Terkadang angan yang tinggi seringkali menjatuhkan, menyesakkan karena kenyataannya tidak sesuai harapan.
-Kita, Cinta dan Papa 2-
***
Suasana malam tenang. Bintang di atas sana gemerlap terang benderang, indah sekali dipandang. Di sebuah kursi panjang yang terletak di halaman rumah sederhana, Amar sedang duduk sendirian. Lelaki itu masih memegangi ponselnya yang menyala, ia bingung antara harus membalas atau mengabaikan saja pesan dari Ina.
"Abang!"
Amar menoleh ketika mendengar teriakkan itu, ia tersenyum menatap gadis berusia delapan tahun yang berjalan menghampirinya. Anak itu ditemani sang kakak yang bernama Siska, teman satu kampus Amar.
"Kok Rifqah belum tidur sih?" tanya Amar, ia memangku Rifqah yang terlihat senang sekali bertemu dengannya.
"Belum ngantuk, Rifqah mau ditemenin dulu sama Abang."
Amar mengangguk diiringi senyuman. "Yaudah kalau gitu sama Abang aja di sini sampai ngantuk."
"Yah gue dikacangin." Siska bersedekap dada, ia duduk di sebelah Amar.
"Balik sana."
Siska melotot. "Lo ngusir gue? Jahat banget. Gue ke sini nemenin Rifqah tau, dia pengen ketemu sama lo. Lagian juga gue enggak percaya kalau adek gue cuma ditinggal berdua sama lo."
Amar terkekeh. "Sis, rumah lo keliatan dari sini, kalau lo mau balik enggak masalah. Gue bisa jagain Rifqah sendirian."
"Enggak ah, gue mau di sini aja. Bosan di rumah."
Amar mengedikkan bahu. "Terserah lo kalau gitu," ujarnya, ia fokus pada Rifqah, mengingat rambut anak itu dengan sederhana.
"Mar."
"Hmm."
"Tipe cewek lo tuh yang kayak apa sih?"
Kening Amar berkerut. "Ngapain nanya gitu."
"Nanya aja, kepo gue mah."
"Tipe cewek gue itu yang menutup aurat."
"Bukan kayak gue dong berarti."
"Oh jelas." Amar berujar santai.
"Berarti gue harus menutup aurat dulu dong ya biar bisa masuk jadi tipe cewek yang lo pengen, kalau gitu gue mau menutup aurat," ujar Siska diiringi senyuman, perempuan itu menaik turunkan alisnya menggoda.
Amar tersenyum tipis. "Gue senang kalau lo punya niat untuk menutup aurat, karena memang sudah kewajiban bagi wanita yang beragama Islam untuk melakukannya. Tetapi niat lo perlu dibenahi, jangan karena gue Sis tapi karena Allah."
"Harus kayak gitu ya?" Pertanyaan Siska mendapat anggukan dari Amar.
"Kalau tipe cowok lo kayak apa?" Kali ini Amar yang bertanya.
"Menaati Dasa Dharma, bagi gue Dasa Dharma mencakup keseluruhan. Dalam kesepuluh Dasa Dharma itu, gue rasa lo punya semuanya. Jadi, tipe cowok gue itu kayak lo."
"Lo mantan anak Pramuka ya?"
Siska menjentikkan jarinya. "Iya!"
Amar terkekeh. "Dasa Dharma yang kesepuluh, suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Manusia tempatnya salah dan khilaf, perkataan dan perbuatan gue belum tentu baik udah gitu lo enggak pernah tau 'kan apa yang ada dalam pikirin gue? Kayaknya lo lupa tentang Dasa Dharma yang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita, Cinta dan Papa 2
RomanceNOTE : BAB CERITA INI ACAK2 AN, GAK TAU KENAPA. JADI BUAT YANG MAU BACA, KALIAN URUTIN SENDIRI AJA YA BABNYA. ISINYA BENER KOK:) *** Ini bukan lagi cerita tentang geng BBS yang terkenal di SMA Gemintang, bukan pula kisah perjuangan tiga pemimpinnya...