part 14

37 13 9
                                    

_____________________________________________

Adit membuang beberapa coklat dan beberapa surat di depan mobilnya. Dia tidak peduli dengan beberapa pengemar rahasia yang sangat mengidolakan dirinya. Saat ingin membuka mobil dia berdecak kesal ternyata. masih ada lagi kini di samping kaca pengemudi. Kertas bertuliskan 'i love you kak Adit coklat nya jangan lupa di makan!' Adit merobek robek kertas itu sampai menjadi potongan kertas kecil kecil.

"Adit!" Ketika ingin masuk mobilnya Adit beralih pada suara perempuan yang memanggil nya.

"Salwa?" Tanya pada diri sendiri memastikan.

"Kenapa kamu bisa menuduh saya menguna guna kamu?" Bukanya menjawab Adit malah merapikan pakaian dan rambutnya. Salwa menelan ludah dia baru sadar ternyata Adit begitu ber-karisma dia buru buru membuang muka berharap Adit tidak bisa membaca mimik wajah nya yang sekarang begitu mengagumi sosok Adit.

"Memang nya kamu muntah dara? Atau batuk mengeluarkan ban? Saya memang kesal sama kamu tapi tidak sejahat yang kamu pikirkan!" Salwa masih saja melawak di tengah kondisi marah.

"Udah jujur aja!"

"Saya tanya sekarang sama kamu. Kenapa kamu bisa beranggapan saya memakai ilmu hitam?" Salwa menanyakan hal ala yang membuat Adik

"Kenal Erika? Anak kelas 11?" Salwa mengangguk mengenal Erika.

"Waktu itu dia tabrak gue di lapangan! gue marah banget sama dia karena yang gue liat itu lo bukan dia. Apa bukan guna guna itu?" Salwa terkejut benar benar terkejut dengan pengakuan Adit, hal serupa dia alami juga.

"Dan kejadian itu nggak cuma sekali, udah sering banget" tambah Adit.

"Sebentar! Kalau emang beneran kamu kaya gitu, itu bukan guna guna namanya. Guna guna itu bermaksud membunuh seorang yang diincar, tapi kamu nggak kenapa kenapa kan?"

"Yang saya lihat kamu baik baik saja, tidak ada yang terlihat tidak baik baik saja. "

"Ya emang nggak kenapa kenapa, tapi otak gue capek muka lo mulu yang ada di otak gue!" Deg jantung Salwa tiba tiba berdetak begitu kencang saat Adit mengakui bahwa dirinya telah masuk ke dalam pikiran Adit.

"Kamu sudah membuat berita tidak benar dan pada akhirnya satu sekolah membicarakan saya tentang berita yang kamu buat"

"Trus?"

"Kamu bersihkan nama baik saya! Yang sudah kamu kotori"

"Kurang kerjaan"

"Ya harus gitu dong, bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat!"

"Nggak! Gue nggak mau!" Entah  dengan trik apa setan bisa berhasil membuat Salwa emosi.

Adit menah tangan Salwa yang hampir menampar dirinya. Dia tatap tajam mata coklat Salwa dengan tajam sampai sampai membuat Salwa ketakutan. Salwa melihat sekeliling  sudah tidak ada orang kecuali dirinya dan Adit. Salwa benar benar ketakutan Adit mendorong Salwa ke mobilnya dengan keras tampa memperdulikan rasa sakit pada punggung Salwa.

"Kamu mau ngapain?" Tanya Salwa dengan suara bergetar.

"Lo denger baik baik! Beraninya lo mau tampar gue. Kalo tangan lo ini sampai nyentuh pipi gue" Adit mencengkeram tangan Salwa kencang sampai Salwa meringis kesakitan.

"Lo akan dapat yang jauh lebih menyakitkan dari tamparan. Gue nggak peduli, sekalipun lo perempuan!"

Mengangkat tangan tinggi tinggi membuat Salwa memejamkam mata ketakutan.
Saat tangan nya sudah hampir dekat dengan pipi Salwa tiba tiba rasa tidak tega datang di hatinya. Dia berusaha keras untuk mendaratkan tangannya di pipi Salwa. Namun usahanya sia sia dia benar benar tidak tega sekaligus tidak percaya bahwa dirinya memiliki rasa tidak tega pada seseorang.

Adit memegang kedua bahu Salwa lalu melempar ke aspal area parkir. Salwa meringis kesakitan karena dengkul nya berdarah akibat gesekan aspal dan kulitnya. Wajah Adit berubah menjadi panik dan kawatir. Spontan ia memegang kaki Salwa.

"Sorry sorry!" Kata maaf baru terucap kembali setelah hampir 10 tahun tidak mengucap dengan rasa ikhlas. Beberapa kali berucap namun tidak seikhlas kali ini.

Salwa tidak menghiraukan perkataan maaf dari Adit, dia merasa sakit sekaligus senang bisa melihat Adit begitu kawatir dengan dirinya. Tidak tau kenapa Salwa hanya bisa menikmati pemandangan  kekawatiran Adit terhadapnya. Adit membasuh luka dengan air mineral yang Adit ambil dari dalam mobil.

"Sakit nggak?" Lagi lagi sikap Adit mampu membuat dia merasa ingin terluka terus.

"Saya nggak papa!" Salwa sadar dia tidak boleh terlalu jatuh, akhirnya dia mencoba untuk bangun. Adit membantu Salwa berdiri dengan menggenggam tangan Salwa penuh hati hati.

"Gue anter pulang!" Lagi lagi perkataan Adit membuat perasaan Salwa takaruan.

"Saya bisa pulang sendiri!" Salwa berucap setelah menggeleng.

Adit terdiam dia menyadari sesuatu, 'ah sial' dalam hati Adit. Dia menyadari dirinya begitu berlebihan dan akhirnya tampa pamit langsung masuk mobil dan pergi begitu saja.

Salwa hanya bisa menatap punggung mobil yang semakin jauh dari pandangannya. Adit aneh, dia pergi begitu saja tampa pamit.

Salwa berjalan menahan rasa perih. Sedikit demi sedikit ia melangkah akhirnya sampai pada mobilnya. Tak jauh dari tempat mobil Salwa terparkir Adit memperhatikan Salwa. Dia memegang dadanya merasakan detak jantung yang tidak wajar. Pandangan mata Adit terus melihat ke arah mobil Salwa sambil mencari tahu apa yang sudah terjadi pada dirinya.

"Gue kenapa nih? Aneh banget" dia bertanya pada diri sendiri.

Melihat mobil Salwa yang mulai melaju membuat Adit buru buru mengikuti. Dia ikuti dari belakang tidak tau apa yang mendorong nya untuk mengikuti Salwa sampai rumah. Setelah memastikan Salwa sampai rumah dengan selamat membuat hati Adit merasa tenang.

Adit memegang dadanya yang sekarang sudah lebih baik. Menyandarkan tubuhnya di bangku mobil lalu memenjamkan mata berharap rasa penyesalan itu cepat hilang. Pikiran Adit di penuhi oleh perempuan yang tadi telah ia sakiti.

"Kok bisa ya gue gini? Jangan jangan bener lagi!" Dia kesal saat mengetahui dugaan bahwa dirinya sudah mulai punya rasa dengan Salwa.

*******

Salwa berusaha berlari di tengah rasa perih yang dia rasakan. Dia terkejut melihat ayahnya menangis memohon pada 4 orang pria agar tidak di sita. Tidak disita? Apa yang sudah terjadi?

Salwa menghampiri dan langsung memegang kedua pundak ayahnya, mendongak melihat siapa ke-4 orang tersebut. Wajah mereka terlihat sangatlah asing untuk Salwa dia tidak mengenal satupun dari mereka.

"Salwa maaf.." suara Surya terdengar serak seperti sudah kehabisan suara.

"Kenaoa yah?" Surya tak mampu menjelaskan apapun pada Salwa.

"Pak surya telah meminjam uang sebanyak 2 milliar rupiah dan tidak mampu membayar nya, sudah jatuh tempo. Rumah ini yang jadi jaminannya, mau tidak mau kalian harus pergi dari sini" Salwa menatap ayahnya tidak percaya, lalu melihat kembali ke 4 orang itu.

"Jadi mau apa lagi? Keluar sekarang!" Kata salah satu dari mereka tegas.

"Cepat!" Satu lagi tidak mau kalah mengeluarkan suara tegasnya.

Bersambung......

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di part ini!!!!! Dengan cara vote dan komentar! Kritik dan saran kalian sangat membantu aku dalam menyelesaikan cerita S_A_L_W_A.

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang