Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
========
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَTiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.
– (Q.S Al-Anbiya: 35)
==========
"Walaupun berbeda umur, aku akan tetap mengingatkan. Karena sejatinya kesedihan tersebar ku adalah, mengetahui orang terdekatku berada di jalan salah, dan aku hanya diam saja,"
"Mereka merasa insecure dengan jalan cerita novel, film dan kartun yang begitu indah. Hey ... Itu hanya di tulis oleh manusia, tapi jalan cerita hidup mu yang sesungguhnya sudah tulis langsung oleh sang pencipta,"
"Ketika nasehat ku di abaikan, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena ku serahkan semuanya pada Allah.
"Tidak ada yang lebih setia untuk selalu di dekat kita selain Allah."
"Sudah tahu Allah maha melihat, tapi kenapa kamu terus melakukan maksiat? Apa tidak malu?"
"Dosa ku memang besar, tapi pengampunan Allah jauh lebih besar, ketika kita memang niat untuk selalu beribadah padanya."
"Yang berat itu bukan menahan diri untuk tidak pacaran, tapi menahan diri kita sampai ada orang yang benar-benar ingin menikah kan kita karena Allah."
"Ketika seorang perempuan sudah mengenal agama dan dunia, maka tipe laki-lakinya bukan lagi tampan ataupun mapan, yang penting paham agama, dan bisa membimbing kita ke jalan yang benar."
"Ketika kamu mau melihat laki-laki Islam, lihatlah di hari raya idul Fitri. Tapi kalau kamu ingin melihat laki-laki beriman, lihatlah ketika menjelang sholat subuh di masjid."
"Ketika kamu bergaul dengan orang-orang yang bermaksiat, tapi hanya kamu tidak. Percayalah, kamu seperti penjaga untuk teman-teman mu merampok sebuah rumah."
"Tidak ada yang terlambat untuk mu bertaubat. Gunakanlah semasa hidup mu dengan baik."
"Penyesalan orang yang meninggal adalah, tidak menggunakan hidupnya untuk selalu beribadah kepada Allah."
"Tidak ada yang lebih bahagia, selain melihat senyuman kedua orang tua kita."
{Beberapa kata-kata dari aku di atas}
Ingatlah para pembaca. Aku bukanlah orang yang suci, aku mengetik itu karena untuk diriku sendiri, dan aku sampaikan lagi kepada kalian. Jangan menilai diriku, kalau kamu belum tahu siapa aku:)===============
"Kakak bagaimana kita akan hidup dan bertahan?" Seorang perempuan yang memeluk sang kakak laki-lakinya sambil terus menangis.
"Kita jalani saja," jawab sang kakak dengan tatapan kosong ke depan.
Semua pertahanan mereka runtuh, mereka tidak bisa membendung lagi air mata dan tidak bisa menahan rasa sedih. Bagaimana tidak, sepasang adik kakak sekarang telah bergelar menjadi anak yatim piatu. Tanpa adanya ayah dan ibu yang akan mendampingi mereka sampai besar nanti.
Tidak ada lagi pelukan hangat, tidak ada lagi kasih sayang kedua orang tuanya, dan tidak ada lagi hari-hari bahagia bersama kedua orang tuanya, khususnya di bulan ramadhan nanti. Benar kata ibu dan ayahnya dulu, kita harus bersyukur dalam hidup, dan memanfaatkan semasa hidup kita untuk beramal Sholeh untuk jaminan di akhirat nanti. Semuanya benar, umur tidak ada yang tahu, buktinya kedua orang tuanya sudah pergi duluan.
"Apakah kita akan tinggal berdua, Kak?" Sang adik bertanya kembali sambil mendongakkan kepalanya.
Sang kakak mengangguk, "iya."
"Kakak berjanjilah untuk tidak pergi jauh dari ku," ujar sang adik. Jari kelingkingnya mengangkat.
"Kakak sama sekali tidak akan pergi dari mu." Jari kelingking sang kakak menautkan ke jari kelingking sang adik.
"Bukan tubuh kakak yang akan pergi, aku takut jiwa dan raga kakak yang pergi dari ku. Kakak ada tapi seakan tidak ada bagiku." Sang adik berusaha menjelaskan maksudnya.
"Tidak akan pernah! Kakak tidak akan pernah pergi dari mu. Kakak berjanji." Jari kelingking itu masih saling mengait hingga suara seseorang yang menjadi jari kelingking mereka terlepas.
"Shankara, Sekar. Ayok pulang," ajak kakak dari ibunya.
"Paman Jo, apakah kita bisa bertahan?" tanya Shankara.
"Paman akan selalu berada bersama kalian. Lakukanlah apa yang di beritahu ibu dan ayah kalian ketika masih hidup, jangan pernah melanggar janjinya kalau saja memberikan janji kepada kalian." Paman Jo, adalah sebutan untuk Shankara dan Sekar selaku keponakan nya. Jo, adalah nama aslinya ada Jordan.
"Kenapa kita harus menepati janji?" tanya Shankara.
"Karena itu amanah, ibu dan ayah kalian pasti tahu yang terbaik. Cukup kalian jalani saja," jawab Paman Jordan.
Mereka tersenyum, dan mulai berdiri dari jongkoknya tadi di samping tanah gundukan yang bernisan nama tertera di sana. Tentunya kuburan yang bersampingan itu adalah kuburan kedua orang tua Shankara dan Sekar.
Sesekali ketika beberapa langkah dari meninggalkan kuburan ibu dan ayahnya, Shankara dan Sekar selalu melihat ke belakang, berharap kedua orang tuanya bisa hidup kembali. Tapi kenyataannya yang harus Shankara dan Sekar terima.
"Paman Jo, apakah ibu dan ayah akan masuk surga?" Suara khas yang imut seorang anak kecil bertanya. Itu adalah Sekar.
"Pasti dong, kan ibu dan ayah kalian baik. Selalu bersedekah, menjalankan sunah Rasulullah, dan menjalankan perintah Allah." Jordan tersenyum sesudah menjawab pertanyaan dari Sekar. Hatinya sangat teriris dan sedih, adik nya ibu dari keponakan nya ternyata lebih dulu pergi ke kehidupan abadi.
Shankara dan Sekar tersenyum, setidaknya hatinya mereka lega mendengar jawaban dari Jordan, dan Jordan juga tidak berbohong kalau semasa hidup kedua orang tuanya, memang selalu sholat dan juga baik ke semua orang.
Mereka berdua menelan kenyataan pahit, dan mulai mengikhlaskan kepergian ibu dan ayahnya. Sesuai apa kata kedua orang tuanya sebelum membaca syahadat di akhir hidupnya.
============
Prolog dari aku:) semoga suka, dan aku tidak berhak memaksa kalian untuk selalu suka dengan karya tulis ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Teen FictionIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...