19- Terlalu rumit

28 4 7
                                    

Ingin melepaskan tapi masih sayang. Ingin pula memiliki, tapi terlalu egois, kalau ada dua hati dalam satu raga.
Johnatan Axelo Caesar

Haleluya ✝️🖤


"Bubur manado rasa asin
Bubur ayam gurih nikmat
Perasaan ini terlalu dalam
Jadi tidak mungkin akan lenyap."

"Jeng-jeng. Jeng-jeng!" teriak Enos untuk pantun Yosua dalam kelas yang tengah jamkos lagi ini, hanya ditinggal tugas guru Ppkn tidak tahu menghilang kemana.

"Kulkas isi melon satu rak
Katus dikata bungan rezeki
Johnatan si pendiam
Jangan coba adu jotos!" Laki-laki itu lanjut dengan sikap. "Becanda Bang becanda!" Tubuh sangar nah muka cuek bebek. Cengir padaku. Aku diam tak merespon. Bersikap dingin seperti biasa.

"Kaku amat pantun lagi ah, salah sasaran itu mah Yos," seru Denis yang sibuk mencatat dengan Patrickx yang asyik menggigit pantat pena. Dibangku sampingnya.

"Sialan Rickx, itu pena aku? Wooooooooooiii. Main digigit dikira premen apa?"

"Enak aja, tadi aku temuin ditas aku! Ngaku-ngaku aja kamu."

"Apaan?"

"Itu emang punya aku?!"

"Bacot kalian berdua! Ah dengarin aku pantun lagi nih!" Laki-laki dua itu memandang Yosua yang duduk dibangku paling belakang menunggu manusia itu berpantun.

"Dikata sebastian sebatas
teman tanpa kepastian
Lah apakah kabar kita
Cinta tanpa berjuang."

"Ngena banget ini, ngena banget!" Rizky melirik aku maupun Denis yang kesal.

"Yos, ngepatun gitu lagi kita one by one ayo!" Laki-laki itu melipat lengan seragam abu-abunya.

"Dih, ngerasa? Emang aku bilang babang Denis cinta tanpa berjuang untuk Mery eh salah."

"Yosua jagat raya!" Pemuda itu bangkit dari bangku menilik kebangku belakang dengan kesal.

"Ribut ayo, ribut ayo, berantem yok ayo. Ayo!" seru Gabriel dan Patrickx memanasi.

"Dahlah stop stop!" Mercy menoleh, perempuan yang duduk dibangku samping paling depan dengan Gabriel itu menginstruksikan. "Ngapain dilandeni Den, tuh bocah becanda kali?"

"Becanda tidak lucu kalau libatin hati," ucap laki-laki itu nelangsa.

"Yaelah baperan amat!" Suara Esau yang diam sejak tadi. Dengan handsand kuning dileher pemuda itu.

"Daripada pusing mending kita. Berdendang!"

"Sulingnya suling bambu.
Iramanya merdu duai senang sekali!" Suling bambu milik Yosua yang dilaci meja Patrickx raih dan meniup benda itu. Aku berani bertarung tingkah absur mereka kumat lagi ini.

Gitar yang disamping dinding Denis dendangkan. "Kuberjanji untuk menutupi pintu hatiku, entah untuk siapa pun itu."
Nyanyian berhenti ketika Mercy teriak, "Danco, danco, dianco apa yang nyengin?"

Mereka malah bernyanyi bersama. "DAN KAU HADIR MERUBAH SEGALANYA. MEMBUAT LEBIH INDAH. KAU BAWAHKU TERBANG SETINGGI ANGKASA, BUATKU MERASA SEMPURNA!"

"Kelas kita sejak ada mereka jadi penuh warna." Anggukan kepalaku menyetujui omogan Enos. Seperti saat ini Denis yang menipuk kepala Esau dengan buku catatan. Atau Rizky yang mencopot handsant kuning Esau, sehingga mereka saling kejaran memutari meja. Hingga didepan kelas.

...

"Makan baso aja ya?"

"Iya terserahlah."

"Eh jangan makan pedas Lala?!"

HALELUYA [END]✓ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang