Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ...
[•••••]
Memilih antara percaya atau tidak itu berat. Apalagi dihadapkan oleh dua orang yang harus dipilih.
••••••••
[SELAMAT MEMBACA]
N
ayara benar-benar menyelidiki ini, dia tidak mau dirinya dianggap pengaruh buruk oleh Shankara. Baginya, ucapan lah yang paling menyakitkan dan paling berbekas di hati maupun pikiran.
"Gue udah dapat informasi nya," ucap Nayara yang baru saja datang ke kelas dan duduk di samping Ros.
"Udah dapet, gimana?" tanya Mika penasaran.
"Kar, kali ini gue mohon jangan lo berbelas kasih lagi kepada Embun." Nayara menghadap Sekar yang hanya diam saja.
"Ini menyangkut Embun?" tanya Ros lebih penasaran dari Mika.
"Iya. Pulang sekolah, lo bertiga ikut gue," kata Nayara.
"Kemana?" Kali ini, giliran Sekar bertanya.
"Membuat semuanya terbukti," geram Nayara, jelas kedua tangannya mengepal.
Begitu kelas sudah ramai masuk, dan Embun lah yang terkahir masuk ke kelas. Semua mata tertuju padanya dengan tatapan sinis dan tajam. Sikap Embun begitu membuat mereka semakin jijik. Kelasnya, seakan ada kuman yang dangkal tidak bisa terhapus.
"Lonte!" panggil siswa laki-laki, "lonte Embun ...," goda laki-laki lainnya disertai gelak tawa sekelas, kecuali Sekar dan Mika.
"Anjir, julukan lo banyak juga Embun," ucap Jaya sambil bertepuk tangan.
"Jelaslah banyak, kan buat gonta-ganti cowok," sahut yang lainnya.
"Dih najis! diem aja tuh si Embun. Kalau diluar aja kayak sok berkuasa."
"Kak Shankara mau aja sama si Embun. Kalau mau nyari pacar, yang beneran dikit gitu," sinis yang lainnya.
"Udah woy, ada guru!" teriak salah satu dari mereka yang berdiri di pintu kelas.
[•••••]
"Habis ini, istirahat lo mau sama Embun kan?" tanya Kaliandra.
"Iya," jawab Shankara singkat.
"Shan, sebenarnya gue kecewa sama lo," ucap Izzat yang tiba-tiba.
Mereka memandang ke arah Izzat bersamaan. Tak biasanya Izzat bisa seserius ini dengan ucapannya.
"Gue ada salah sama lo?" Shankara masih belum sadar atas apa yang semua terjadi.
"Bukan, gue kecewa bukan karena lo salah. Tapi ... ." Izzat menggantung kan ucapannya, lalu menghela napas gusar.
"Tapi kenapa?" Ahmed yang penasaran.
"Lo beda, lo melupakan kewajiban lo. Dulu lo selalu jadi panutan kita. Lo selalu mengingatkan kita, apalagi gue. Sholat lima waktu lo selalu rajin, selalu menjaga diri dari perempuan-perempuan, dan hanya memprioritaskan Sekar aja. Gue kecewa lo berubah," kata Izzat mengungkapkan segalanya.
"Kamu kecewa wajar, semua murid juga kecewa sama Shankara. Ini cuman masalah waktu, dan kesadaran Shankara kembali. Allah maha membolak-balikkan hati manusia, jadi kita tak boleh terkejut, kalau orang itu berubah," ujar Ahmed.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the scene [END]
Teen FictionIni bukanlah cerita remaja pada umumnya. Semua tentang Hidayah dari Allah lewat perantara teman, media sosial ataupun mengingat kematian. Kehidupan Sekar dan Embun akan memberi kisah. Di balik hidup mereka berdua, akan ada hikmahnya masing-masing. ...