ke bungker, Junghwan menyuruhnya agar lebih waspada dengan menyiapkan pistolnya. Untung sajaㅡuntung, Jeongwoo lupa memenuhi keinginan Junghwan itu.
Hyunsuk menjatuhkan tangannya putus asa, lalu menangis tanpa suara.
"Apa-apaan kau?!" Yoshi segera menarik Jeongwoo berdiri dari hadapan Hyunsuk. "Demi Tuhan, tidak bisakah kalian menjauh dari anak ini sehari saja?!"
Jeongwoo mengerjap. "Sebentar, apa salahku?"
"Bagaimana kalau pistolmu ada pelurunya?!" Yoshi sangat marah, jujur saja dia sudah mulai lelah. "Kalau anak ini mati, kita semua juga akan mati!"
"Well, Boss Park tidak akan membunuh kita hanya karena dia, 'kan?" alis Jeongwoo naik sebelah. "Kau berlebihan, Yosh."
"Persetan." Yoshi berlutut di depan Hyunsuk, mengangkat dagunya dan bagaimana bisa dia tahan melihat wajah sembab anak itu. "Tidak apa-apa jika kau ingin menangis. Maaf, aku terlambat menghentikan Jaehyuk."
"Aku tidak s-sanggup, Yoshi."
Pria itu semakin buntu ketika Hyunsuk memanggil namanya, sarat akan terluka, tapi tidak bisa apa-apa. Yoshi hanya bisa mengelus rambutnya, menghiburnya dengan kata-kata menggelikan tapi itu tetap tidak cukup mengembalikan hati Hyunsuk yang telah patah beberapa kali.
"Aku akan menggendongmu, kau harus beristirahat." Yoshi mengangkat tubuh Hyunsuk dan melangkah masuk ke dalam rumah.
Mengabaikan Jeongwoo yang melongo melihat sikap Yoshi, berubah drastis.
•••
"Yedam sudah menceritakan semuanya."
Jihoon duduk di pinggir ranjang yang ditempati Asahi, lelaki itu masih berbaring lemas dengan kulit wajah pucat. Jihoon mengusap rambut blondenya, membuat Asahi semakin nyaman.
"Anak itu mencuri pisauku lalu menusukkuㅡdia benar-benar brengsek." Asahi mengulang cerita, sipitnya menjadi redup seolah menanggung sakit yang teramat. "Kurasa dia dendam, aku khawatir dia juga akan berbuat hal yang sama padamu."
Jihoon tersenyum tipis. "Tidak perlu khawatir, dia tunduk padaku."
Asahi menghela napas, mencoba duduk meski susah payah menahan sakit di perutnya. Jihoon membantu, lalu tanpa terduga Asahi menahan rahang Jihoon dan mendaratkan ciuman kecil di bibir sang pemimpin. Jihoon tidak menolak, tidak menikmati, tidak juga membalas. Hanya menatap Asahi tanpa ekspresi ketika lelaki itu menjauhi wajahnya.
"Bisa 'kah kau menemaniku?" Asahi menghilangkan keformalannya pada Jihoon, dia benar-benar rindu.
"Aku sibuk." Jihoon berkata tegas. "Aku belum melihat anak itu, mungkin juga akan menghukumnya. Dia sudah membuatmu kesakitan."
"Sebentar saja, Ji."
Jaehyuk mendorong pintu dan keluar dari kamar tanpa basa-basi, Yedam melihatnya, meringis dalam diam walau dia juga terkejut mendengar Asahi memanggil nama Jihoon dengan sangat akrab. Sama sekali tidak mengerti jalan pikiran Asahi dan hubungannya dengan Boss Park.
"Keluar lah, aku akan menemani Asahi sebentar." Jihoon menatap Yedam dan Jeongwoo yang tersisa, sebelum keduanya pun menyusul keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 • talkin' about your body [hoonsuk]
FanfictionHyunsuk yang diculik dan terperangkap dalam kungkungan kuasa pebisnis gelapㅡentah dia akan dijual sebagai budak atau boneka pemuas hasrat sang penguasa. ⚠️ bxb! ⚠️ dark au! ⚠️ hyunsuk sub area! ⚠️ baku, harsh words, abuse, mpreg, mature! cr. thistre...