part 3

225 25 1
                                    

_______

”pihak sekolah sudah tidak tahan lagi dengan tingkah laku Adit, banyak sekali tingkah laku Adit yang tidak menyenangkan. Semua efek jera pun sudah kami lakukan pada Adit, tapi Adit tidak kunjung sadar dengan apa yang ia lakukan." Kata kepala sekolah Sma Pramitha jaya sambil menaruh cangkirnya di atas meja.

"Maafkan anak saya pak, ini salah saya karena kurang becus mendidiknya. Nanti dia akan minta maaf ke bu Sastri pak!" Kata Disti memohon agar anaknya tak diberikan sangi seperti tahun lalu yang mengharuskan Adit tidak lulus SMA. Ya, sebenarnya Adit adalah kakak kelas Salwa tepatnya satu tahun lalu seharusnya Adit sudah tidak ada lagi di sekolah ini. Tapi kejadian waktu itu membuat Adik kelas nya bahagia karena wajah tampan Adit masih bisa mereka liat.

"Baik saya maafkan, tapi ini terakhir kalinya Adit buat ulah! Kalau dia buat ulah lagi kami pihak sekolah akan bertindak tegas untuk membuat Adit tidak lulus lagi tahun ini!" Kata kepala sekolah itu tegas.

"Erika.. Erika.. denger kan?" Kata salah satu anak kelas X1 yang tidak sengaja mendengar ucapan kepala sekolah nya itu.

"Iya iya, denger la!" Kata temanya itu Erika begitu antusias setelah menaruh tumpukan kertas di meja guru.

"Yes! kalau kak Adit gak lulus lagi berarti kemungkinan besar kita bisa sekelas kak aditttt" kata si Lala meloncat loncat kegirangan di susul oleh Erika.

"Hay! Kalian. Kenapa loncat loncat?" Kata kepala sekolah itu menegur mereka berdua yang membuat ia terganggu karena hentakan kaki mereka yang keras. Kaget? Udah pasti, mereka cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh.. bapak" kata Erika. Kepala sekolah itu menaikkan kepala menanyakan kembali pertanyaan nya.
Lala menyenggol tangan Erika mengisaratkan kan ingin menjawab apa.

"Mmm.. itu pak mm..." Lala mengerutkan dahinya menanyakan kembali pertanyaan ke Erika.

"Em Am em! Sudah sana balik ke kelas!" Katanya dengan nada sedikit keras seperti nya kepala sekolah tau apa alasan mereka meloncat loncat.

"Baik pak!"  Jawab mereka serentak dan buru buru pergi dari ruangan itu.

Hari ini  Adit masih beruntung karena ia tidak di skors oleh sekolah. Waktu istirahat tiba, Adit dan kawan kawan pergi ke kantin. Di pertengahan jalan menuju kantin Adit lihat Salwa yang sedang bersama hasto. Namun itu tak membuatnya bertanya tanya ia masa bodo akan kedekatan Salwa dan hasto. Karena kantin ramai sekali dan hanya menyisakan satu meja panjang yang juga sudah di duduki oleh Salwa dan hasto dengan berat hati Adit duduk satu meja dengan Salwa.

"Ngapain lu berdua? Pacaran ya?" Kata satria sambil duduk di kursi.

"Enggak kok!" Kata Salwa dengan reaksi menahan malu.

"Hi..." Semua kawannya sedang meledek Salwa dan hasto namun tak membuat Adit ikut tertarik menggoda Salwa ia memilih memesan makanan.

"Mang! biasa. bakso nggak pake kuah!" Kata Adit berteriak sambil mengacungkan tangan. Sekita Salwa terdiam mendengar pesanan Adit yang sangat aneh itu. Adit melihat Salwa sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Sekali lagi itu tak membuatnya penasaran untuk bertanya pada Salwa ada apa.

"Lo belum tau sal?" Kata Jeffry

"Semua udah tau kali masa lu belum tahu sih. Adit kan gitu ANEH!" Lanjutnya. Adit tak memperdulikan omongan Jeffry barusan. Salwa masih menatap Adit bingung 'ko ada ya orang mesen bakso tanpa kuah' pertanyaan itu menjadi pikiran Salwa saat ini. Bakso tanpa kuah pesanan Adit pun datang.

"Nih dit, bakso tanpa kuah sudah jadi" kata mang Acep dengan logat sunda penjual bakso langganan Adit di kantin. Karena begitu sering Adit membeli baksonya ia sudah akrab dengan Adit dan juga karena pesanan Adit yang sungguh berbeda.

"Oke mang makasih" kata Adit mengeluarkan senyuman lalu mengaduk aduk baksonya agar bumbu nya meresap tidak lupa ia menambahkan kecap dan sambal. Salwa menatap Adit tanpa berkedip ia bingung kenapa Adit memesan bakso tanpa kuah dan juga ia kaget Adit bisa tersenyum walau hanya sekejap dan bisa seakrab itu pada mang acep padahal setahu ia Adit tak pernah tersenyum dan tidak peduli dengan orang lain dengan keluarga nya saja, dia tidak peduli, tapi kenapa dengan mang Acep dia beda? Cuma Pertanyaan itu yang ada di pikiran Salwa.

"Salwa lu nggak mesen makanan?" Pertanyaan hasto itu membuat Salwa tersadar.

"Oh iya Adit, kamu sudah minta maaf sama Bu sastri.?" Kata Salwa tidak memperdulikan pertanyaan hasto satria dan Jeffry tertawa melihat kawannya itu tidak di pedulikan oleh salwa. Butuh waktu yang lama untuk seorang Adit menjawab pertanyaan orang yang tidak dekat dengannya.

"Woy Adit! sudah minta maaf belum sama Bu sastri?" Kata jeffry uang melihat teman nya itu hanya diam.

"Belom" jawab Adit lalu memanggil mang Acep di susul Salwa bertanya.

"Kenapa belum?Kamu kan di suruh minta maaf"

"Iya atuh dit minta maaf" kata mah Acep yang baru datang.

"Ah iya mang itu mah gampang, nih uangnya makasih ya mang" kata adit meranjak pergi.

"Eh dit mau kemana?" Kata Jeffry.

"Basecamp" sambil pergi menjauh.

"Dit tunggu!" Kata satria, mereka bertiga pergi mengikuti Adit.

"Dah Salwa kita mau ke basecamp dulu ya, lu engga boleh ikut ini tempat rahasia ok. Dah!" kata Hasto melambaikan tangan.

"Adit baksonya abiskan dulu atuh"

"Lagi enggak selera makan mang" balas Adit.

Di basecamp mereka tepatnya di ruang musik ekskul yang mereka gemari. Adit memang senang sekali bernyanyi dan memainkan gitar karena menurut nya apapun masalah yang ia hadapi akan hilang perlahan jika ia bernyanyi dan memainkan gitar namun sayang bakatnya ini tak pernah ia tunjukkan pada orang lain sebenarnya Adit tidak mengikuti ekskul ini karena ia tau pasti akan tampil didepan orang banyak ia tidak suka. Tapi ia selalu datang setiap kawan kawannya itu ekskul. Karena kebetulan guru ekskul musik itu kakaknya Jeffry jadi Adit di perbolehkan ikut menemani kawannya dan juga diperbolehkan memainkan gitar.
Alunan musik yang indah membuat siapapun yang mendengarnya terkagum kagum oleh mereka.

Dan.. duarr suara merdu Adit mampu membuat lagu ini makin enak di dengar. Adit menyanyikan lagu IMAGINATION dengan penuh pembawaan. Di depan pintu yang terbuka ada Salwa yang terpukau melihat Adit bernyanyi sambil bermain gitar.karena ruangan musik yang sangat luas dan juga tidak menghadap langsung ke pintu tidak membuat Adit dan kawan kawan menyadari bahwa ada yang sedang memperhatikan mereka. Ya, Salwa diam diam mengikuti mereka dari belakang ia sangat penasaran dimanakah beskem mereka tanpa ia duga sebelumnya seorang Adit memiliki bakat hebat yang terpendam. Salwa benar benar tidak menduga apa yang ia dengar sekarang. Salwa ter geleng geleng dan sesekali tersenyum mendengar Adit menyanyikan lagu itu.

Hai guys! Akhirnya bisa update lagi sebelumnya aku gak bisa buka akun ini jadi lama deh update nya maaf ya. Ya udah jangan lupa buat ninggalin jejak dengan vote and content. Sampai ketemu di part 4

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang