part 10

36 12 8
                                    

________

"Tuh!" Tunjuk Salwa pada sebuah rumah yang tidak jauh dari pandangan mata, Adit mengangguk. Mobil melaju kian melambat saat semakin dekat dengan rumah Salwa.

"Ehh mau ngapain?!" Salwa bertanya sekaligus kaget saat Adit melepas seatbelt, apakan Adit ingin ikut keluar dari mobil ini? Tentu saja iya.

"Ya mau mampir lah" Jawab Adit dengan wajah bingung dengan pertanyaan Salwa.

"Siapa yang nyuruh kamu mampir? Saya nggak bilang apa apa" Salwa peringatkan pada Adit bahwa dia tidak meminta Adit untuk mampir ke rumahnya.

"Nggak ada yang nyuruh, tapi gua sendiri yang mau mampir!" Tegas Adit, sekarang dia benar banar membuat Salwa kesal setelah Adit berucap itu, Adit membuka pintu lalu keluar mobil begitu saja.

Salwa keluar mobil dengan wajah kesal, seenak hati ingin mampir ke rumah orang. Dia pikir dia siapa? Teman? Salwa belum menganggap Adit temannya, pacar? No itu tak kan pernah!

Salwa berjalan menghampiri Adit yang sedang memperhatikan sudut demi sudut rumah Salwa. Dia menatap tajam wajah Adit, dengan sedikit kesal dia kepalkan tangannya.

"Asal kamu tau ya! Ayah saya galak, jadi lebih baik kamu masuk mobil lalu pergi"

"Nggak takut!" Wajah Adit meledek, Salwa makin dibuat kesal olehnya. Lagian Salwa mana ada seorang Adit takut sama manusia, dia kan iblis.

"Kamu bener bener ya!" Berdecak kesal dengan tingkah laku Adit.

"Permisi.. maaf mengganggu tadi saya tidak sengaja mendengar keributan, ada apa ya?" Seorang laki laki keluar dari pintu, dia Surya, ayah Salwa.

"Ayah.." kata Salwa hampir tidak terdengar, namun kuping Adit sangatlah bersih tidak ada kotoran, jadi terdengar jelas kata 'ayah' yang Salwa ucap.

Melihat Salwa sekilas Lalu Adit menghampiri Surya, menggapai tangan surya dan meletakkan di dahinya.

"Sore om!"

"Sore!" Jawab Surya melirik ke arah anaknya lalu tersenyum penuh makna.

"Kamu siapa?" Tanya Surya masih dengan senyuman.

"Perkenalkan om, saya Adit. Em.." menggantungkan kalimatnya, melihat ke arah Salwa terlebih dahulu. "Pacar Salwa!" Salwa yang dari tadi membuang muka ke arah samping kini sudah menatap Adit dengan wajah terkejut. Salwa bingung sekaligus merasakan  keanehan saat Adit mengaku pacarnya di depan ayahnya.

"Wahh dari kapan? Saya baru tau loh kalo Salwa punya pacar!"

"Tadi pagi" jelas Adit singkat, Salwa makin di buat kesal oleh Adit. Saat Salwa ingin menyangkal pernyataan Adit, Surya langsung merangkul pundak Adit dan masuk begitu saja tampa memperdulikan dirinya yang ada juga disana.

Salwa menarik napasnya lalu memutar bola matanya, rasanya kaki nya malas untuk masuk kedalam rumahnya sendiri. Di dapati disana Adit sudah duduk di sofa, kemana Surya? Ketiadaan Surya membuat Salwa bisa langsung menghajar Adit. Dia lemparkan tas ke arah Adit dengan cukup keras. Adit tersenyum menang, wajahnya kini tidak lagi kaku dan dingin. Wajah penuh kebahagiaan dan kehangatan yang Salwa rasakan dari ekspresi wajah Adit.

"Rese ya! Kamu tau nggak ayah pasti kecewa kalo tau kamu bohong!"

"Dia sudah terlanjur percaya" kata Adit dengan sedikit tawa.

"Dimana ayah?"

"Katanya tadi pengen membuatkan gua minuman" Salwa duduk di samping Adit namun tidak dekat sedikit jauh, Adit melihat Salwa sekilas Lalu menahan tawa. Salwa sadar Adit sedang mentertawakan dirinya, ia melihat dirinya apakan ada yang salah darinya. Saat dia rasa tak ada yang aneh darinya, ia bertanya.

"Kenapa?"

"Tadi ayah lo senang banget denger anaknya punya pacar. Nggak pernah pacaran ya lo?" Adit bertanya dengan nada suara meledek. Apa Adit tidak sadar diri? Dia juga kan belum pernah pacaran, bahkan suka dengan perempuan saja belum pernah.

"Tadi pas dia ajak gua masuk dia juga bilang kalo gua cowo pertama yang lo ajak main kerumah"

"Huh.. kamu biang masalah!"

"Nanti kalo ayah lo tau gua bukan pacar lo pasti dia kecewa banget, ya jelaslah secara kan gua cowo pertama yang main ke sini" kata Adit lagi lagi tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Salwa membenarkan itu, ayahnya pasti akan kecewa. Salwa melamun, tidak tau harus berbuat apa. Adit sadar betul Salwa pasti takut ayahnya kecewa, dan ini kesempatan!

"Gini sal, gimana kita pura pura pacaran aja"

"Hah?" Salwa terkejut dengan tawaran Adit, jujur dia tidak tau harus berbuat apa. Yang dia tau dia tidak mau membuat ayahnya kecewa, belum pernah ia melihat ayahnya begitu senang saat dia membawa laki laki kerumah. Belum pernah ia melihat ayah seakrab itu dengan laki laki. Terpaksa ia mengangguk mengiyakan tawaran Adit.

"Serasi banget sih kalian" kata Surya berjalan membawa dua cangkir kopi, mendengar perkataan ayahnya Salwa tidak habis pikir dari mana serasi nya? Duduk saja berjarak hampir 1,5 meter. Mungkin ini karena ayahnya tidak pernah miliknya dekat dengan laki laki. Bahkan dari masuk SMA sudah menanyakan apakah dia memiliki pacar, sepertinya Surya takut anaknya tidak normal makannya dulu selalu menanyakan laki laki. Namun sepertinya tidak ada kekhawatiran lagi, kini Salwa telah memiliki pacar.

"Oh iya mobil kamu kemana nak?" Surya baru menyadari tentang tidak melihat mobil anaknya.

"Keempat ban nya kempes yah, kayanya ada faktor KESENGAJAAN" Salwa sengaja menekankan kata 'kesengajaan' dalam kalimatnya.

Salwa melirik Adit saat berkata 'kesengajaan' Adit pun sadar betul Salwa menyindir dirinya.

"Kalau benar begitu ayah harus berterimakasih sama orang yang sengaja ngempesin ban mobil kamu" Salwa dan Adit nampak sama sama bingung dengan ucapan Surya mengenai terimakasih atas orang itu.

"Kok berterimakasih om?" Tanya Adit sedikit ragu bertanya.

"Karena orang itu buat kamu antar pulang Salwa, jadi om tau Salwa punya pacar. Kamu tau nggak dit? Salwa itu dari dulu nggak pernah punya teman dekat cowok apalagi pacar, jadi om seneng banget kalo ternyata sekarang Salwa udah punya pacar. Om minta kamu jangan pernah sakiti Salwa! Salwa ayah minta kamu juga sebaliknya!"

Dua kaliamat terakhir buat hati Adit seketika merasakan rasa yang sangat aneh, merasakan rasa sakit yang entah kenapa dia pun tidak tau. Yang jelas dia tau dia akan menyakiti hati Salwa nantinya. Sedangkan Salwa bingung ingin menjawab apa atau berkata apa. Keheningan tercipta beberapa saat.

"Kamu bisa main catur?" Surya tersenyum, berharap adit berkata iya.

"Mungkin om, saya ragu untuk bilang saya bisa" kata Adit berusaha tersenyum walau kata kata Surya tadi masih menusuk hatinya, Adit tidak tau kenapa, yang jelas itu sebuah peringatan untuknya.

"Berani nggak tanding catur sama om?" Adit mengangguk sambil tersenyum.

Surya merangkul bahu Adit dengan wajah gembiranya meninggalkan Salwa yang sangat bingung harus senang atau harus sedih karena telah berbohong.

Bersambung.....

Maaf ya kalo kurang seru di part ini🙏🙏🙏 ini hasil begadang aku hari ini, tadi aku nulis jam satuan terus ketiduran eh kebawa mimpi, di mimpi aku jadi Salwa, hahaha. Pas bangun langsung lanjut dan akhirnya selesai.

Jangan lupa untuk vote dan comment!!

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang