بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 💜
Happy reading...
"kata andai itu kosong, tak berarti apa-apa, kata per andaian itu hanyalah sebuah pelarian kata dari penyesalan."
_____*Tachycardia*_____
.
.
.
💉💊💉
Di ruangan serba putih itu, terlihat. Hawa menatap lurus ke depan, dengan tatapan mata kosong.
Ia masih belum bisa menerima kenyataan yang disampaikan dokter padanya semalam saat ia baru saja siuman. Dan kabar itu membuatnya histeris seketika sehingga harus diberi suntik penenang. Dan pagi ini Hawa baru terbangun lagi.
Mama Rika yang semalaman terjaga disampingnya, mengusap penuh kasih puncak kepala Hawa. Menyalurkan kekuatan pada seorang ibu yang bahkan belum sempat menjadi ibu itu.
"Kamu harus ikhlas sayang, tuhan lebih sayang sama dia makanya diambil lagi."
Hawa mengusap bulir air mata yang kembali jatuh dari ujung matanya. Mama Rika memeluk menantunya itu, tahu seberapa rapuh perasaan wanita itu.
"Ini salah Wawa, wanita macam apa yang gak tau kalau dirinya sendiri sedang mengandung. Wawa jahat, udah bunuh dede bayinya Ma. Tapi kenapa tuhan gak ambil nyawa Wawa aja, kenapa harus bayi yang belum lahir ini.... Kenapa Ma...."
Hawa kembali meluapkan rasa sakitnya. Sakit yang begitu mendera relung hatinya.
Sungguh betapa bodoh dirinya yang tidak menyadari telah ada nyawa yang berada dalam perutnya.
Hawa telah kehilangan malaikat kecilnya, yang bahkan belum sempat ia lihat.
"Hussh. Kamu gak boleh ngomong gitu Wa, semua sudah diatur sama Allah. Allah tahu apa yang terbaik. Kita manusia hanya bisa pasrah dan tawadu' akan ketetapan-Nya. Kamu harus sabar sayang."
Mama Rika ikut menangis pelan. Rasanya ia pun berat, harus merelakan kepergian calon cucu pertamanya.
Tapi sekali lagi, ini semua sudah kehendak yang maha kuasa.
"Sekarang kamu sarapan ya, mama udah bikinin kamu bubur di dapur kantin tadi."
"Wawa gak laper Ma."
"Kamu gak boleh gitu dong Wa. Ingat, dede bayi pergi karena kamu gak bisa jaga diri kamu sendiri, karena kamu jarang ngasi perut kamu makan, kamu mau kejadian kemarin terulang lagi? Sekarang kamu makan, kasian cucu mama yang selanjutnya nanti kelaparan!" omel mama Rika yang pada akhirnya membuat Hawa patuh.
Menerima suapan demi suapan dari mama Rika yang dengan telaten membantunya karena tangannya masih terasa lemas. Sampai bubur itu habis karena mama Rika yang terus memaksanya untuk menghabiskannya.
Selang beberapa menit, pintu ruangan terbuka menampilkan wajah Fayli dan papa Ibra yang datang dengan raut ceria yang dipaksakan.
"Assalamualaikum, menantu kesayangan papa. Ini papa bawain buah banyak buat kamu," papa Ibra meletakkan parsel buah diatas nakas.
Hawa tersenyum lemah, "makasih pa."
"Gimana keadaan lo? Udah enakan? Lo mau makan apa aja? Nanti biar gue beliin, gue yang traktir deh." kali ini Fayli yang bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tachycardia [End]
Ficción General~Romantic comedy~ ___"___ "Bro! lo bukan gay, kan?" "What? Lo serius belum pernah pacaran sama sekali?" "Dok, jangan kerja terus lah. Sekali-kali cari jodoh gih!" "Mama tuh udah pengen gendong cucu. Kamu kapan nikah sih? Kamu juga gak pernah ngenali...