5-Selembar Tisu

58 8 4
                                    

Mazmur 106 : 1
Haleluya! Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Tak ada alasan buat benci kamu karena. Aku cuma tahu sayang sama kamu.

Gabriel Elisabet Lorenzo
✝️ 🖤


Tandai typo yaa

"Ngapain kamu Xel." Aku balik badan Papa sudah berada diundakan tangan paling atas berlajan dekatku dengan pandangan tak bersahabat. Salah menjawab aku babak belur! "Tukaran kamar sama Mercy Pa." pintu kamar itu aku buka hingga suara pintu berderit. Terlihat kamar tanpa pemilik yang dibiarkan kosong tanpa penghuni.

"Dia itu dijaga jangan dirusak! Karena tangan Papa tidak perna nyentuh dia dan kasar sama dia! Anak perempuan itu mau mereknya kaya cowok tetap cinta pertama mereka adalah ayahnya dan ingat itu baik baik Xel!"

Aku menganguk paham arah kemana pembicaraan ini. Tak lain dan tak bukan tanggujawabku sebagai kakak. Sangat berperan penting disini. "Papa tanggal 3  udah balik ke Chicago!" Papa mengusap pundakku. Duluh beliau suka sekali mengusap rambuku mencium keningku dan Mercy. Ketika kami masih SD. sekarang hanya Mercy terus diperlakukan begitu.

"Kok cepat Pa." Sungutan dan nada sedih tak bisa aku sembunyikah. Beliau datang itu minggu adven ke dua. Dan cepat begitu mau balik kerja. Masalahnya setahun. Aku. Mercy dan mama ditinggal sendiri!

"Pa!"

"Xel kamu bukan bocah udah gede nih jangan manjah!"

"Pa!"

"Bakal papa usaha deh. Buat tinggal lebih lama bareng kalian. Itu juga demi masa depan kamu dan Mercy. Papa banting tulang buat kalian semua. Xel!"

"Xel bisa kerja. Puji Tuhan bengkel aku udah mulai berkembang. Lagian kenapa jauh jauh ke Chicago sih Pa. Disini aja!"
Aku. Memang akan seperti ini kalau berhadapan dengam beliau jiwa bocahku keluar. Mercy dan Mama aku bisa bersikap cuek dan dewasa sedangkan didepan pria paruh baya dengan tubuh kekar dan sehat ini. Aku manjah dan ketika ini pun balik jadi bocah.

"Udah sana tidur. Malulah Xel. Kamu kaya bocah banget nih, dilihat Mercy diejek loh."

"Bodoh ah."

"Udah berubaha haluan sama Lala. Niat banget kamu dan. Mercy lirik Keluarga Lorenzo."

"Cih Papa. Dan Mercy sama aja!"

"Cantik loh Lala. Anaknya lucu Papa senang dia ketimbang Ara." Aku melotot. Dengan omongan beliuan.

"Serius Pa?"

"Iya udah sana tidur! Kapan kapan kita ngobrol lagi."

Laki laki itu turun lagi. Kelantai bawah dia menuju kamarnya bersama mama. Perempuan itu sedang keluar kamar dengan piyama putihnya. Pasti mau kedapur tuh. Kebiasa mama sebelum tidur minum air. Aku melihat kebawah. Papa tunggu depan pintu hingga mama balik. Dia. Mengandeng tangan mama ingin kecup keningnya tapi malu. Mama menujuk dengan kepala karena aku sedang lihat mereka.

"Xel kamu gangu tahu. Tidak bisa romantis kan!"

"Cih Papa ingat umur!" cibirku dengar senyum lebar. Mama jadi salting ya. Wanita ini masuk diluan seakan tuli dengar kalimat Papa.

HALELUYA [END]✓ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang