14-Diluar Ekspektasi

29 5 0
                                    

Kesalahan paling umum itu adalah melihat seseorang dari tampangnya saja. Tanpa tahu seluk beluknya lebih jauh, dan main menyimpulkan tanpa fakta yang akurat!

Johnatan Axelo Caesa

Kalau kamu mencintai seseorang dan disebut bodoh, karena kamu melakukan segala hal, tapi ditolak itu bukan karena kamu goblok, tapi karena kamu terlalu tulus. Hingga lupa kamu juga patut dicintai meskipun bukan dari dia.

Mutiara Alexandra.

Hal paling bahagia itu adalah ketika doaku dijawab Tuhan dan bisa melihat dia senyum apalagi tertawa.
Gabriella Elisabeth Lorenzo

Hallelua ✝️🖤

"Terimakasih." Itu jawabanku dan Lala justru membuat orang itu, memutar mata malas karena pertanyaannya. "Ngapain kamu disini. Mau masangin listrik? Atau mau jadi tiang listrik."

"Ya mau makanlah."

"Marih bang Johh."

"Hmm."

"Itu orang dimana aku ada. Dia juga ada deh." Aku mengerutkan kening. Sembari menyuapkan lontong dengan saus kacang dalam mulut.

"Di gramedia lantai tiga dia ada."

"Terus?"

"Ya disini lagi ada! Ganggu aja deh."

"Akuu-mhppp, enak astaga." Mulut perempuan itu berhenti berkicau sebab suapan yang aku sodorkan memenunuhi mulutnya.

Aku suapkan terus hingga. Perempuan itu mengambil sendok dan makan sendiri. Kalau tidak begini dia terus cerewet dan makanan itu akan dingin sendiri. Tentu malah dibuang atau dibungkus bawah pulang.

"Bang John, gimana perasaan Ara sekarang?" Mataku melihat anak itu dengan pandangan datar.

"Berhenti ngurusin urusan orang." Aku merangkul pundak. Mengelus rambut anak itu. "Entahlah jangan dipikirin. Tidak guna."

"Tapi, aku ngerasa bersalah banget."

"Jangan dibahas." Aku sandarkan kepala perempuan itu pada dadaku.

"Ok ok iya. Besok main ke tanjung ayo. Mau mandi disana. Tapi tidak bisa berenang." Aku senyum menahan tawa untuk tidak keluar. Dan didengar gadis itu.

Dia menatapku dengan mata sipit. Dan cengirangnya. "Aku tuh, suka laut banget cuma tidak bisa berenang. Makanya jarang ke laut. Kalau ke laut aku bakal di ejek bang Es. Karena tidak bisa berenang. Bisanya mandi dekat pasir doang."

"Ajarin ya, ajarin."

"Iya sayang."

"Ah melayang." Lala memelukku sungguh aku tidak bisa berhenti tersenyum dan malah bertanya polos, "Kenapa melayang?"

"Dipanggil Lala aja, itu aku udah terbang, apalagi dipanggil sayang aku melayang." Muka dia sembunyikan dijaket bomber biruku. Enggan menunjukkan kalau dua pipinya tengah panas dan merona karena malu.

"Masih mau jalan atau pulang?"

"Pulang aja deh udah malam." Dia membuka ponsel dan menujuhkan pukul 20.00 WIB.

"Iya." Disaat itu aku mendapat pesan masuk yang membuat mataku hanya memandang datar. Lala ikut melirik dengan jinjit. Aku perlihatkan deretan pesan panjang itu tanpaku balas.

"Hmmmm." Aku menatap gadis yang tengah mengerucut bibir itu dan pipi mengembung.

"Ahhhh sakit Bang John. Ah sakit ah." Dia memukul lenganku karena aku mengigit pipinya.

HALELUYA [END]✓ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang