Akikahan💉💊

3.9K 299 20
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 💜

Happy reading...

"Meski bukan milliyader ataupun konglomerat, tapi dia sudah seperti seorang pangeran yang datang di kehidupanku yang bak upik abu, membuatku menjelma menjadi cinderella."

_____☆Ny. Hawa Adnan Ibrahim☆_____

.
.
.

💉💊💉

Tiga bulan kemudian.

"Mas Fa, ada undangan nih!"

"Dari siapa?"

"Dari teman Mas katanya,"

"Siapa?"

"Nih, liat aja sendiri."

Hawa menyodorkan kartu undangan berwarna biru langit kepada Fadil. Fadil membukanya, membaca sekilas lalu berdecak kagum.


"Kenapa Mas? Dari siapa emang?" Hawa duduk di samping Fadil, ikut kepo.

"Arkan, temen Mas. Ngundang kita ke Akikahan anak pertamanya. Yang aku ceritain waktu lahirannya kemarin itu loh," jelas Fadil memberitahu Hawa.

Gadis itu mengangguk. "Kapan acaranya?"

"Lusa. Dan asal kamu tau, acaranya bakal dirayain gede-gedean loh. Semua orang di kantornya Arkan undang, orang-orang di Rumah sakit juga Arkan undang, semua rekan kerja dia, yah ada sekitar seribuan orang lah yang dia undang. Belum lagi katanya selesai akikahan, besoknya dia mau ngasih makan anak yatim dari seratus panti asuhan terdekat di Jakarta."

Hawa hanya bisa terdiam melongo mendengar penuturan Fadil. Dalam pikirannya sudah beterbangan banyak angka-angka.

"Gak tau dah tuh anak udah habis duit berapa ratus juta. Maklum, ini anak pertamanya sekaligus cucu pertama keluarga Abiputera. Calon-calon pewaris mah, gini. Sultan dari lahir."

Fadil kembali berdecak disertai gelengan kepala, lalu menyeruput jus lemonnya. Sedangkan Hawa, masih sibuk dengan pikirannya.

Ia dibuat salah fokus dengan ucapan Fadil tadi.

Habis berapa ratusan juta katanya? Hey!  Bahkan menurut Hawa teman suaminya itu mungkin sudah habis duit milyaran.

Ya Allah. Hawa liat uang ratusan juta saja gak pernah, apalagi mau ngehabisin duit segitu banyaknya! Duh, seketika jiwa missquee Hawa rasanya merontah-rontah.

Hawa tersentak saat tiba-tiba Fadil berbaring dengan pahanya yang dijadikan bantal laki-laki itu.

Ah iya, Hawa lupa. Dia kan sudah punya Fadil. Meski bukan milliyader ataupun konglomerat, tapi suaminya itu sudah seperti seorang pangeran yang datang di kehidupannya yang bak upik abu, membuatnya menjelma menjadi cinderella.

Iya, dan Hawa bersyukur untuk itu.

"Mikir apa sih?" Tanya Fadil dengan mata terpejam.

Tachycardia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang