part 17

37 13 5
                                    

______________________________________________

puluhan siswa menghampiri Adit, mengepung di tengah lapangan. Semua saling melihat sesekali lalu memperhatikan gerak gerik adit yang mengotak atik alat pengeras suara yang dia pegang. Semua saling berbisik menanyakan perihal tentang apa yang akan di lakukan oleh sang siswa ter- tampan, ter-hits, ter- ter ri sekolah itu.

"Cek. Cek." Adit mengetes apakah alat pengeras suara itu berfungsi.

"Gue RIFKY ADITYA ANGGARA mau bilang ke kalian semua! Semua disini pasti udah pada tau tentang video yang lagi rame kalian jadiin bahan gosip. tuduhan Itu nggak bener! Itu salah, gue emang nuduh dia, gue emang marah marah sama dia, dan gue juga yang dorong dia. Dan yang perlu lo pada tau video itu sudah di rekayasa! "Adit menyebutkan namanya secara lengkap menyatakan bahwa ini memang benar dirinya.

Tiga sekawan Hasto, Jeffry, dan Satria benar benar tidak menyangka bahwa seorang Adit mau melakukan hal gila seperti ini, mau berbicara di depan umun seperti ini, mau membela manusia lain seperti ini padahal semua itu tidak pernah mau Adit lakukan apalagi membela manusia. Ini bukan Adit!

Adit berhenti sejenak melihat semua orang yang sedang memperhatikan dirinya. Laura menatap Adit menunggu kalimat selanjutnya yang di ucapkan oleh Adit. Laura lipat kedua tangannya di dada pandangannya terus melihat kearah Adit.

"Ini adalah kesalahpahaman antara gue dan dia" Adit menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan. "Dia perempuan baik baik!" Kalimat terakhir mampu membuat ketiga temannya dan Laura diam membeku.

"Gue tegaskan sekali lagi! Ini kesalahpahaman dan dia perempuan baik baik!" Adit berjalan mendekat kepada orang yang dia curigai sebagai pelaku perekam video dirinya dan Salwa. Semua mata melihat laki laki yang Adit tuju, ia memakai kacamata dengan lensa tebal, kancing baju di kancing sampai habis, seragam nya di masukkan kedalam celana dengan rapi. Mengetahui dirinya yang di curigai ia ketakutan bukan main, tangannya gemetaran, beberapa kali menelan ludah, dia menundukkan kepala tidak berani melihat wajah Adit yang begitu menyeramkan baginya.

"Eh dit kali aja bener! Ini buktinya! Elo beda banget" kata siswa yang berada di kerumunan siswa lain. Adit hanya menatap tidak menjawab apapun.

Rata rata siswa mengiyakan perkataan siswa yang berani memberikan pendapat.

"iya kak Adit! Sadar kak!" Siswi yang masih kelas 11 itu menyuarakan pendapat nya sekaligus tidak terima pujaan hatinya jadi orang yang peduli pada orang lain. Lagi lagi Adit hanya menatap tidak menjawab.

Mayoritas siswa bersorak 'sadar! Sadar! Sadar!' Adit mengecilkan ukuran lingkaran di matanya menatap mereka.

"Pasti bener ini, kak Adit di guna guna!" Kata siswi yang baru kelas 10 terlihat begitu berani tampa terlihat malu. Oh iya lupa! Kan kalau sudah jatuh cinta sama Adit pasti tidak akan ada urat malu nya lagi.

"Jangan jadi bego kaya gue! Jangan ngomong kalo lo nggak tau artinya!" Kali ini Adit menjawab pertanyaan yang bertujuan untuk nya. Sekaligus menyatakan dirinya bodoh.

"Tau bedanya guna guna sama pelet?" Adit bertanya balik pada siswi yang searang tersenyum penuh makna.

"Tau nggak?" Bertanya lagi. Meresa dia tidak akan tau Adit akhirnya melanjutkan perkataan nya. "Sama bego berarti lo ama gue!"

"Guna guna itu bertujuan untuk membunuh seorang yang di tuju, dan kalian liat Adit berdiri dengan tubuh yang tidak kurang satupun. Berarti tuduhan kalian terhadap Salwa itu tidak benar!" Reyno juga tidak mau berdiam diri melihat orang yang dia sayang di anggap jadi orang yang jahat.

"Kalo pelet?" Siswa lain bertanya.

"Gini ya teman teman sekarang ini udah tahun berapa? 2021 mana ada yang kaya gitu!" Reyno kembali berusaha membela Salwa.

"Bilang aja nggak bisa jawab!" Siswi yang seangkatan dengannya berkata dengan nada suara kesal.

"Udah udah! Ini bukan sesi tanya jawab!" Adit bersuara lagi dengan pengeras suara yang sangat berfungsi dengan baik.

"Buat yang merekam dan menipulasi video itu, siap siap untuk mendapatkan sedikit teguran dari gue!" Adit mematikan alat itu lalu pergi begitu saja mendorong siapa saja yang menghalangi jalan nya.

"Dit! Ini bener lo?" Jeffry bertanya sambil mengikuti Adit ke ruang serbaguna untuk mengembalikan alat pengeras suara.

"Sumpah dit lo keren banget!!!!" Satria mengapresiasi tentang kejadian tadi.

"Apaan sih! Keren dari mana? Aneh iya?" Jeffry tidak sependapat dengan perkataan Satria.

"Tau nih, keren dari mana nya? Jangan jangan bener lagi dit! lo suka sama Salwa?" Adit menghentikan langkahnya saat mendengar perkataan Hasto. Adit menelan ludah, wajahnya tiba tiba menjadi pucat. Hening beberapa detik.

"Jangan ngaco!" akhirnya mengeluarkan suara tampa melihat ke belakang.

"Terus itu semua buat apaan?" Hasto meragukan jawaban Adit tentang perasaan Adit sendiri.

"Kembali ke rencana awal!" Jawab Adit ketika masuk di ruang serbaguna. Hasto, Satria dan Jeffry berhenti di depan pintu melihat satu sama lainnya.

"Maksudnya gimana sih?" Satria bertanya pada kedua temannya.

Keduanya hanya menggeleng sambil sambil melihat Adit menaruh alat pengeras suara itu di tempatnya lagi.

********

Salwa berbaring di ranjang sedari pagi hanya bangun dari ranjang ketika makan, minum, dan ke kamar mandi. Dia sedang tidak enak badan, mungkin kelelahan bersih bersih rumah barunya yang sudah tidak di huni selama 5 tahun.

Sedangkan Surya sudah tidak ada di rumah sedari pagi untuk pergi ke toko kue miliknya. Kurang lebih sudah 4 jam lamanya Surya pergi, Salwa mengerti itu. Ayahnya pasti sedang bekerja keras untuk membayar rumah yang sekarang ia tempati. Untung saja pemilik rumah ini mengenal baik keluarga Surya, jadi untuk pembelian rumah ini boleh lewat jalur mencicil.

Salwa terbangun dari tidurnya melipat kedua kaki diatas ranjang. Dia bosan di rumah saja, tadi pagi bukan niat Salwa untuk tidak masuk sekolah, tapi karena ayahnya menyuruh ia diam di rumah dulu untuk istirahat.

Dia melihat kamarnya yang jauh berbeda ukuran nya dengan kamarnya yang dulu. Bukan hanya ukuran, warna hijau yang identik dengan kamarnya sekarang hanya ada beberapa barang yang berwarna hijau.

"Kok bosen ya?" Tanya Salwa pada dirinya sendiri.

Dia tersenyum setelah kepalanya mengarah ke meja samping ranjang kanan. Hp yang belum ia sentuh dari semalam itu tergeletak bersama casing hp yang tentunya berwarna hijau. Dia mengambil hp dengan kedua tangannya. Sebelum menyalakan hp ia menatap hp nya sambil tersenyum.

"Hah?" Dia terkejut saat membuka grup whatspp angkatan. Salwa Semakin penasaran menelusuri isi obrolan yang mereka bicarakan.

Dia memutar hp nya saat video yang hendak ditonton olehnya. Mata nya membuat sempurna saat detik demi detik melihat video itu.

"Astaga!" Hatinya sakit setelah membaca beberapa komentar dari siswa siswi sekolahnya.

Salwa adalah perempuan penyabar, hal ini pasti tidak akan membuat dia marah besar. Dia menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan dia tau kebenaran pasti akan terungkap.

"Laura..." wajah Salwa berubah jadi rasa bersalah karena telah melibatkan Laura dalam hal ini.

Video tentang Adit dan Salwa berjalan ber-episode episode, banyak sekali yang membuat konspirasi tentang ini.

"Laura maaf!" Salwa meminta maaf pada Laura karena telah melibatkan dia dalam masalah ini.

"Videonya emang rekayasa. Tapi Adit yang membenci aku mungkin itu benar" dia berbicara sambil melihat lihat semua konspirasi yang teman teman nya buat.

Bersambung.........

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di part ini!! Kritik dan komentar kalian sangat membantu aku menyelesaikan cerita S_A_L_W_A.

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang