sembilan.

11.1K 1.3K 517
                                    

Yoshi merapikan anak rambut Hyunsuk yang sudah dia bopong untuk duduk di kursi roda, luka analnya sudah membaik setelah lima hari pengobatan rutin, Yoshi tidak sedikit pun lalai mengurus sekujur tubuh Hyunsuk yang penuh luka. Yoshi juga datang untuk membuka jahitan di anal Hyunsuk yang sudah mengering, sekaligus mengajaknya jalan-jalan keluar.

Sejak malam ituㅡHyunsuk tidak bicara, pandangannya kosong ke langit-langit atau jendela. Dia juga sedikit agak patuh jika di minta untuk makan dan membiarkan Jeongwoo membasuh tubuhnya tanpa perlawanan seperti biasa.

"Ingin melihat dapur?" Yoshi menunduk dekat telinga Hyunsuk, sambil mendorong pelan kursi rodanya di lorong rumah. "Malam ini aku dan rekanku akan mengadakan pesta daging dan rum tanpa Boss Park, aku mengundangmu dengan senang hati."

Hyunsuk hanya memberi reaksi datar dari kerjapan yang sebenarnya tidak tertarik, tapi pintu menuju dapur sudah dibukakan oleh salah satu asisten koki di sanaㅡwangi kaldu dan pedas langsung menghantam penciuman Hyunsuk, para koki tampak sibuk menyiapkan bahan seolah ada tamu penting. Hyunsuk mengernyit, seperti sedang melihat dapur restoran atau apa.

Kemudian, mata Hyunsuk melihat seorang asisten koki yang mengeluarkan plastik berisi daging segar kemerahan. Yoshi yang menyadari pun mengusuk kepala Hyunsuk dengan senyum tipis.

"Kau harus makan daging supaya cepat pulih dan sehat." Lalu Yoshi menatap sang kepala koki. "Pastikan dagingnya empuk dan lezat, ada yang sedang dalam masa pemulihanㅡdia harus makan makanan yang layak."

Kepala koki tersebut memandang Hyunsuk dengan senyum yang lebih mirip seperti seringaian. Hyunsuk meremas celana kainnya takut, sisa-sisa trauma masih mencekik kesadarannya.

"Ah, aku bisa pastikan dia akan ketagihan makan masakan koki di sini." Katanya disusul tawa yang agak mengerikan.

Hyunsuk berdengung tanda ingin segera pergi dari dapur, Yoshi yang peka pun menarik kursi roda Hyunsuk keluar dan tepat pintu tertutupㅡsebuah panggilan dari Junghwan masuk ke handphonenya. Yoshi izin sebentar pada Hyunsuk, meninggalkannya dekat pintu dapur sendirian. Mulanya anak itu hanya diam, memandang apapun yang bisa matanya tangkap selagi menunggu Yoshi kembaliㅡnamun telinganya mendengar samar tuts-tuts piano yang berdenting, entah dari mana.

Kedua tangan Hyunsuk menapak pada roda hendak mendorong dirinya perlahan, mengikuti asal melodi yang menggaung. Hingga akhirnya Hyunsuk sampai di depan pintu, mendorongnya perlahan dan melihat seorang pria duduk di depan sebuah piano mengilap di tengah ruanganㅡtepat berada di bawah chandelier.

Hyunsuk mendorong kursi rodanya lebih dekat, sampai pria itu kaget dan berhenti menggerakkan jemarinya di atas tuts.

"Oh, sedang apa kau di sini sendirian?" tanya Jaehyuk bingung, tapi Hyunsuk malah mencoba semakin dekat dengan posisi duduknya.

"A-aku.. ingin mendengarnya lagi." Bisik Hyunsuk, tanpa sadar menampakkan binaran manik memohon. Untuk pertama kali dalam lima hari, Hyunsuk akhirnya berbicara.

Jaehyuk hanya diam, membuat Hyunsuk cemberut tidak sabar sampai akhirnya pria itu menuruti sambil mengekeh. Hyunsuk menatap takjub, pada permainan jemari dan ekspresi nyaman yang Jaehyuk tunjukkan.

"Ketika sedang merasa kesepian atau stress, aku akan datang ke ruangan kosong ini untuk menghibur diri dengan piano." Jaehyuk bercerita, memelankan melodi yang dia ciptakan. "Aku mengikuti les saat sekolah dasar dan sekarang aku hampir melupakan semua yang sudah kupelajari, aku payah tanpa partitur."

"Kau hebat." Cicit Hyunsuk, membuat jemari Jaehyuk spontan berhenti. "Aku bahkan tidak punya keahlian apapunㅡtidak berguna."

Jaehyuk tersenyum, hati kecilnya ikut merasakan hal yang sama ketika mendengar pujian sederhana Hyunsuk. Hangat dan melegakan.

1 • talkin' about your body [hoonsuk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang