Sejauh mata memandang yang dapat dilihat hanyalah dataran putih, pohon-pohon dengan yang dihiasi salju putih di atasnya benar-benar membuat hutan itu nampak indah, padahal matahari bersinar di atas sana namun tak cukup untuk sekedar menghangatkan.
Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berusia 19 tahun dengan mata biru tengan tertatih-tatih melangkan dengan tubuh penuh luka sayatan dan lebam juga baju yang sudah penuh dengan darah.
Pakaian yang pemuda itu kenakan memang tampak mewah, namun itu tak cukup untuk menepis dingin yang kini mengelilinginya.
Rasanya hampir membeku, sejak semalam pemuda itu berjalan meyusuri hutan, bersyukur karna hujan salju semalam tak separah hari hari biasanya, Xander sudah mulai kewalahan dengan keadaannya sendiri.
"Dasar anak tidak berguna!!!, mulai tidak tahu diri kamu" bentakan ayah tirinya masih tergiang ngiang di otaknya sampai sekarang, itulah alasan Xander pergi dari istana vampire, ah lebih tepatnya kabur.
Apakah salah jika Xander mulai membenci adiknya sekarang? Orang yang menjadi penyebab ia di siksa tanpa ampun oleh ayah tirinya.
Di ujung sana terlihat beberapa penjaga kerajaan Demon tengah berjaga, sudah sejak beberapa menit lalu Xaner memasuki wilayah Demon tanpa membunyikan alaram penyusup, karna ia memang bebas memasuki wilayah Vampire maupun Demon mengingat darah kedua mahluk itu mengalir dalam darahnya.
"T-tolongg..ng" kata Xander lemah dan mengulanginya beberapa kali hingga seorang penjaga mengalihkan pandang padanya.
"Pangeran Xander!!!" teriak penjaga itu membuat kawan-kawannya sontak menoleh juga, mereka terlihat terkejut dengan keadaan Xander dan mulai berlari kearahnya, namun Xnder memang sudah tak tahan lagi.
'bruk' tubuhnya terjatuh menghantam dinginnya tanah bersalju.
"PANGERANNN...!!!!"
***
Ditempat lain di waktu yang sama...
Seorang wanita vampire berambut pirang dengan mata biru wajah awet muda nan cantik jelita tengah berjalan menelusuri lorong mewah dengan lampu lampu indah yang yang menghiasi, dengan nampan berisi segelas darah segar berada di tangannya.
Sesekali ada beberapa pelayan yang menundukan kepala ketika berpapasan dengannya yang di balas angukan singkat tanpa senyuman yang terkesan angkuh. Entah sejak kapan wajah nya tak lagi tersenyum, namun dari semalam ia tak dapat tidur akan suatu hal yang ia sesali, mungkin.
Kini di hadapan wanita cantik bergaun biru tua itu terdapat sebuah pintu besar dengan ukiran rumit nan indah, wanita itu tampak menghela napas sejenak lalu mulai mngetuknya pelan.
"Xander..." kata nya lembut, tak mendapat jawaban wanita itu mulai mengetuk lagi "Xander buka pintunya sayang," katanya lagi, tetap tak mendapat jawaban wanita itu, Olivia mencoba membuka pintu tersebut. Ketika pintu terbuka terlihatlah sebuah kamar mewah tanpa seseorang pun di dalamnya, masih dengan pikiran positif wanita itu bejalan masuk dan menaruh nampan yang tadi ia bawa ke meja di dekat ranjang.
"Xan, kau di kamar mandi?" tannya wanita itu mendekati pintu kamar mandi, "Xan, kau baik-baik saja?" Tanya nya lagi, ah sepertinya pertanyaan nya itu salah karna orang yang dipangilnya pasti tak baik-baik saja setelah mengalami penyiksaan semalam, "Xander jawab ibu!, apa kau baik-baik saja?" Tanya wanita itu lagi dan mendorong pintu kamar mandi.
"Xander!" teriak nya menyadari putra nya tidak ada di sana, Olivia mulai panik dan berlari keluar guna mencari seseorang yang dapat membantunya.
Tergesa gesa menuruni tanga, tak mengiraukan pertanyaan beberapa orang yang dilewatinya, wajahnya panik dan binggung, kali ini Olivia benar benar menyesali bungkamnya semalam, ia tak menyangka jika Xander akan pergi begitu saja, kabur lebih tepat nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlahir Sebagai Raja
VampireImmortal - Fiksi Terlahir Sebagai Raja. Tentang hati yang terlanjur mati. Xander Valentino Anderson. Dia terlahir atas dasar cinta namun di tingalkan begitu saja, dia dibesarkan dengan kebencian dan kesepian hinga tumbuh menjadi sosok dingin nan e...