dua belas.

10.4K 1.2K 483
                                    

Asahi mengetukkan pantofelnya di lantai lorong rumah, hendak menghampiri posisi sang pemberontak yang tengah berdiri di depan jendela besarㅡmemandang derasnya hujan yang menubruk hamparan rumput hijau di luar. Petir sesekali menggelegar, tapi tidak sampai membuat Hyunsuk takut dan menjauhi jendela.

Hyunsuk rindu masa-masa hidup di panti, bermain hujan bersama yang lainnya.

"Melamun?" suara lembut Asahi memecah keheningan yang menyelimuti lorong.

"Sial, kau mengagetkanku." Hyunsuk merotasikan bola mata, menatap sinis Asahi. "Pergilah, aku ingin sendiri."

"Aku akan, setelah mengobrol denganmu sebentar."

"Tch, tiba-tiba sekali badut ini." Gumam Hyunsuk pada dirinya sendiri, benar tidak menganggap Asahi berada di sebelahnya. "Terakhir kali kita bertengkar di ruang makan, kau hampir menamparku dan sekarang ingin mengobrol denganku?"

"Aku minta maaf." Asahi berujar tulus, menampakkan sorot nanar dari pupil cokelatnya yang indah. "Mungkin aku sudah kelewatan."

Hyunsuk mengernyit. "Kau kerasukan peri bunga atau bagaimana? Mengapa tiba-tiba baik begini? Bikin takut saja."

"Aku tulus minta maaf."

"Jawabanku TIDAK."

Asahi terkekeh. "Sudah kuduga, kau tidak akan memaafkanku."

"Sadar diri ternyata." Hyunsuk semakin mengeratkan selimut yang membungkus tubuhnya. "Enyah lah."

"Kudengar kau punya dendam dengan Jaehyuk? Bahkan ingin membunuhnya juga." Tidak menghiraukan usiran Hyunsuk, lelaki blonde itu pun melempar pertanyaan.

"Aku ingin membunuh kalian semua sebenarnya, tidak bajingan itu saja." Hyunsuk meralat dengan malas, kemudian dahinya kembali mengernyit tidak paham ketika Asahi menyodorkan sebuah pisau lipat yang terbukaㅡtidak besar tapi panjang.

"Untukmu." Kata Asahi, tatapannya mulai dingin seperti biasa. "Kau bisa pakai pisau ini untuk membunuh siapapun, ambil lah."

"Kau ini sebenarnya kenapa?" Hyunsuk menelisik curiga. "Lucu sekali jika tiba-tiba kau berpihak padaku."

"Aku hanya ingin membantu, kau bisa membunuh Jaehyuk dengan pisau ini." Asahi kembali menyodorkan.

"Kau punya hubungan spesial dengan Jaehyuk, bukankah? Lalu kenapa kau mendukungku untuk membunuhnya?"

"Karena dia menyakiti hatiku, kau tahuㅡrasanya sangat sakit ketika dia menyetubuhimu di depan mataku, jadi kupikir lebih baik dia mati." Sorot mata Asahi sangat terpukul, seolah meyakinkan Hyunsuk. "Kita memiliki dendam yang sama."

"Tapi, aku bisa memakai pisau ini untuk membunuhmu juga." Hyunsuk menerima pisau dari lelaki blonde itu, akhirnya.

Asahi tersenyum lebar, lebih mengerikan di mata Hyunsuk, sampai gigi taring manisnya terlihat. Sayup-sayup terdengar suara langkah bersahutan, tidak selaras, mungkin empat atau enam kakiㅡsenyum Asahi memudar perlahan, diganti seringaian.

"Kau benar, aku orang pertama yang akan kau bunuh."

Tanpa basa-basi, Asahi menarik tangan Hyunsuk yang masih memegang pisau melayang ke perutnya, hingga Hyunsuk melotot terkejutㅡmerasakan sendiri bagaimana pisau ditangannya menembus daging perut Asahi. Darah merembas, mengotori kemeja satinnya yang putih, beberapa menetes ke lantai dan teriakan Jaehyuk mengalahi gaungan petir.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Asahi melepas tangan Hyunsuk yang sudah penuh darah, mengganti seringaian dengan raut kesakitannya. Tubuh Asahi yang tumbang langsung ditangkap oleh Jaehyuk. Sementara Hyunsuk termenung dengan tangan yang tremor, menatap pisau di tangannya ketakutan.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang