Tidak punya banyak teman tidak menjadi masalah, jika hal itu membuat nyaman dan aman, kenapa tidak? Bukankah kenyamanan untuk diri sendiri sangat diperlukan.
-Kita, Cinta dan Papa 2-
***
Ina tersedak, padahal ia tidak sedang minum. Perempuan itu menyamankan posisi duduknya lantas menerima seporsi gado-gado dari Abang penjual, ia mengabaikan pertanyaan Jefri.
Jefri tersenyum tipis. "Kok pertanyaan gue enggak dijawab?"
"Lo berhak tanya, dan gue berhak buat jawab atau pun enggak."
Jefri mengangguk mengerti. "Oh, oke," ujarnya lantas menyantap makanan miliknya yang sudah tersedia. Lelaki itu memilih diam, tidak ingin lagi mengungkit pertanyaan yang mungkin saja membuat Ina tidak nyaman.
***
Haydar memesan satu porsi mi goreng untuk menu makan siangnya hari ini. Lelaki itu selalu sendirian pergi ke kantin, ia memang tidak memiliki teman akrab seperti Amar dan Dilan, selain dengan mereka Haydar merasa tidak cocok berteman dengan siapapun. Sendirian tidak menjadi masalah, jika hal itu membuat nyaman dan aman, kenapa tidak? Bukankah kenyamanan untuk diri sendiri sangat diperlukan.
"Kak..."
Haydar mendongak, ia menatap Anye yang berdiri di depannya. "Gimana keadaan lo?"
"Baik Kak." Perempuan itu tersenyum, tangan kanannya masih digips sementara tangan kirinya membawa seporsi nasi goreng.
"Alhamdulillah kalau gitu."
"Kak, Anye boleh duduk di sini?" Anye bertanya ragu, sekian detik kemudian ia tersenyum karena Haydar mengangguk, lelaki itu mempersilakan.
"Kak."
Haydar menghela napas. "Hmm."
"Setelah makan siang waktu itu, Anye udah janji buat enggak ganggu Kakak lagi."
Kening Haydar berkerut, setelahnya ia menghabiskan suapan terakhir mi goreng di depannya. "Lo bakal tepati, 'kan? Enggak berniat ingkar janji."
Anye mengangguk cepat. "Iya Kak, Anye enggak bakal ganggu Kakak lagi, Anye enggak bakal bikin Kakak kesal lagi. Tapi Anye boleh enggak jadi teman Kakak? Teman Kak, bukan pengganggu. Itu kalau Kakak mau."
Haydar diam sejenak, ia meneguk habis minumannya lantas berdiri. Melihat hal itu, Anye mendesah kecewa.
"Gue mau jadi teman lo."
Sontak saja ucapan Haydar menciptakan sebuah senyuman, Anye senang sekali.
"Teman, bukan pengganggu."
"Makasih Kak, Anye janji enggak akan ganggu Kakak."
Haydar tersenyum tipis, setelahnya berlalu pergi. Ia pikir tidak ada salahnya menerima permintaan Anye, hanya berteman. Lagipula Haydar menaruh simpati pada perempuan itu, Anye pasti kesepian.
Di umur yang masih belia, kedua orang tuanya berpisah. Sama dengan apa yang Haydar alami, tumbuh menjadi remaja tanpa perhatian khusus dari orang tua. Seperti kehilangan arah dan tujuan, membingungkan. Ketika melihat kebahagiaan orang lain, iri rasanya tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima apa yang telah ada.
Ketika pulang ke rumah, di sana sudah tidak ada lagi kebahagiaan nyata. Semuanya terasa semu karena ada separuh hati yang hilang, ada seseorang yang juga sama berartinya memilih pergi dan memulai hidup baru dengan orang yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita, Cinta dan Papa 2
RomanceNOTE : BAB CERITA INI ACAK2 AN, GAK TAU KENAPA. JADI BUAT YANG MAU BACA, KALIAN URUTIN SENDIRI AJA YA BABNYA. ISINYA BENER KOK:) *** Ini bukan lagi cerita tentang geng BBS yang terkenal di SMA Gemintang, bukan pula kisah perjuangan tiga pemimpinnya...