بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
bismillaahir-rohmaanir-rohiimAssalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
[•••••]
Ketika hidup mu dilanda masalah. Ada yang harus perlu kamu tanyakan, bukan kepada siapa-siapa. Melainkan pada dirimu dan Allah.
Kamu ada masalah, entah sholat mu kurang khusu, yang tadinya rajin beribadah, jadi tidak. Atau yang lainnya.
~ Ustadz Hanan Attaki
••••••••••
(Selamat membaca)
Apa yang akan kalian lakukan ketika tidak ada siapa-siapa yang peduli atau sekadar menanyakan kabar saja. Seolah semua orang telah melupakannya.
Ini yang dirasakan Embun setelah kepindahannya ke sini sejak satu bulan yang lalu. Di sini, hanya ada satu orang yang peduli atas dirinya, yaitu kakek dari ayahnya. Ya, Embun pindah ke rumah kakeknya tanpa sepengetahuan siapapun. Kedua orang tuanya yang ada diluar negeri pun tidak tahu. Mereka hanya terus sibuk dengan pekerjaannya. Sudah satu tahun lebih juga Embun tak bertemu mereka.
Entah, akan seperti apa keadaan nya ketika orang tua dan anak itu bertemu. Mungkin akan canggung karena ditinggal lama.
Sekolah Embun di sini lancar-lancar saja. Bahkan ada beberapa orang yang menjadi temannya. Mereka baik, dan menyemangati Embun dikala merasa cape. Tapi hanya Embun yang selalu cuek, dia sudah hilang kepercayaan. Tidak mau terlalu dekat apalagi ujung-ujungnya akan seperti dulu. Dia akan kehilangan lagi.
Untuk sekarang, sekolah diliburkan. Karena akan mendekati hari raya idul Fitri.
"Embun ..., ayo kita sahur." Deri–kakek–Embun muncul di pintu kamar Embun yang terbuka.
Melihat kakeknya sekilas, Embun memunggungi kakeknya. Tidurnya jadi menghadapi ke arah dinding.
"Embun gak mau puasa."
"Kapan kamu mau, Embun. Kamu sudah besar, tidak perlu diajari gimana caranya berpuasa. Ini juga sudah mau lebaran." Ini sudah kesekian kalinya Deri mengajak cucunya itu untuk berpuasa. Dia tidak kenal lelah, cucunya itu harus berubah. Terlebih lagi, jauh dari pengawasan orang tua. Hal yang ditakutkan Deri adalah cucunya salah pergaulan.
"Iya nanti, kek." Hanya jawaban ini yang sering kali Deri dengar dari mulut cucunya.
Deri hanya menghela napas. Cucunya masih belum menceritakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap dirinya. Tentunya, Deri bingung semenjak kedatangan Embun ke sini tanpa berkata-kata apapun. Biasanya, cucunya itu jarang sekali ke sini, menginap pun dia selalu tidak betah dan mengeluh dulu.
Sepeninggalan kakeknya keluar setelah menutup pintu kamarnya. Embun membalikkan tubuhnya lagi. Matanya melihat ke atas, dengan pikiran ke mana-mana.
Ini sudah lama, hidupnya masih begini-begini saja. Ingin sekali Embun bercerita banyak, apalagi dengan orang tuanya. Tapi, keadaan tidak memungkinkan. Kalau memang Embun dilahirkan hanya untuk diabaikan dan kesepian, kenapa dia harus dilahirkan.
Semua keluarga dari ayahnya rajin dalam hal beragama. Ini juga yang Embun tidak betah, dia selalu diatur-atur. Apalagi setiap waktunya dia harus melaksanakan sholat. Meski dulu sang ayah pernah mengomel nya karena dia tak sholat.
Diposisi saat ini, Embun bingung. Dia harus senang atau sedih tentang tidak atau ada kehadiran orang tuanya. Di satu sisi, kalau tidak ada Embun dapat bebas di rumah tanpa aturan apapun, tapi itu semua membuat nya kesepian. Kalau ada, Embun juga tidai betah, dia selalu dilarang ini itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Teen FictionIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...