Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
Hai kalian ... Bagaimanapun kabar hari ini? Baik?
~~~~~~~~~~
Kadang orang baik yang selalu di benci semua orang jahat. Padahal orang itu baik, kenapa di benci?
================
Satu Minggu sudah berlalu ketika Embun di permalukan oleh Nayara, Ratih dan Ros. Tapi, sikap Embun masih tetap sama, dan Shankara pun masih tetap sama. Shankara yang cuek dan tidak peduli ke Sekar sebagai adik kandungnya, dan Embun semakin menjadi-jadi. Sampai-sampai, Sekar sudah tidak tenang, rumahnya pun serasa di kuasai oleh Embun satu Minggu itu. Shankara juga menyuruhnya untuk melayani Embun dengan baik. Sekar hanya menurut, ia masih bersabar atas segalanya.
Semua murid memandang benci Embun. Sekarang juga Shankara menjadi bahan omongan semua murid, gak hanya Embun Saja. Karena semua murid juga menyadari, kalau Shankara tidak meladeni Embun, tentu tidak akan seperti ini. Juga, Sekar tidak akan terus bersedih dan selalu menjadi nomor dua.
Untuk kali ini, Shankara terpaksa berangkat dengan Sekar. Tentu saja Sekar bahagia. Sudah beberapa Minggu, ia merasakan kembali di bonceng oleh Kakaknya lagi. Walau itu juga harus menyadarkan Shankara dengan mulut-mulut yang pedas oleh semua murid. Rasanya, Sekar seperti mengambil kesempatan di penderitaan orang lain. Ada sesuatu yang menjanggal di hati Sekar.
"Kak, Minggu kemarin kan kita gak jadi ke rumah Paman Jo. Barusan tadi di rumah, Paman Jo telpon, katanya sore ini kita harus ke sana," ucap Sekar memberitahu.
Shankara bergumam menanggapi. Sikap acuhnya pada Sekar masih melekat di diri Shankara. Ingin sekali, Sekar berteriak kencang tepat di telinga Shankara, apa salah dirinya? Tapi, semua itu akan sia-sia, malah akan mempermalukan dirinya sendiri.
Shankara dan Sekar berjalan bersama berdampingan. Seperti biasa dan seperti dulu, Shankara mengantar Sekar ke kelasnya dengan senyuman yang terus mengembang di sudut bibirnya Shankara. Walau Embun juga tahu, senyuman Shankara begitu tidak tulus untuknya, tersirat keterpaksaan di mata Shankara.
Bagi Sekar, walau terpaksa itu juga cukup, setidaknya kakaknya berada di sampingnya dan senyuman manisnya mengarah ke arahnya.
Di sisi lain, Embun berjalan di belakang Sekar dan Shnakara beberapa meter ke depan. Dirinya bagaikan kembali seperti dulu, sendiri tanpa ada senyuman bebas di bibirnya. Kepalanya juga tidak bisa terangkat seperti orang lain. Embun harus menundukkan kepalanya ketika matanya tak sengaja menatap murid lain.
"Kasihan ... Di jauhi ya?" bisik Nayara ditelinga Embun.
Nayara dan Ros berada di sisi kanan kiri Embun. Semua murid tidak menganggap bahwa Nayara dan Ros akan menemani Embun. Oh tapi tentu saja tidak, malahan Embun akan terkena kemarahan Nayara.
"Mangkanya, jadi cewek itu sadar diri. Lo sama Sekar, bagaikan langit dan bumi," sahut Ros, ia tersenyum senang.
"Lagi ... Lo gak bisa memisahkan mereka berdua. Sebelum Lo datang, hidup Sekar dan Shankara jauh lebih bahagia. Lo datang ke kehidupan mereka, bagaikan parasit dimata semua orang." Ucapan Nayara begitu pedas di lontarkan untuk Embun.
Diri Embun kembali seperti awal, ia tidak bisa bertindak apapun lagi. Kepalan tangannya meremas rok abunya. Jika dipandang, ketiganya begitu seperti perempuan-perempuan cantik, atupun primadona sekolah. Sayangnya, itu tak terjadi. Demi apapun, tidak ada yang ingin menjadi teman Embun, sekalipun orang gila juga.
Langkah kaki Embun berhenti, kepalanya tetap menunduk dan melihat ke arah sepatunya. Nayara dan Ros pun berhenti bersamaan.
"Salah gue apa? Apa karena waktu MPLS itu? Gue bener-bener minta maaf sama kalian semua ... Tapi kalian memang masih benci gue karena apa lagi?" tanya Embun. Inilah sebagian unek-unek di dalam hatinya. Sudah cukup, Embun sudah tak tahan, semua sikap mereka juga membuat Embun melakukan tindakan yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Teen FictionIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...