Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ....
Saling menyayangi adalah salah satu tanda kamu akan selalu dekat, meski banyak cara menyayangi sesuai sikap masing-masing.
Jauhkanlah Ego, karena bisa membuat siapa saja kehilangan apapun.
===========
Setelah melewati masa pergantian tahun, yang mana setiap manusia akan berdoa tentang kedepannya kepada tahun bukanlah kepada Tuhan. Padahal, mereka harus nya sadar. Malam pergantian tahun adalah mengurang nya umur, dan dekat ajal atau akhir zaman. Seperti kebanyakan orang yang sadar kematian, hanya sibuk mengurus dunia akhirat nya semasa di dunia sebelum pintu taubat tertutup.Hari libur pergantian tahun pun sudah terlewat. Sekarang kini semua kembali ke aktivitas nya masing-masing. Sekolah sudah di buka kembali.
Semester 2 adalah, dimana Sekar harus belajar dengan giat. Sekar tentunya mau seperti kakaknya, yang pintar dan selalu menjadi kebanggan guru ketika membawa piala atas perlombaan olimpiade nya. Tapi, Sekar sadar, mungkin kemampuannya bukan dari kecerdasan atas pelajaran sekolah, entah kedepannya, bakat apa yang Sekar akan kembangkan.
"Kakak anterin ke kelas, ya." Shankara menggandeng tangan Sekar setelah dari parkiran, memarkir motor matic nya. Satu-satunya kendaraan yang mereka berdua punya. Itu juga, hadiah dari kedua orang tuanya, dan menitip pesan ke Jordan untuk membelikan motor dengan uang kedua orang tua mereka sendiri.
"Gak papa, mendingan kakak langsung ke teman-teman kakak aja," tolak Sekar di tengah jalannya.
"Gak papa, kakak mau mastikan adik imut kakak ini sampai ke kelas." Shankara mengusap belakang kepala Sekar.
"Emang kakak pikir aku mau bolos apa!?" Sekar memanyunkan bibirnya.
"Gak boleh Su–uzdon." Tangan Shankara menarik hidung Sekar. "Ayok, cepetan." Shankara menarik kembali tangan Sekar.
Mereka berdua tentunya banyak yang melihat. Sudah biasa mereka seperti itu dan sudah biasa orang-orang melihatnya. Sepasang kakak–adik yang selalu akur tanpa ribut-ribut kebanyakan yang lainnya. Sikap Shankara juga, berharap mereka mendapat merasakannya, tapi itu tak mungkin terjadi, Shankara tetap seperti itu ke Sekat–adiknya.
"Ya ampun, gue kembali melihat perhatian yang sangat-sangat perhatian lagi." Seseorang dengan rambut pendeknya di bawah telinga, dengan bibir yang tipis kecil dan mata yang tidak terlalu besar atau kecil. Dia menyender di pintu kelas sambil mengusap pintu layaknya seseorang yang di peluk.
Shankara hanya tersenyum singkat dan menatap adiknya di samping. "Kakak ke kelas, belajar yang giat ya." Suara lembut Shankara membuat Sekar selalu tersenyum.
"Iya kak,"
Mendapat balasan dari sang adik. Shankara melenggang pergi dan sesekali melihat ke belakang dan melambaikan tangannya, hingga punggung Shankara hilang dari pandangan Sekar ketika berbelok.
"Beruntung banget Lo, Kar. Punya kakak perhatiaann ... Banget, sampai-sampai melebihi perhatian pacar,"
Sekar tersenyum simpul. Justru benar adanya, beruntungnya dirinya masih mempunyai kakak yang sayang, perhatian dengan dirinya. Walaupun di lubuk hatinya, Sekar masih kesepian atas tidak adanya orang tua.
"Semua saudara itu perhatian kok, Naya. Cuman caranya saja yang berbeda," ujar Sekar.
"Tetep aja gue maunya kakak seperti Lo," ujar Nayara. Perempuan itu lah yang selalu memuji, mengomentari, atau apapun ketika Sekar dan Shankara bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Подростковая литератураIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...