Twins

4 2 0
                                    

Suara jangkrik bergerik, bersamaan dengan suara angin kencang yang berpasir dan berkabut, sesiapapun yang melangkah di tempat ini tentu saja tidak akan memiliki jarak pandang yang lebar, kecuali mereka bisa melihat menembus badai.

"Sampai kapan kita berjalan tanpa tujuan? Sudah sehari semalam kita berjalan tanpa tujuan," keluh gadis berbaju unggu itu pada saudara kembarnya yang mengandeng tangannya.

"Sekali lagi kau bertanya aku akan melemparmu kedalam juran De," gertak Darren keras.

Dea menghela napas, perjalanan mereka seolah tiada ujungnya, seharian penuh menyusuri hutan yang menanjak tanpantahu kemana mereka melangkah, kompas yang mereka bawa terganggu oleh badai, mencoba memanjat pohon namun badai ini menutupi seluruh hutan bahkan ujung pohon tertinggi yang bisa mereka temukan.

Darren mengandeng tangan Dea, bukannya mereka sudah menjadi saudara kembar yang akur namun Dea merengek karena ditinggalkan, makannya Darren terpaksa mengandengnya jika tidak Dea akan merengek untuk pulang.

Tentunya Queen tidak akan menerima kinerja yang buruk dari mereka, Darren tidak mau kekuatannya tidak diakui Queen hanya karena Deandra.

"Dar, kau dengar itu?" Deabndra bertanya.

"Apa?" Tanya Darren tidak mengerti.

"Aku mendengar geraman, di depan sana, sekitar beberapa kilo di depan sana," ujar Deandra menunjuk arah depan.

"Ayo kita periksa," jawab Darren.

Darren tidak mau mengakui, namun Deandra memiliki telinga tajam layaknya para mata-mata vampire raja Jourel, mungkin turunan dari Ayah mereka yang dulu adalah mata-mata kepercayaan Raja Jourel, setidaknya sebelum ia diadili dan mati.

Lambat laun Darren juga bisa mendengar suara geraman, kabut berpasir disekitar mereka juga kian mereda, Darren merasa ada hawa panas di depan sana.

"Kau menciun BBQ?" Deandra bertanya.

"Siapa yang buat BBQ di sini? Jangan bodoh!" Sentak Darren.

"Aku bersumpah Darren, kenaoa panas sekali sih?" Deandra membuka tudungnya, udara tetasa semakin panas saja.

"Diamlah, mungkin sekarang semakin siang, mataharinya tidak terkihat karena badai," Jelas Darren.

"Tapi, Darren! Bajuku! Bajuku terbakar!" Deandra berteriak kalut, ujung rok pendeknya terdapat api, sontak ia mlepas gengaman Darrmaju,

"Kau itu kenapa!" Darren berteriak, namun benar saja ujung baju Dea berwarna kehitaman, bekas terbakar, Darren mengerenyit melihatnya.

Tak lama kemudian Darren merasakan ada yang hangat di lengannya, api kecil menari-nari di sama, segera pemuda itu membelalak dan mematikan apinya.

Dea dengan sigap menarik tangan Darren untuk menjauh, saat ia sudah merasa panasnya berkurang Dea kembali menarik Darren maju, hingga keduanya merasa kabut makin pudar, di satu titik dia yanv ada di depan tersentak, sontak menutup mulut yang hampir berterak.

Darren dan Dea dihadapkan pada hal yang tidak pernah mereka bayangkan, mahkuk raksasa yang mereka kira hanya mitos kini ada di depan mata mereka, seekor naga dengan sisik gelap kemerahan yang bersinar diantara cahaya.

Dari hidungnya napas api menari nari, hal yang membuat udara menjadi panas dan membakar ujung baju Dea, namun besyukur naga itu tengah terlelap, Dea pernah membaca, bahwa dulu naga dipercaya digunakan untuk menjaga suatu tempat yang penting dan betsejarah, mereka yang berhasil membuat kontrak dengan seekor naga bukanlah orang sembarangan, namun raja dunia.

Darren dan Dea menahan napas mereka sebisa mungkin, jika naga di hadapan mereka terbangun tamat sudah riwayat keduanya.

Darren mengambil langkah lebih dulu, dalah hal kehati hatian ia lebih jago dari Dea yang ceroboh, begitu menurutnya, namun dalam dua langkah ia menginjak sebuah ranting, bunyi patahannya tidak terlalu nyaring dalam deru badai yang menggelora, naga itu namapak menggerakkan kepalanya, Dea merasa risau dan menggenggam tangan Daren di samping tangannya, namun kemudian sang naga kembali terlelap dengan tenang.

Terlahir Sebagai RajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang