[LIMA] Rencana

7 2 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...

Motivasi dari Author : ”Tetap semangat, untuk meningkatkan derajat keluargamu dan orang tua mu. Jangan meningkatkan hanya di dunia saja, tetapi juga di akhirat”:)

~~~~~~~~~~~

Rasulullah SAW bersabda:

”Tanda orang munafik tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati.”
Dalam suatu hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Dalam timbangan amal perbuatan tidak ada sesuatu yang lebih berat daripada akhlak baik.”

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

==============

Dari satu Minggu yang lalu, setelah dirinya mendapat pesan itu. Embun tak lagi di liputi rasa kesedihan. Embun hanya menganggap enteng semua ejekan di sekolahnya. Di dalam hatinya, Embun tertawa keras, bukan menertawakan dirinya sendiri, melainkan menertawakan mereka.

Dan, sore-sore seperti ini, sekitar jam lima kurang 10 menit. Embun membawa rantang yang berisikan makanan yang telah di buat pembantu nya di rumah. Akhirnya setelah mencari cukup lama rumah yang di carinya, Embun tersenyum senang, rumah yang di carinya sudah ketemu.

Jika di bandingkan dengan rumahnya, jelas lebih besar rumah Embun kemana-kemana. Halaman rumah Sekar begitu sangat sempit, kurang lebih 5×10 Meter. Di halaman rumahnya pun cuman ada kendaraan, yaitu sepeda motor matic, yang selalu Embun lihat, Shankara dan Sekar selalu memakainya ketika berangkat sekolah.

"Assalamualaikum," teriak Embun yang berada di luar gerbang pendek rumah Sekar se dadanya.

Tidak ada jawaban sejenak ketika Embun terdiam, mulutnya sudah mangap dan ingin mengucapkan salam lagi, tapi pintu rumah sudah terbuka oleh si pemilik rumah.

"Waalakumussalam," balas Sekar yang keluar.

Hijab panjang menutup dada berwarna abu tua sangat cantik di pakai Sekar sekarang, baju gamis nya pun yang berwarna hitam sampai menutup mata kakinya ke bawah. Sangat berbeda dengan penampilan Embun yang memakai rok jeans selutut dan kaos rajut yang pas dengan tubuhnya. Embun sejenak tertegun, ia melihat dirinya sendiri. Dalam hati, Embun membanding-bandingkan dirinya dan Sekar. Tentu, benar kata Naya, dirinya dan Sekar jelas sangat berbeda. Mungkin bagaikan air putih bersih dan air got pinggir jalan. Embun mengenyahkan itu semua, dan fokus dengan tujuannya.

"Embun kan," ujar Sekar, seraya membuka gerbang hitam rumahnya.

"Iya," jawab Embun.

"Ayok masuk." Sekar mempersilahkan. Mereka duduk di kursi yang ada di teras luar rumahnya.

"Makasih udah di izinin masuk," ucap Embun sangat canggung. Kali ini, Embun tak bohong, ia benar-benar gugup dan canggung, ini kali pertamanya ia mengobrol dengan orang yang tak pernah memberi ancaman atau apa-apa kepadanya. Sekar memang baik, tapi Embun sangat membencinya.

"Eh baru di teras rumah. Atau mau masuk," tawar Sekar dan hendak berdiri tetapi lebih cepat di tahan oleh Embun.

"Gak usah disini saja,"

"Oh ya udah,"

"Jadi kedatangan gue kesini. Mau ngasih ini." Embun memberikan rantang makanan yang di bawanya.

"Eh, atas dasar apa ini." Sekar belum menerima kalau tidak ada alasan yang jelas.

"Atas Lo udah membela gue di kelas. Bagi gue, itu hal yang sangat langka bagi gue, makanya sebagai ucapan terimakasih, gue bawain makanan. Atau Lo kalau mau sesuatu tinggal bilang." Mungkin bagi orang yang bertolak belakang dengan Sekar, tawaran Embun akan di manfaatkan nya untuk kepentingan dirinya sendiri. Tapi tidak dengan Sekar.

Behind the scene [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang