1-Bola Basket

862 41 11
                                    

Aku tidak perna lelah mengejarmu. Karena aku tahu kamu akan jadi milikku, meski itu terdengar mustahil.
✝️🖤

Yesaya 9 : 6
(9-5) Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

AN : SELAMAT DATANG DI TRILOGI REMAJAKRISTEN KE-2

SUDUT PANDANG PERTAMA GUYS. SEMOGA SUKA. FOLLOW + VOTE+ COMMENT!
SEBAGAI APRESIASI KALIAN BUAT CERITA SAYA SELAMAT MENIKMATI CERITA.

TERIMA KASIH SALAM SAYANG Marlonmarisan_01

✝️Haleluya 🖤

"Joh. Joh dicari Lala sana. Samperin dulu. Kek kasian tuh berdiri muluh dipinggir lapangan basket nungguin kamu!" Aku menatap Enos kesal, tanganku terangkat meneguk aqua botol dinggin yang mengalir ditenggorakku yang kering.

Aku berbalik badan menatap perempuan yang memakai pakian pemandu sorak warna merah mudah. Ucapan Enos tak aku hiraukan. Lala sendiri. Teman temannya sudah pulang. Latihan basket juga akan selesai usai latihan sekalilagi. Anak anak basket yang lain duduk dibangku panjang yang lain. Saimen tengah membujuk perempuan itu untuk pulang. Tapi, ia tetap keras kepala.

Akuu monoleh pada Esau sebentar tapi laki laki itu terlihat jengah. Lala memang keras kepala seberapa perempuan itu aku tolak! Aku cuekin aku buat nangis tetap aja. Ngejar aku terus. Heran sendiri sekarang.


"Johnatan Abang Joh. Apa kabar?" Suara itu datang lagi. Aku langsung merebahkan punggungku dikursi panjang. Menutup lengan pada mataku. Dari sorotan sinar mata harir sore.

"Satu belum beres! Satu nongol lagi!" Suara Enos terdengar malas. "Joh, kasihan Saimen binggung mau ngenganin yang mana Ara atau Lala?"

"Bukan urusan aku?"

"Tolongin Saimen. Joh, aku laporin Mercy nih. Kamu buat Saimen dalam masalah!"

"Bodoh!"

"Johnatan Axel Caesar!"

"Ck ck. Iya bawel iya!" Aku bangkit dengan bola basket yang terpantul dilapangan basket. Kakiku melangkah menujuh dua perempuan yang ribut pada Saimen.

"Lala ikut aku!" Aku keluar lapangan dengan perempuan itu ia bersorak senang lantas mencibir Ara. "Makanya dikasih itu jaga. Jangan dimainin emang bola basket!?"

"Diam kamu! Sok tahu deh!"

"Wleee wleee. Ngaca Ara. Ngaca!"

"Songong banget sih. Emang perasaan kamu udah dibalas sama Bang Joh? Jangan mimpi! Lala gaya gravitasi lebih nyata dari gaya halulisinasi!"

"Bang Saimen! Bang Es! Reseh banget sih nih cewek caper banget kesini!" Lala mengaduh pada dua abangnya. Mereka bukan diam tapi binggung masalah itu selesaikan bagaimana. Saimen dan Lala bersaudarah angkat karena ibu Esau nikah dengan ayah Saimen. Sedangkat adik dari mendiang mama Saimen itu bunda Ara.

Aku balik badan menarik tangan Lala dari lapangan basket. Entah kenapa aku tidak tahu. Yang pasti jauh dari perempuan kepang dua itu dulu.

Aku masih terus gandeng tangan Lala. Tak aku tengok kebelakang. Menujuh lorong. Dan kami melangkah kearah selasar agar cepat. Tiba diparkiran.

HALELUYA [END]✓ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang