dua puluh satu.

10.5K 1.1K 219
                                    

Semua seperti de javu.

Wangi bergamot yang berbaur dengan air hangat di dalam jacuzzi mewah, menyapu kulit porselen Hyunsuk yang punggungnya sedang digosok lembut dengan puff halus. Pandangan lelaki itu jatuh keluar jendela kaca, menembus pemandangan laut yang seram dengan ombak besar dan pecah saat menubruk batu besarㅡsalju dan angin membuat suasana di luar tampak seperti surga yang tak diinginkan.

Begitu kelabu, seperti perasaannya.

"Sudah selesai. Anda bisa membilas tubuh sekarang, Tuan Yedam akan menunggu di luar dan memakaikan Anda pakaian." Kata seorang maid yang memandikan Hyunsuk, lalu pamit mundur untuk membiarkan sang Persephone berbenah.

Hyunsuk tidak langsung patuh, dia melamun sambil memainkan busa dengan jemari rantingnya. Memikirkan hal-hal random hingga ketukan pintu kasar terdengar.

"Kau harus makan malam dengan Boss Park, jangan berlama-lama." Suara Yedam terdengar jengkel.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan wajah datar Hyunsuk yang juga disambut datar oleh Yedam. Pria itu menuntunnya ke depan sebuah kaca besar di sudut ruangan, memberikannya sebuah dalaman dan membalikkan badan saat Hyunsuk memakainya. Yedam berjalan menuju tempat tidur, mengambil tiga set pakaian yang terlihat lebih baik daripada dress saat di bungker.

Set Hanbok laki-laki. Pakaian tradisional berlapis, tapi jauh lebih indah dan memesona dengan warna lilac lembut juga bordiran emas bunga sakura dan burung walet di bagian bawahnya. Terlihat lebih modern. Hyunsuk pun agak mengagumi tapi juga bingung.

"Tidak ada hari Chuseok di bulan Desember." Kata Hyunsuk, menuruti perintah Yedam ketika diminta merentangkan tangan agar mudah memakaikannya baju.

"Pintar juga kau." Puji Yedam, sedikit menyentak karena dia masih dendam. "Kupikir isi otakmu hanya sel-sel kebodohan."

Hyunsuk merotasikan bola mata, sedikit rileks mencium wangi Hanbokㅡlapisan terakhir yang begitu indah dan terlihat mahal.

"Sebenarnya aku marah." Tukas Hyunsuk ketika Yedam menyimpulkan pita di dadanya. "Tapi baju ini membuatku tenang, paling tidak aku merasa sedikit spesial dan keren."

Yedam berdecih, kemudian memutar bahu sempit Hyunsuk kembali menghadap cermin. Masih saja kasar, seolah Hyunsuk boneka.

"Kau jauh dari kata keren, bodoh." Yedam menepuk bahu Hyunsuk seolah prihatin. "Bisa nilai penampilanmu sendiri, 'kan?"

Hyunsuk mengerjap sambil mengusap Hanbok yang sudah terpasang, jauh lebih indah ketika menempel di tubuhnya. Meski Hanbok laki-laki yang dia kenakan panjang hingga menutupi kakiㅡitu sama sekali tidak terlihat aneh, Hyunsuk jatuh cinta pada bordiran yang memperindahnya.

"Aku sangat luar biasa." Tanpa sadar Hyunsuk memuji dirinya sendiri. "Jauh lebih baik."

Yedam mengernyit. "Tadi kau marah?"

Senyum lebar Hyunsuk memudar perlahan, menatap Yedam dari cermin. "Memang."

"Terserah." Pria bersetelan hitam itu mengangguk. "Lagipula Hanboknya pas di tubuhmu. Kau tidak banyak berubah, kerdil."

Hyunsuk berbalik cepat, menendang tulang kering Yedam lalu pergi meninggalkannya sambil menggenggam sedikit baju bagian depan agar dia melangkah tanpa menginjaknya. Hyunsuk langsung di sambut oleh Jeongwoo yang sedang melipat sapu tagan untuk ditaruh ke saku jas kirinya.

"Wah, kau terlihat manis." Puji Jeongwoo sambil terkekeh. "Ayo, ikut aku ke ruang makanㅡBoss Park akan menyusul sepuluh menit lagi."

Pintu berwarna merah yang hampir menyentuh plafon di dorong oleh Jeongwoo saat mereka sampai, memperlihatkan suasana klasik elegan dengan patung-patung dewa di sisi ruang. Terdapat meja makan panjang di tengah, lengkap dengan lilin. Hyunsuk dituntun duduk diujung meja, sementara ujung satunya akan dihuni oleh Boss Park nantinya.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang