Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
Kadang sikap terlalu lembut dan baik bisa di manfaatkan oleh orang lain. Tapi kekurangannya orang baik di dunia ini, membuatnya ingin menjadi baik.
{Nayara}
================
Tidak ada senyuman yang terlihat di sudut bibir Sekar. Senyumnya hilang ketika matanya menatap nanar kepergian Shankara bersama Embun. Sekar mengeluarkan uang seratus ribu di dalam kantung rok abu panjangnya. Kakaknya dengan tega menyuruh pulang sendiri, bukan Sekar manja, tapia aneh saja, biasanya Shankara yang ingin terus bersamanya dan terus melindunginya. Tapi ini, Sekar jadi bingung, belum ada penjelasan tentang ini.
"Lo biarin aja?" tanya Nayara yang baru saja keluar.
"Gak papa," jawab Sekar.
"Mau pulang sama gue?" Nayara menawari, Nayara tidak tega membiarkan Sekar untuk pulang sendiri.
Sekar berpikir sejenak.
"Ayok, tenang aja ... Jangan merasa keberatan gitu." Nayara menarik tangan Sekar menuju motor matic yang di bawanya.
Bukannya Nayara tidak mampu, tapi Nayara nyaman dengan motor maticnya. Baginya lebih baik memakai motor untuk menghindari kemacetan.
Sekar menyetujui, lalu tersenyum kepada Nayara.
Perasaan aneh Sekar rasakan, rasanya sesak setelah sedikit demi sedikit pudarnya perhatian Shankara. Apalagi sikap dinginnya membuat Sekar tak nyaman, bahkan Sekar selalu mempertanyakan ke dirinya sendiri, apa yang telah ia perbuat sampai-sampai Shankara cuek padanya. Entah, Sekar juga belum tahu, di balik semua ini atas kesalahan dirinya atau orang lain.
Kalau tidak ada Shankara, Sekar benar-benar sendiri. Hanya Shankara sebagai kakak kandungnya yang selalu menemani dan menyayanginya dengan tulus, hanya Shankara, satu laki-laki yang sangat dekat dengannya.
Dunia Sekar seakan hancur kalau hilangnya Shankara. Bukan diri Shankara yang hilang, tapi segala sikap manis Shankara pada Sekar. Kalau seperti itu, sama saja, Sekar tetap sendiri.
Mata Nayara melihat kaca spionnya yang tertuju pada Sekar di belakang yang duduk miring. Raut wajah Sekar begitu di tekuk, tidak ada senyuman yang selalu Sekar pancarkan setiap detiknya. Karena Nayara tahu, bagi Sekar senyuman adalah yang paling penting, hanya senyuman yang menutupi segalanya.
Sekarang, Nayara tahu, Sekar tak mampu menutupinya dengan senyuman, Nayara tahu Sekar begitu sedih dan kesepian.
Begitu sampai di rumah Sekar pun, Sekar hanya turun dan berucap terimakasih padanya, tak lupa juga di akhiri dengan salam. Nayara tak banyak bicara atau protes. Sekar sekarang butuh untuk sendiri, butuh untuk memikirkan segalanya.
Rumah terasa sepi, tidak adanya orang tua memang sangat sepi, tapi di tambah lagi tidak adanya Shankara, malah bertambah sangat sepi. Sekar tak bisa lagi membendung air, matanya. Sekar menangis tanpa suara, Sekar hanya mengeluarkan air matanya setetes demi setetes.
|••••|
"Kak Shan." Embun menatap dalam mata Shankara di depannya. Kini mereka berdua sedang makan di restoran setelah dari Gramedia membeli beberapa buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Подростковая литератураIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...