Gadis berambut pirang itu merengut sebal, sekarang masih pagi, matahari baru saja terbit Era berfikir akan pamit pada Valen dan yang lain karena harus segera pulang namun apa, pemilik rumah yang mereka sewa malah bilang mereka sudah pergi dari subuh.
Sia sia Era bangun pagi, berdandan, dan membeli banyak makanan, orang yang ia harapkan sudah tidak bisa ia temui.
"jangan memasang wajah cemberut begitu, orang asing dan dua temannya itu pasti punya tujuan yang harus mereka tempuh bukan? Kau tak boleh marah Althera!" ujar Nicolas.
"tapi Valen bukan orang asing Nic, berhenti menggapnya ancaman oke?" kata Era masih dipenuhi kekesalan.
"terserah kau," Nicolas mengendus malas.
Kedua remaja itu sampai di penginapan mereka, Althera menarik tasnya kasar ia masih sangat kesal karena gagal menemui Valennya.
Nicolas yang baru datang dari kamarnya hanya bisa menggeleng kepala, tak masalah Era sedikit kesal asal tidak bertemu orang asing itu lagi, pikir Nicolas.
"sudahlah kau mau meruntukinya seperti apapun ia tak akan kembali Era, masa sewa kita sudah mau habis jangan menyusahkan pemilik penginapan untuk mengusirmu dulu nona, ayo pergi!" kata Nicolas panjang lebar.
"iya Nic, sebentar," Era mengikat tali sepatunya kencang lalu berjalan menghampiri Nicolas.
Nicolas berjalan dibelakang Era, sesekali melihat gadis berambut merah itu kesal adalah hal yang menyenangkan, Nicolas janji dengan sepotong puding coklat dan sedikit jalan-jalan akan membuat perasaan Eranya semakin membaik.
Tanpa terasa mereka sudah nelewati gapura pasar Immortal, Era menatap sedih gapura itu ia harap ia akan dapat kesempatan lagi untuk datang kemari, terlepas dari pertemuan keduanya dengan si vampire bermata biru itu Era sangat senang berada di sini.
Tapi mengingat ia pergi tanpa izin dan membohongi ibundanya mungkin datang tanpa dua puluhan pengawal ditambah Nicolas adalah hal mustahil, begini sekali nasib menjadi putri raja.
Bayangkan saja selama 18 tahun kau hidup yang kau lihat hanyalah dinding kastil dan orang yang itu itu saja, bosan? Tentu Era sudah hampir mati kebosanan di dalam sana, jika saja tidak ada Nicolas mungkin Era benar benar akan mati kebosanan, apa lagi orang tuanya yang terlalu sibuk dan terlaku parno atas apa yang tidak Era fahami.
"salju mulai turun, pakai jubahmu! Udara akan semakin dingin," Nicolas memperingatkan
Era mengangguk dan memakai tudung jubah merahnya, tanpa keduanya sadari empat pasang mata tengah menatap mereka dari balik pepohonan nan dingin, dinginnua salju membuat indra dan penciuman Nicholas memudar, ia tak sadar bahwa bahaya besar ada didepan.
Pria dibalik pohon itu menutup satu matanya, membidik anak panah ke arah Era dengan mengarahkan anak penahnya tepat kejantungnya.
Tidak, ia tak berniat melukai Era, pria itu tahu pemuda disamping keponakan Queennya akan melindungginya.
Satt!! Panah itu meluncur cepat tanpa hambatan.
"ERA AWAS!!!" Nicholas mendekap Era dan melindunginya dengan punggungnya, sebuah anak panah tengah menancap disana.
"NIC!!!" Era berteriak histeris.
Pemuda bermata hijau itu terperosok jatuh dalam rasa sakitnya, ia mendesis menahan perih yang menyebar keseluruh tubuhnya, panah itu beracun.
Era menahan tubuh Nicholas, namun pemuda itu terlalu berat untuk gadis lemah sepertinya.
"Nona Althera Riley, apa aku benar? xixixixi," seorang wanita berambut coklat keluar dengan wajah menyeringai mengerikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/266135244-288-k793417.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlahir Sebagai Raja
VampirosImmortal - Fiksi Terlahir Sebagai Raja. Tentang hati yang terlanjur mati. Xander Valentino Anderson. Dia terlahir atas dasar cinta namun di tingalkan begitu saja, dia dibesarkan dengan kebencian dan kesepian hinga tumbuh menjadi sosok dingin nan e...