part 6

162 19 17
                                    

 
    Hari senin, mungkin dari sebagian orang banyak yang tidak suka dengan hari itu. Begitu pun dengan Adit and friends mereka selalu mempermasalahkan hari senin karena ada kegiatan 'upacara bendera' mereka selalu pergi ke belakang sekolah yang jarang sekali ada orang yang pergi kesana sebab itu Adit and friends tidak pernah ketahuan madol upacara. Di sana ada bangku dan meja bekas mungkin sudah bertahun-tahun lamanya ada di tempat itu. Tempat itu  sedikit kumuh namum demi tidak melaksanakan upacara mereka rela. Ada satu ke untungan lagi bagi mereka, bisa sepuas hati merokok. Mereka punya satu cara agar tidak ketahuan oleh petugas sekolah yaitu mereka selalu membawa bekas batang rokok itu ke kantong plastik hitam yang selalu di bawa hasto nantinya akan di buang di tempat sampah.

"Kalian!" lagi asik-asik nya merekok mereka terusik oleh suara yang tidak asing di telinga mereka. Mereka juga tidak menyangka salah satu osis itu akan mencari-cari siswa yang madol sampai ke tempat ini. Salwa dengan wajah kesal langsung menghampiri mereka. Buru-buru mereka menyembunyikan batang rokok milik mereka masing-masing. Tak terkecuali Adit namun tidakan Adit malah membuat friends nya menatap Adit yang memasang wajah seakan tidak ada apa-apa. Tidak biasanya Adit seperti itu takut ketahuan akan kenakalan nya. Mereka berpikir kalau ada yang berbeda dari Adit. Apa yang adit rencanakan? Pertanyaan terlintas di pikiran friends Adit.

"Giamana sih kalian kok malah nongkrong di sini?" kata Salwa yang tidak menyadari akan rokok itu. "Sebentar lagi upacara akan di mulai" lanjutnya.

"In-" Jeffry belum sepat berbicara namun sudah di potong oleh Adit.

"Kita lagi nyari kursi" kata Adit yang lagi lagi membuat friends nya tidak mengerti akan perubahan sifat Adit.

Salwa mengirutkan dahinya tidak mengerti perkataan Adit.

"Kursi satria rusak!" katanya dengan wajah yang tidak datar lagi.

"Hah?" kata satria yang tidak merasa kursi nya rusak. Adit langsung menginjak pelan kaki satria agar ia meng-iya kan perkataan Adit barusan.

"Iy--a" kata satria dengan wajah bingung namun ia mengerti akan maksud Adit menginjak kaki nya.
Salwa ber oh~ sambil mengangguk-anggukkan kepalanya walau dia sebenarnya tidak percaya.

"Yaudah cepetan ke lapangan sekarang!" kata Salwa tegas.

"Ok" kata Adit dengan senyum yang manis lalu mendorong friends nya pergi menuju lapangan. Di belakang mereka salwa masih diam membisi tidak percaya pagi ini dia dapat senyum dari Adit yang di kenal susah untuk tersenyum. Tidak lama Salwa tersenyum begitu lebar sambil memegang dada nya yang tidak karuan dan tiba-tiba saja dia merasakan ada yang aneh dari nya.

Di tengah perjalanan menuju lapangan hasto, Jeffry dan satria berhenti, mereka menanyakan apa yang terjadi pada teman mereka itu. Seakan mengerti akan maksud mereka Adit langsung tersenyum.

"Nanti pulang sekolah kita ke tempat biasa." kata Adit lalu meninggalkan mereka.

"Gua yakin Adit jatuh cinta sama Salwa." kata satria masih melihat Adit yang berjalan menjauh.

"Gua setuju sama lu!" kata jeffry sambil mengangguk-angguk dan menunjuk ke satria.

"Apaan sih lu bedua! Engga mungkin kali seorang Adit jatuh cinta." jeffry dan satria menatap hasto lalu saling menatap.

"Gitu-gitu dia juga punya hati kali!" kata satria yang meyakinkan hasto akan Adit jatuh cinta pada Salwa.

"Tau lu, sotoy!" kata Jeffry menoyol kepala hasto lalu tertawa.

"Seterah kalian dah gua mah engga percaya" kata hasto sambil berjalan, Jeffry dan Satria mengikuti.

"Taruhan berani engga?" kata satria pada hasto.

"Ok! Siapa takut!" katanya tidak mau kalah.

Di lapangan Adit and friends merasa lelah dan ke panasan. Topi mereka di sulap menjadi kipas yang bisa sedikit mengurangi rasa lelah dan panasnya.

"Yaampun kak Adit ganteng banget!" kata anak kelas X1
Yang berbaris di samping belakang Adit. Tampa rasa malu ia berkata di depan orang banyak.

"Suttt nanti kalau ada yang denger kamu malu loh!" kata teman di sampingnya yang mengingatkan namun anak itu tidak menjawab ia malah senyum-senyum melihat Adit di di depannya. Sambil sesekali merapihkan rambutnya yang sesikit berantakan.

"Tuh lu liat to, si Adit biasa aja!" bisik Jeffry pada hasto. "Beda banget pas tadi sama Salwa" lanjutnya masig berbisik.

"Mungkin dia engga denger makanya biasa aja" balas hasto juga ikut berbisik.

"Engga mungin engga denger, oranng tuh cewek kenceng ngomongnya. Ya kal--" belum sempat mengucap kalimat selanjutnya Adit memotong pembicaraan mereka.

"Gua denger ya kalian ngomong apa!" kata Adit tampa berbalik kebelakang melihat hasto dan Jeffry. Mereka berdua langsung diam dan merapikan barisan.

****

    Seperti biasanya mereka nongkrong di salah satu caffe langganan mereka. Di sana juga banyak anak seusia Adit yang memakai seragam berbeda-beda mengunjungi caffe itu. Entah dari sekolah mana yang jelas mereka se level dengan Adit and friends. Ya se level! Bandelnya, kaya nya, rupa nya, dan masih banyak lagi.

"Jadi?" kata satria memulai pembicaraan dia sudah tidak tahan lagi ingin tahu apa maksud perubahan sikap Adit.

"Iya apaan dit?" kata jeffry penasaran. "Oh lu jatuh cinta ya sama Salwa?" lanjutnya sambil  menyenggol bahu Adit dengan bahunya.

"Apaan sih lu bedua kan gua udah bilang Adit engga suka!" kata hasto menegaskan kembali.

"Ahh bilang aja lu cemburu!" kata satria dengan kesal.

"Engga! Gua engga cemburu, gua suka aja engga"

"Ih.... Engga percaya gua, lu kan selalu godain Salwa. Masa engga suka" kata Satria lalu menyalakan rokok miliknya.

"Lu mau pada beranten apa mau ngedengerin gua?" kata Adit membuka suara.

"Lagian lu dari tadi diam aja!" kata jeffry setelah meminum minumannya. Adit menarik nafasnya panjang lalu melihat satu persatu temannya.

"Huh.... Jadi gini"

"Apaan dit? lu jangan bikin orang penasaran!" kata Jeffry yang kesal Adit lama sekali mengatakan apa maksud dia.

"Emang keliatan nya gua suka sama Salwa?"

"Tuh kan apa gua bilang, lu suka sama Salwa?" kata satria menunjuk hasti dengan kesal.

"Lu bisa dengerin gua dulu engga?" satria mengangguk.

"Gua sama sekali engga suka sama dia. Gua cuma mau buat dia suka sama gua dan engga punya lagi malu."

"Tuhhhhh benerrrr! Mana seratus, seratus." kata hasto dengan semangat meminta uang taruhan nya.

"Ah lu dit, kalah kan gua" kata Jeffry memukul keras meja lalu memberi uang pada hasto

"Terus apa rencana lu?" kata satria setelah memberi hasto uang.

"Gua belum tau sih" kata Adit melihat lurus kedepan.

"Ahay lumayan" hasto memasukan uang itu ke dalam saku celananya. "Eh tapi lu serius mau buat Salwa suka? Nanti lu loh yang jadi suka!" lanjut hasto.

"Ahh engga bakal lah!" dengan nada suara tinggi.

"Cuma ngingetin!" katanya sekali lagi mengingatkan.

Bersambung......

Jangan lupa vote and coment nya di tunggu saran dan kritiknya.😀
                  ⬇

IG : @Ati_mlt.23
              

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang