Bab 7

5K 1K 133
                                    

Semua kebahagiaan itu tergantung pandanganmu sendiri.

-Guru Zuhdi-

-Kita, Cinta dan Papa 2-

***

Lima belas menit perjalanan, Jefri tiba dikediamannya. Lelaki itu sudah ditunggu oleh Jelita, adik perempuannya yang berusia enam belas tahun.

"Abang, hp Jelita mana?" Jelita menodong sang Kakak dengan pertanyaan bahkan sebelum Jefri turun dari motor.

"Sabar kenapa sih," ujar Jefri seraya  menepuk pelan puncak kepala Jelita, lelaki itu turun dari motor diikuti Ina.

"Hp gue Bang!"

"Enggak ada hp lo sama gue."

"Bohong, orang jelas-jelas gue nitip di lo kok waktu di gereja tadi."

Jefri menghela napas. "Cuma perasaan lo doang kali."

"Enggak Bang, enggak!"

"Terus sekarang gimana?"

"Hp lo buat gue," ujar Jelita seraya menadahkan tangannya pada Jefri.

Jefri tersenyum tipis. "Karena gue Abang yang baik, dengan senang hati gue bakal kasih hp gue ke lo," ujar Jefri seraya menyodorkan ponsel berwarna abu-abu pada Jelita.

"Ini hp gue!" teriak Jelita kesal, sementara itu Jefri tertawa.

"Nyebelin banget sih jadi orang." Jelita menggerutu, sekian detik kemudian ia baru sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan Jefri. "Parah, dari tadi gue enggak nyadar kalau ada orang."

Ina terkekeh kecil menanggapi ucapan Jelita.

"Hai, nama Kakak siapa?"

"Ina," ujar Ina seraya menyambut uluran tangan Jelita.

"Enggak usah lama-lama salamannya, tangan lo banyak kuman." Jefri menarik tangan Jelita, meremas tangan perempuan itu hingga membuat sang adik memekik kesakitan.

"Mama, Abang Jefri jahat!"

"Bodo amat!" Jefri tak peduli dengan Jelita, lelaki itu menatap Ina. "In, masuk dulu yuk gue mau ganti baju bentar."

"Enggak usah Jef, gue tunggu di sini aja."

"Beneran?" Pertanyaan Jefri diangguki oleh Ina.

"Ta, lo temenin dia dulu ya. Ajakin ngobrol apa kek gitu," ujar Jefri pada Jelita, setelahnya ia berlalu pergi.

"Seru ya punya Kakak cowok," ujar Ina ketika Jefri hilang dari pandangannya.

"Dih mana ada Kak, aku disiksa terus sama Bang Jefri."

Ina tertawa. "Masa sih? Tapi kelihatannya seru banget."

Jelita menghela napas. "Ekspektasi doang yang seru, kenyataannya menyakitkan!"

"Berantem terus ya?"

"Betul banget Kak, capek. Tapi kadang seru juga si," ujar Jelita, perempuan itu terkekeh kala mengingat dirinya dan Jefri yang tidak pernah akur. "Oh iya, Kak Ina temannya Kak Jefri atau pacar?"

"Teman." Ina menjawab cepat.

Jelita mengangguk mengerti. "Kirain gitu, soalnya Bang Jefri belum pernah tau bawa perempuan ke rumah ini."

"Oh iya?"

"Iya Kak, Kakak adalah perempuan pertama yang diajak, mungkin Kakak orang yang spesial."

Kita, Cinta dan Papa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang