Bab 38

1.6K 486 65
                                    

INFO!

Novel Permaisuri Hati lagi open pre-order nih! Mak bapaknya trio kembar Iqra, kisah cinta mereka waktu masih muda. Kuy buruan order!

Bonusnya uwu. Yakin enggak mau peluk PH versi cetak? Disana kita bisa nostalgia lagi, masa seru2nya Andra sama Agatha.

Ada 4 pilihan paket, kuy dipilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada 4 pilihan paket, kuy dipilih. Ada paket building juga, yg belum punya novel KCDP bisa sekalian pesan. Tersedia juga di shopee, mumpung 11.11 bisa gratis ongkir.

Untuk pemesanan bisa hubungi no dibawah ini.
Jaksa media : 089637420441
Rrains store (Khusus pemesanan paket reguler) Bisa bayar nyicil minimal DP 30% : 081717861872

Format pemesanan

Nama lengkap :
Alamat lengkap :
Judul buku :
Jumlah pesanan :
Kode pos :
No telepon :

Isi format dan kirim ke no whatsApp yang tersedia, yuk amankan novelnya sekarang.

***

Kemarin, Ina mengobrol banyak hal dengan Bara, perbincangan santai di rumah bersama orang-orang yang juga ada di sana. Setelah hari itu, Bara mampu menjadi teman bercerita yang baik untuk Ina. Iya, hanya sebatas itu.

Sekarang Ina sedang menunggu Bara di cafe Terserah milik Dilan, sudah setengah jam, tetapi Bara belum juga datang.

Ina mengetuk meja dengan jari telunjuk, ia menatap ke arah pintu lantas meneguk sedikit cappucino di depannya.

"Permisi Mbak."

Ina menoleh, menatap lelaki yang saat ini berdiri di depannya. "Iya?"

"Boleh duduk di sini enggak? Semua kursi udah penuh soalnya." Lelaki yang mengenakan kemeja hitam itu meminta izin dengan sopan.

Ina berdehem pelan, ia menatap sekitar. Benar, hari ini kafe ramai sampai-sampai tidak ada tempat duduk yang tersisa kecuali kursi di depannya.

"Boleh."

Lelaki itu tersenyum, ia menarik kursi lantas duduk. "Terima kasih," ujarnya seraya meletakkan segelas kopi hitam di meja, disusul dengan laptop setelahnya.

Ina hanya mengangguk pelan sebagai balasan, perempuan itu mulai sibuk dengan ponselnya, sesekali meneguk minuman miliknya yang kini hanya tersisa setengah.

"Kita pernah ketemu enggak sih sebelumnya? Aku kayak enggak asing sama muka kamu."

Ina mengerjap ketika lelaki di depannya bersuara, perempuan itu menyimpan ponselnya di dalam tas lantas menatap lawan bicara. "Enggak deh kayaknya."

Kita, Cinta dan Papa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang