[SALAPAN BELAS] Tersudutkan

17 3 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Kumaha? Sadayana damang?

Puasanya lancar gak nih, hari terakhir puasa loh. Semoga dengan kepergian Ramadhan, iman kita akan tetap selalu terjaga. Aamiin ...

Ramadhan pasti akan kembali lagi tahun depan, tapi tak tahu dengan kita. Masihkah diberi umur sama Allah? Masihkan kita diberikan untuk bertaubat kepada-nya?

Yuk sholat!

Jangan lupa baca Al-Qur'an!

~~~~~~~

Makian itu terlalu membekas di hati, hingga diri ini telah terganti
Tuduhan itu membekas dipikiran
Hingga diri ini tak mampu untuk kembali berperan.

=============


Hari yang Sekar dambakan sudah tiba, hari Jum'at yang menjadi hari favoritnya. Karena dihari Jum'at, banyak amalan yang dilipat gandakan, termasuk bersholawat kepada sang Baginda Muhammad SAW. Di malam hari ini, Sekar begitu mengamalkan, khususnya membaca surah Al-kahf dan juga surah Yasin. Sekar terus mengaji, agar hatinya senantiasa dikuatkan dan dilembutkan, dan jauh dari penyakit hati.

Gertakan Shankara hari Senin lalu, membuat Sekar berubah menurut apa yang Shankara katakan. Sekar juga tidak tega, harus melihat kakaknya dihujat bahkan beasiswa nya terancam. Tidak seperti dirinya, yang mengandalkan otak tak terlalu pintar dan berusaha mungkin jaga sikap.

Malam-malam jam sembilan, mulut Sekar berhenti sejenak dari membaca ayat suci Al-Quran, kepalanya terangkat dan matanya melihat jam di dinding kamarnya. Jam segini, Shankara belum pulang juga. Secara langsung, Shankara dengan ucapan ketusnya menjawab kalau dia selalu di rumah Embun, tidak hanya berdua, di sana juga ada pembantu lainnya. Sehingga tak menimbulkan fitnah. Secara langsung, Sekar lega mendengarnya, tapi hati nya terlalu sakit, Shankara tidak memikirkannya sama sekali, begitu kesepiannya dirinya. Rumahnya tampak sepi tak ada suara sedikit pun kecuali jam berdetak dan suaranya yang sengaja dikeraskan mengaji.

Berlanjut kembali, sambil menunggu Shankara pulang. Sekar tak akan tidur sekarang untuk menunggu Shankara.

Hingga suara decitan pintu terdengar beberapa menit setelah Sekar mengaji kembali. Buru-buru Sekar menutup Al-Qur'an nya dan menciumnya lama, lalu ditaruh di atas meja belajarnya. Tepat sekali, untungnya Sekar menyelesaikan mengajinya tanpa terpotong di tengah-tengah surah yang belum selesai.

Mukenanya Sekar lipat asal dan dibiarkan di atas kasur. Sekar keluar kamar dan matanya menyapu seluruh ruang rumahnya, dan satu titik dimana Shankara sedang duduk di kursi meja makan sambil meminum air dingin.

"Kak, kok kakak baru pulang?" Sekar bertanya dengan nada khawatir. Ia duduk berhadapan dengan Shankara.

"Kamu nungguin?" tanya Shankara tanpa melihat Sekar di depannya.

"Iya, malah dari tadi sore," jawab Sekar. "Kakak ayok mengaji sama Sekar, sekarang 'kan malam Jum'at," ajak Sekar.

"Cape mau tidur," ketus Shankara. Baru saja Sekar duduk, Shankara berdiri dan berjalan kearah kamarnya.

Begitu susahnya Sekar untuk mengajak kakak nya kembali pada kegiatan seperti dulu. Entah Sholat lima waktu pun, Sekar tak tahu apakah Shankara melaksanakannya atau tidak.

[•••••]

Bahagia, tentu Embun sangat bahagia. Sudah lama ia mendambakan sesosok kakak laki-laki di hidupnya, ya walaupun bukan kakak kandungnya, tapi tidak apa-apa, yang terpenting dirinya bisa bahagia.

Behind the scene [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang