Bab 15

4.9K 1K 208
                                    

Menikah itu harus punya tujuan, modal cinta saja tidak cukup jika tidak dibalut dengan iman. Dua insan manusia yang ingin bersanding sampai ke pelaminan, perkaranya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

-Kita, Cinta dan Papa 2-

***

"Wah, Papanya Azzam sama Azzura datang tuh," ujar Lili, perempuan itu menatap Haydar yang berjalan mendekat ke arahnya.

Azzam dan Azzura kompak tersenyum, mereka bertepuk tangan ketika melihat sang ayah datang.

"Masyaallah sayangnya Papa," ujar Haydar, lelaki itu mencium kedua buah hatinya secara bergantian lantas ia menatap Lili. "Ana mana Bunda?"

"Ada di kamar, lagi beres-beres isi lemari. Mau mindahin pakaian Azzam sama Zura yang udah enggak bisa dipakai." 

Haydar mengangguk mengerti. "Haydar pamit ke kamar, ya. Bunda enggak apa-apa jagain baby Az?"

Lili tersenyum. "Enggak apa-apa, malah Bunda senang bisa main sama cucu-cucu Bunda."

Haydar balas tersenyum. "Makasih Bunda," ujarnya lantas berlalu pergi meninggalkan Lili, lelaki itu memasuki kamar yang pintunya tidak tertutup.

"Hei." Ana menghentikan kegiatannya ketika Haydar datang. "Kamu udah makan?"

"Udah, makan diluar tadi."

Ana tersenyum tipis. "Yah, padahal aku udah masak. Tapi enggak apa-apa."

Haydar mendekati Ana, lelaki itu melepas jaket yang membungkus tubuhnya. "Aku mandi dulu, abis itu aku mau makan."

"Bukannya kamu udah makan?"

"Udah. Tapi aku mau makan lagi, masakan kamu."

"Yaudah kalau gitu kamu mandi dulu aja. Biar aku ke dapur buat siapin makanannya."

"Emang kamu udah selesai beres-beresnya?" Haydar menatap pakaian yang bertumpuk di kasur.

"Bisa dilanjut nanti."

"Nanti aku bantu."

"Siap deh! Kalau gitu aku ke dapur dulu," ujar Ana, perempuan itu ingin berlalu tetapi pergelangan tangannya di tahan oleh Haydar, sontak saja hal itu membuat Ana bingung.

"Tadi aku makan sama Anye, perempuan yang suka sama aku."

Ana diam, ia menatap mata Haydar dalam-dalam.

"Hal itu aku lakukan biar dia enggak gangguin aku lagi, dia udah janji."

Ana masih diam, ia ingin mendengarkan penjelasan Haydar sampai tuntas tanpa memotong ucapan lelaki itu.

"Tadi Papa liat aku sama Anye..."

"Terus?" Kali ini Ana memotong ucapan Haydar, ekspresi wajahnya berubah cemas.

"Papa sempat salah paham karena Anye ngaku-ngaku pacar aku. Tapi untung aja papa mau dengerin penjelasan aku dan papa percaya, jadi semuanya udah selesai."

Ana menghela napas. "Alhamdulillah kalau begitu."

"Kamu juga percaya 'kan sama aku?"

Kening Ana berkerut. "Kenapa harus enggak percaya?"

"Kali aja gitu kamu curiga kalau aku bohong atau apalah."

Ana tersenyum, perempuan itu menggenggam tangan Haydar. "Aku percaya sama kamu. Aku cuma minta satu, jangan pernah patahkan kepercayaan yang udah aku kasih sepenuhnya sama kamu."

Kita, Cinta dan Papa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang