Rogue attack

11 1 0
                                    

Hawa dingin menembus jubah kulit yang Valen kenakan, berjalan di belakang Theo dan Steven yang tengah memegang senter, sudah setengah hari mereka berjalan mengikuti peta tua milik Theo, seharusnya sang matahari tengah berada di atas kepala namun kabut tebal menyamarkannya.

"Jadi setiap penyihir yang lahir itu akan terlahir dengan kekuatan yang berbeda beda, ada yang terlahir dengan kuasa atas tanah, air, petir, akar, dan masih banyak lagi, namun hanya para keluarga kerajaan yang memiliki kendali atas api," Kesimpulan Theo atas sejarah panjang kekuatan para penyihir.

"Lalu apa elemenmu bung?" Tanya Steven tanpa mengalihkan fkusnya pada jalanan.

"Aku elemen cahaya, elemen terlemah sepanjang sejarah, hanya bisa membuat lentera kecil dari tongkat sihir, atau membuat lentera yang hanya bertahan selama duapukuh empat jam," kata Theo agak lesu.

"Apa? Kupikir kau anak ratu penyihir dari utara," jawab Steven seolah terkejut, "Wah padahal aku berteman denganmu karena kukira kau akan berguna kawan, rupanga kau hanya penyihir lemah," lanjutnya.

"Sialan kau Steven, kembalikan petaku!" Kata Theo kesal membuat Sreven tertawa.

"Ayolah kawan, terlahir lemah tidak seburuk itu," kata Steven bijak, namun terdengan meledek.

"Kau anak Alpha tau apa?" Sindir Theo.

"Apa gunanya jadi anak Alpha di tanah orang, di sini aku sama denganmu tau," jawab Steven.

"Sama denganku? Apa? Anak perantau?" Tanya Theo.

"Bukan, tapi anak malang," jawab Steven lalu tertawa.

Jokes garing itu mendapat tatapan sinis dari Theo, sementara Valen seperti biasa hanya memasang wajah datar.

"Sudahlah Stev, Valen sama sekali tidal tertaril dengan candaan garingmu," kata Theo.

"Apa aku?" Ujar Valen terkejut.

"Kau dari tadi diam, apa ada masalah atau kau memang tidak suka bicara?" Tanya Steven.

"Entahlah," jawab Valen singkat.

"Ayolah Val, banyak hal tidak penting yang bisa kita bahas, seperti Theo membicarakan banyak hal selama hampir seperempat hari, kau juga bisa cerita apa saja," Steven merangkul pundak Valen.

"Iya Val, seperti pertarungan dengan Vampire macam apa ampai kau dapat luka keren di punggungmu," Theo menimpali.

Valen diam dan menghela napas, tidak mungkin kan ia bica tentang pertarungan antara sepihak antara ayah dan anak tiri? "Aku tidak ingin membicarakannya."

"Ah kalau begitu dari hal kecil Val, makanan kesukaanmu, atau dongeng yang kamu benci, apapun itu," tutur Steven.

"Iya benar, seperti sejarah rahasia Vampire, bagaimana kehebatan raja raja masalalu dalam perang melawan kekuatan hitam bersama sang legenda Axton," lanjut Theo, "Kudengar mendiang Raja Vampire terdahulu pernah bertatap muka dengan sang legenda pedang biru itu kan?"

"Ya, kurasa itu juga menarik," Sreven menimpali.

Valen diam, memutar otak tentang apa yang harus ia katakan namun rasanya kepalanya kosong, satu satunya orang yang bicara padanya hanya Ratu Elena di istana Demon, lebih tepatnya memarahinya atas kesalahan yang kerap kali tidak Valen, sebagai pangeran Xander lakukan. Kadang juga bicara dengan Aldric, pembicaraan kaku kakak beradik yang hanya berlangsung beberapa detik saat mereka berpapasan, atau dengan Feith, pembicaraan dengan sindiran penuh dari gadis paling populer di seluruh keeajaan Demon.

Elena membenci Valen, Aldric terlalu sibuk sebagai pangeran mahkota untuk memperdulikannya, dan Feith terlalu malas dan geram dengan sifat Xander yang selalu diam saat ditindah seolah tidak pernah ada pembelaan, lalu dengan keluarga ibunya di negri Vampire? Tiga hari tinggal sebagai orang asing lalu diusir tidak menjadikan seoran pangeran Xander Valentino Anderson tau cara bicara dengan orang lain.

Terlahir Sebagai RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang