Part 23

28 6 0
                                    

________________________________________

"Huh.." Adit menjatuhkan bokongnya di sofa empuk berwarna hitam dengan hembusan nafasnya.

"Kenapa dit? Kaya banyak masalah. Cerita lah sama kita kita" Jeffry bertanya lalu matanya fokus lagi pada kunci gitarnya.

Adit tidak menjawab dia masih memejamkan mata sambil bersandar di sofa. Satria dan Hasto saling melihat, bingung dengan teman paling kaya raya ini.

Satria menyenggol lengan Jeffry yang sibuk dengan gitar, Jeffry melihat Satria lalu tau maksudnya. Jeffry menaruh gitar di belakang sofa, berjalan maju mendekati Adit dan duduk di samping Adit.

Merasa ada yang menepuk bahunya membuat Adit membuka mata, melihat ke samping.

"Lo kalo ada Masalah cerita sama kita dit! Kaya baru temenan kemarin aja, kita kalo ada Masalah kan lo juga yang bantu" Jeffry memulai menanyakan keadaan Adit.

"Kayanya gua jatuh cinta deh!" Kata Adit terburu-buru ke permasalahan nya. Semua mata melotot terkejut kecuali Satria dia tersenyum seperti sudah mengetahui Adit akan jatuh pada Salwa.

Adit merubah posisi duduknya jadi tegak, melihat satu persatu teman nya yang sudah tidak sabar mendengar Adit berbicara.

"Gua lagi mikirin Salwa dari kemarin, nggak berubah! Selalu dia. Apa itu bukan jatuh cinta namanya?" Satria tertawa terbahak-bahak, yang lain pada bingung.

"Gua dari awal udah nebak lo bakal jatuh cinta sama Salwa!" Satria berbicara sambil menahan tawanya.
"Ingettt banget gua lo pernah bilang ' nggak akanlah gua jatuh cinta, sama Salwa lagi bukan tippe gua!' gitu kata lo eh sekarang malah..." Yang lain juga tertawa, merasa ini hal yang aneh dan lucu. Seorang Adit jatuh cinta? Keajaiban dunia ini namanya.

"Menurut lo pada gua harus gimana?" Meminta saran kepada ketiga temannya. Ketiganya diam sejenak memikirkan jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Adit. Sedangkan Adit tidak sabar mendengar saran dari ketiganya.

"Menurut gua sih perjuangkan!" Satria mengepalkan tangan mengisyaratkan kata 'semangat'.

"Gitu ya sat?" Adit bertanya dengan penuh semangat.

"Kali ini gua setuju sama Satria" kata Hasto menepuk pundak kiri Adit.

"Gua juga!" Jeffry menyetujui saran Satria.

"Permasalahan nya Salwa demen lo nggak?" Hasto membuat Adit berubah ekspresi.

"Tapi gua yakin demen Ama lu! Secara kan lu seorang Adit gitu, ya kali di tolak" Hasto memberikan pernyataan lagi.

"Intinya semangat, perjuangin, harus buat dia percaya sama lu!" Jeffry kembali memberikan saran.

Adit melihat ketiga temannya sambil tersenyum mengangguk angguk. Dia sangat bersyukur setidaknya dalam hidup, dia punya teman seperti mereka dan sebentar lagi akan mendapatkan Salwa. Tunggu saja, sebentar lagi!

*******

"Wa! Tunggu!" Salwa menoleh kebelakang saat namanya di panggil oleh suara yang tak asing untuk nya.

Laura, dia berlari setelah memanggil Salwa dari kejauhan. Menatap tajam sahabatnya dari jauh, Salwa sadar dengan itu ia tau maksud Laura.

"Kamu bareng Adit lagi?" Kata Laura saat tiba di depan Salwa.

"Iya, tadi Adit kerumah!" Salwa menjawab dengan santai.

"Astaga mau sampai kapan drama ini selesai? Jangan ikut ikutan wa, ini drama yang jelek. Adit terlalu tidak pantas buat kamu, begadulan, Badung, sok ganteng, banyak kasus, bany~" terputus saat sadar di belakangnya ada sosok yang sedang ia bicarakan dari kaca mading di belakang Salwa.

Laura merapikan rambut mendongak kebelakang, ya tepat sekali itu memang Adit.

"Pantesan aja kuping gua panas!"

"Kuping lo deket api unggun kali!" Jawab Laura ketus.

Adit menghiraukan sedangkan Salwa menahan tawa.

"Ya udah lanjutkan, tapi sal hati hati! Ada setan di deket kamu, serem banget"

" Eh sialan maksud lo gua?! Lu tuh Dajjal!" Laura tak terima.

"Tuh kan kaya ada suara tapi gak ada wujudnya" memegang lehernya melihat sekeliling pura pura tidak melihat Laura.

"Emang dajjal ya lu!" Menendang belakang Adit namun keburu Adit menghindar, Salwa pun juga menahan Laura.

"Udah udah lau! Kita ke kelas aja oke?" Salwa menarik tangan Laura tapi Laura masih Dian di tempat tidak ingin ke kelas.

"Laper!" Laura memegang perutnya.

"Yaudah ayuk ke kantin!" Laura tersenyum lebar sekali.

"Kenapa lo?!" Satria menepuk bahu Jeffry yang sedang diam memperhatikan lawan jenis, sepertinya ada yang naruh hati diam diam nih.

Dia menoleh ke Satria melihat Satria kesal, lalu melihat lagi Laura. Ya! Tepat sekali Jeffry ada rasa pada Laura si cewe setengah cowok dengan keberanian yang luar biasa.

"Lo demen laura? Si cewe jadi jadian?" Adit berwajah tak suka saat menebak perasaan Jeffry.

"Apaan sih lo dit!" Jeffry menangkal pertanyaan Adit.

"Bagus deh kalo nggak" Hasto menambahkan pernyataan tidak setuju nya.

"Ayu ah ngapain ngomong dia sih, jadi makan nggak?" Jeffry menyodorkan makanan sedikit kesal karena membicarakan perasaan nya.

Mereka tersenyum menahan tawa melihat reaksi Jeffry.

"Eh eh dit mau kemana?" Tanya Satria yang menyadari Adit berbelok berlawanan arah.

"Nyamperin calon pacar!" Teriak Adit, semua mata langsung melebar saat mendengar itu.

Semua berbisik menebak siapa yang di maksudkan Adit? Siapa gadis yang berhasil ambil hati Adit? Siapa pemenangnya?

"Mungkin nggak sih gengs, kalo itu kak Salwa?" Bisik salah satu siswi kelas 10 kepada teman se meja nya.

"Iya aku sih iya!" Jawab temannya.

"Ahh sedih" kata siswi lain.

"Sama gue juga"

Tiba tiba semua wajah perempuan di sana berubah jadi kecewa, selain Laura dan Salwa. Mereka malah asik dengan makanan mereka sendiri tidak peduli dengan suara bising, tapi sebenarnya ada yang sedang nutupin pipi merah nya.

"Aku gabung sini nggak papa ya sal?" Tanya Adit namun langsung duduk di depan Salwa.

"Belum di izini duduk kali!" Saat Salwa ingin menawarkan Laura sudah menyerobot, dia sangat tidak menyukai Adit. Padahal ada rahasia besar yang pernah ia tutupi dari siapapun bahkan sampai sekarang.

"Nanti Salwa juga bakal bilang iya" menjawab namun tidak melihat ke arah Laura dia fokus pada bakso Tampa kuah miliknya.

"Lo denger baik baik lau! Jangan galak galak jadi cewe, kasian nanti Jeffry" sekarang makan sambil menasehati lauara.

"Sorrry lo siapa ya?" Jawab Laura makin sinis.

"Emangnya Jeffry suka sama Laura dit?" Tanya Salwa penasaran.

"Nggak tau juga sih" Adit menyengir di depan Salwa, Laura yang melihat ekspresi wajah Adit menggerakkan mulutnya seakan akan ingin muntah.

"Jijik tau nggak sih liat muka lu gitu, geli!" Laura sangat tidak menyukai Adit, namun ia pernah jatuh cinta pada Adit. Diam diam aja ya ini rahasia! Laura sudah menutupi itu rapat-rapat dia bahkan merasa malu pernah menyukai manusia seperti Adit.

"Bodo!" Jawab Adit singkat.

Salwa tertawa kecil melihat dua orang yang selalu bertengkar karena masalah masalah yang sepele bahkan kadang kedua nya sering membuat masalah.

Bersambung.......

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA CERITA INI!!!!! KAMENTAR DAN VOTE KALIAN SANGAT MEMBANTU AKU MENYELESAIKAN CERITA SALWA.

Sampai jumpa di part selanjutnya, terimakasih.

S_A_L_W_ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang