Marahan?💉💊

3.2K 270 17
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم 💜

Happy reading...

"Orang yang membuatmu tersenyum sepanjang waktu adalah orang yang sama yang mampu mematahkan senyummu seketika."

_____☆Tachycardia☆_____


.
.
.

💉💊💉

Hari kembali berganti, rutinitas masih sama.

Fadil menenteng jas putihnya menuju meja makan, bertepatan dengan Hawa yang selesai menyajikan sarapan buatannya.

Salah satu kelebihan wanita yang satu itu selalu membuat Fadil salut. Bangun jam empat pagi untuk memasak, selesai ia langsung mandi baru membangunkan Fadil untuk sholat subuh berjamaah, kemudian kembali lagi ke dapur.

Belum lagi dengan tugasnya yang lain sepulang kuliah nanti. Dan itu semua Hawa kerjakan tanpa terdengar helaan lelah sedikitpun. Fadil saja yang waktunya hanya dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore, pulangnya sudah langsung mengeluh lelah.

"Selamat pagi istriku," sapa Fadil menghampiri Hawa.

"Pagi," jawab Hawa seadanya tanpa ada niatan melihat kedatangan sang suami dan langsung duduk di kursi makan.

"Masak apa sarapannya Wa?"

"Mas bisa liat sendiri di meja ada apa."

Wusssh! Datar sekali pemirsa. Fadil meringis kecil, tau benar bahwa istrinya itu masih dalam mode marah padanya gara-gara hal kemarin di rumah sakit.

Meski begitu, Fadil kembali tersenyum melihat Hawa yang tetap melayaninya, menyendokkannya nasi dan lauk kedalam piring Fadil.

Menganggurkan makanan didepannya, Fadil memilih diam dengan pandangan menatap lekat Hawa. Melihat wanita itu yang sudah mulai menyuapi dirinya sendiri.

Sementara itu, Hawa dengan perasaan yang masih kesal kala mengingat perbuatan suaminya kemarin, ia memakan sarapannya dalam diam dan tanpa menoleh kanan kiri sedikitpun.

Takut luluh.

Soalnya wajah Fadil itu sungguh meresahkan naluri setiap perempuan yang melihatnya.

Setelah beberapa saat kemudian Hawa pun menyelesaikan makannya, wanita itu berdiri dari duduknya hendak membawa piring kotornya ke tempat cucian. Tapi baru akan melangkah, sebuah tangan tiba-tiba melingkari perutnya, menariknya hingga Hawa merasakan tubuhnya sedikit terhuyung dan jatuh dalam pangkuan seseorang yang mendekapnya dari belakang.

Fadil, suaminya yang tak lain adalah sang pelaku itu memangku dan memeluk dirinya dari belakang.

"Shutt. Jangan banyak gerak, nanti ada yang bangun," bisik Fadil tepat ditelinga kanan Hawa karena kepalanya ia sandarkan dibahu wanita itu.

Hawa mengernyit bingung, perasaan dia hanya menggeliat sedikit dan tidak banyak bergerak. Dan juga, memangnya siapa yang akan bangun? Tetangga Apart mereka gitu?

"Lepas Mas, Wawa mau nyuci piring dulu," ucap Hawa berusaha melepas tangan Fadil yang melilitnya. Namun hasilnya justru suaminya itu semakin mengeratkan lilitannya di perut Hawa, dan membenamkan wajahnya di ceruk leher sang istri.

Hawa memejamkan mata erat saat merasakan nafas Hidung Fadil yang menggelitik kulit lehernya. Lalu tak lama ditambah lagi dengan mendaratnya bibir dingin Fadil pada kulit lehernya, membuat Hawa merinding.

Tachycardia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang