sepuluh.

11.4K 1.3K 497
                                    

"Sebaiknya hati-hati saja, Jae." Jeongwoo mengekeh selagi membalut tangan rekan sepekerjaan kotornya yang hanya diam, meringis sesekali. "Anak itu memang tidak bisa membunuhmuㅡtapi mungkin punya cara untuk mematahkan tulangmu."

Jaehyuk mendengus. "Apa kujual saja dia secara diam-diam? Jika Boss bertanya, aku bilang saja sudah diculik beruang hutan seberang."

"Itu berarti kau?"

"Apa?"

"Simbolmu beruang." Jeongwoo seolah memperingatkan. "Sebelum kau resmi bergabung dengan Michoso, aku ingat sekali kau memakai kaus beruang yang menggemaskan."

Jaehyuk berdecak jengkel. "Diam, kau mengingatkan betapa cupunya diriku dulu."

"Kau memang." Jeongwoo mengerling jahil sambil merapikan kotak obat. "Ah, tapiㅡsoal kau agar berhati-hati, aku serius mengatakannya."

Jaehyuk mencoba menggerakkan kelima jarinya tapi berakhir meringis, tusukan garpu di punggung tangannya sangat dalam.

"Dia dendam padamu, setelah tahu bahwa dia berandal kecil yang suka memberontakㅡtidak menutup kemungkinan dia akan mencari kesempatan untuk membuatmu celaka." Jeongwoo manggut-manggut. "Seperti malam ini, untung saja hanya tanganㅡbukan matamu yang ditusuk."

Jaehyuk mengumpat. "Matamu duluan."

Selagi dua adam itu saling mengejek dan yang satu memberi nasihat, Yoshi masuk ke ruangan dengan tuksedo yang sama, rambutnya masih rapi menampakkan dahi surga. Tatapannya tajam, menghunus Jaehyuk yang keheranan.

"Je, aku ingin bicara dengan Jaehyuk." Kata Yoshi sambil mendekati mereka.

"Lalu, kenapa malah aku yang kau ajak bicara?" sipit serigala Jeongwoo mengerjap polos.

"Itu artinya kau diusir, tolol." Jaehyuk memaki lagi. "Enyah kau."

"Dasar tidak tahu terima kasih, ya!" Jeongwoo bangun dari duduknya sambil memegang kotak obat, melewati bahu Yoshi yang tidak hentinya menatap Jaehyuk.

Agaknya membuat pria yang hanya tinggal memakai kemeja sutra tipis dan celana hitam itu terheran-heran, Yoshi seperti orang kerasukan setan. Belum sempat membuka suara, satu tinjuan mendarat di rahang kiri Jaehyukㅡsampai dia hampir kejengkang dari kursi. Yoshi mendesah geram, menahan kepalan keduanya.

"Apa-apaan kau ini?" Jaehyuk memegang rahangnya yang mungkin agak bergeser.

Yoshi berkecak pinggang. "Kau menyukai anak itu."

"Apa?" Dahi Jaehyuk berkerut dalam. "Kau gila?"

"Kau menyukainya."

"Aku tidak pernah menyukai tawananku sendiri, Yosh."

"Kau hanya tidak mengakui."

Jaehyuk menghela napas panjang, berdiri agar bisa menyamakan tatapan nyalangnya dengan Yoshi.

"Apa yang membuatmu berpikir aku menyukai anak sialan itu?" Jaehyuk menantang.

"Aku tahu, kau memutuskan Asahi." Yoshi tidak pernah gentar, wajahnya yang sama sekali tidak ramah terus terpampang. "Kau memiliki rencana terhadap anak itu?"

Tubuh Jaehyuk seperti mati rasa ketika mendengar nama Asahi, bagaimana bisa Yoshi mengira dia yang memutuskan lelaki blonde itu padahal dirinya lah yang paling menderita? Jaehyuk terkekeh, memandang lantai sebelum kembali pada iris Yoshi.

"Kenapa aku memutuskan Asahi kalau kau juga tahu sebesar apa aku mencintainya?" tanya Jaehyuk dengan bisikan. "Kau juga tahu alasanku bertahan di bawah tekanan Michoso karena Ibuku dan juga Asahi."

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang