part 12

29 11 4
                                    

_____________________________________________

Salwa mencari cari keberadaan orang yang sudah tidak lagi ingin berteman dengannya. Saat menemukan orang yang ia maksud, ia langsung berlari mengejar pria itu. Tangan nya terasa berat untuk menggapai bahu lebar pria itu, namun ia memaksakan untuk menyentuh dan menyuruh pria itu berhenti.

Pria itu menoleh kebelakang, dapat terlihat dengan jelas wajah penuh kecewa dari wajah Salwa. Dia salah, pria ini bukanlah pria yang dia maksud, Adit.

"Maaf ini tadi kunci kamu jatuh, saya melihat kunci ini jatuh dari tas kamu" kata Salwa berusaha tersenyum, padahal dia sudah berharap kunci ini milik Adit karena bisa jadi awal yang baik untuk Salwa meminta maaf.

"ohh iya kak, terimakasih!" Jawab pria yang kebetulan Adik kelas Salwa, Salwa tersenyum.

Ini benar benar aneh, dari kemarin Salwa selalu salah melihat orang. Di minimarket, di mall, di toko buku, dan sekarang di sekolah juga.

"Astaga" dia menggeleng saat mengingat berapa banyak orang yang sudah ia lihat seperti Adit. Adahal tidak ada kemiripan sedikitpun dari semua orang itu, dia berjalan setelah menutup wajahnya dari tangan.

Salwa menyetir mobil, namun pandangan nya kosong seperti banyak sekali yang sedang ia pikirkan. Tatapan Salwa kosong melihat lurus kedepan, dan akhirnya....

Brukk

Mobil Salwa sepertinya menabrak sesuatu, buru buru dia melepas seatbelt dan langsung turun. Dia menghembuskan napas kasar seraya mengucap syukur. Mobilnya hanya menabrak sebuah  sepeda beroda tiga entah siapa yang menaruh di jalan, setidaknya yang dia tabrak bukan mahluk hidup.

Salwa menoleh kebelakang saat mendengar suara tangisan anak kecil yang berada di belakang.

"Adek ini sepeda kamu ya?" Tangisan anak kecil itu menjadi jadi saat Salwa bertanya.

"Jangan nangis kakak minta maaf ya" Salwaa menghampiri anak kecil itu dan menenangkan nya, anak kecil itu berusia sekitar 4 tahun dia sangat menggemaskan.

"Salsa kenapa nak?" Suara perempuan dari kejauhan bertanya sepertinya pada anak kecil itu dan benar ia berlari kearah Salwa dan anak kecil itu.

"Salsa kamu tidak papa?" Ibu itu menarik tangan anak kecil itu untuk berada di pelukan nya. Tangisan anak kecil itu makin menjadi jadi.

"Maaf bu, saya tidak sengaja menabrak sepeda adek ini!" Salwa mencoba membela diri, menjelaskan apa yang membuat Adik kecil itu menangis.

"Saya akan bertanggung jawab atas kelalaian saya bu" Salwa berusaha bertanggung jawab.

"tidak usah, saya yang seharusnya minta maaf. Seharusnya Salsa tidak saya tinggal bermain sendirian, maaf ya nak! Biar saya ganti kerusakan mobil kamu." Ibu itu tersenyum pada Salwa.

"Tidak usah ibu! Hanya lecet sedikit kok!"

"Ya sudah saya dan Salsa pergi dulu! Maaf ya sekali lagi!" Ibu dan anak itu pergi membawa sepeda yang tadi di tabrak Salwa.

Salwa melanjutkan perjalanan menuju rumahnya, sekarang dengan lebih hati hati. Sesampai nya di rumah ia langsung meluncur ke kamarnya, memejamkan mata berharap bayang bayang Adit pergi darinya.

Tidak terasa Salwa sudah tidur lebih dari satu jam, ia bangkit dari kasur berniat pergi menuju kamar mandi, tapi langkah nya terhenti saat melihat seorang laki laki yang sedang memotong rumput taman. Salwa mengucek matanya memastikan siapa pria itu. Saat membuka mata Salwa terkejut pria itu sudah berdiri dan memandang dirinya. Mata Salwa melotot sempurna saat tau siapa yang dia lihat itu, Adit.

Namun saat di tegaskan lagi wajah Adit berubah jadi lebih tua dan pastinya ini hanya halusinasi Salwa. Yang dari tadi dia sangka Adit tidak lain dan tidak bukan adalah ayahnya. Salwa melambaikan tangan pada Surya dan Surya membalas.

Salwa menggeleng lalu pergi menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan diri dan mengganti pakaian Salwa membanting tubuhnya di kasur yang sangat empuk dan pastinya berwarna hijau. Salwa meraba sekitaran tempat tidur mencari hp berniat menghubungi seseorang.

Salwa menggigit ujung kuku jari tangannya, menunggu seseorang itu mengangkat telepon darinya.

"Hallo ra!" Ternyata Laura yang ia hubungi.

"Iya wa kenapa?" Suara dari balik telepon bertanya.

"Kejadian kemarin ke ulang lagi" Salwa bercerita dengan wajah gelisah.

"Kejadian apa?"

"Yang di mall, yang aku kira Adit tahu nya bukan"

"Ohh.. Terus sekarang gimana kejadiannya?" Kata Laura bangkit dari tempat duduknya berdiri menghadap jendela kaca.

"Tadi pulang sekolah di area parkir anak kelas 10 aku kira Adit dan parahnya tadi pas baru bangun tidur aku melihat ayah kaya Adit! Jelas banget kaya Adit, tapi pas di tegaskan lagi ternyata salah."

"Bentar!" Laura berjalan menuju meja belajar menyelipkan hp di bahu dan pipinya. Tangannya berusaha membuka laptop mencari tau tentang kejadian yang Salwa alami di aplikasi bernama google.

"Kenapa ketawa ra?" Salwa bertanya saat mendengar laura menahan tawa.

"Menurut mbah google nih ya..  itu tanda bahwa kamu sedang merindukan seseorang, seseorang nya ya yang kamu ceritakan tadi, berarti kam--" tertawa lagi lalu melanjutkan kalimatnya "jangan jangan kamu punya...?"

"Punya apa? Nggak ada ah!" Dada Salwa bergemuruh kencang, sampai membuat napasnya terasa sulit. Kata 'punya' mampu membuat Salwa tak karuan.

"Sudah dulu ra! Aku ingin mandi sudah sore!"

"Okey!" Menutup sambungan telepon.

Salwa berjalan menuju kamar mandi dan mengambil handuk, namun saat berjalan melewati depan cermin dia menepuk jidat. Dia baru ingat, balum satu jam yang  ia selesai mandi sudah lupa.

"aku kan udah mandi!!" Dia menghembuskan napas kesal. Dia tidak menyadari bahwa dirinya baru saja mandi bahkan rambutnya belum begitu kering.

*******

Pagi ini Salwa merasa tidak selera makan, rasanya dia ingin pergi ke psikolog. Bayang bayang Adit seperti hantu di pikiran nya selalu datang lalu pergi, tapi pergi tidak begitu lama. Dia takut ada gangguan dalam jiwa nya, atapun dia sedang di guna guna oleh Adit.

"Kamu sedang ada masalah?" Surya bertanya kepada putrinya yang sedari tadi hanya memutar-mutar roti. Salwa menggeleng, lalu berusaha memakan roti berisi coklat kacang yang dari tadi ia pegang.

"Ayah! Salwa berangkat sekarang ya" Salwa mencium tangan Surya lalu pergi meninggalkan meja makan.

"Hati hati Salwa!" Surya berteriak saat tahu anaknya ngacir ke luar rumah.

Bersambung......

Jangan lupa buat taruh jejak disini!!!  Dengan cara vote dan komentar, kritik dan saran kalian sangat membantu aku menyelesaikan cerita   S_A_L_W_A  .

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang