7-Lala Johnatan dan Ara

38 5 0
                                    

Mau ngomong aku sayang kamu, tapi sayang bibir aku itu pengecut! Tidak bisa bicara kaya keluh aja gitu! Namun tindakan aku tidak bisa bohong kalau emang aku sayang kamu!-Johnatan Axelo Caesar

Move on itu susah-susah gampang, apalagi kalau orang itu betulan serius sama kamu -Alexandra Mutiara

Hallelua ✝️🖤

Aku menatap kesebelaha lapangan upacara. Lala dengan mencak-mencak mengamuk pada Felix karena berani menariknya seenak jidat. Aku bahkan mengabaikan setiap ucapan Ara. Perempuan itu bicara sampe mulutnya berbusa.

Felix dan Saimen melatih anak anak paskibra. Mercy tumbeng tuh bocah tidak hadir juga. Ahli ahli karena Saimen ada latihan paskibra. Sebelum Felix kembali ke lapangan upacara. Kulihat Lala memarahi bocah itu, sebut saja aku penguntit. "Sialan rongsokan, aku tuh musti ngasih pelajaran buat nenek sihir itu. Emang dia kira dia siapa? Ngejelik aku muluh!" Muka Lala memerah seluruh aliran darah mengarah ke wajah sehingga rona merah timbul kepermukaan. Nafas dengan dada kembang kepis. Tentu saja emosi.

"Iya iya tahu, tapi ngapain sih kalian beratem muluh bikmal! Bikin malu!"

"Eh bodoh amat itu urusan aku, tidak ada urusannya yaa, sama kamu!" Tunjuk Lala didepan wajah lonjong laki-laki itu.

Perawakan tinggi. Dengan gaya tangan decak pinggang memutar dua retina hitam dengan malas. Sembari berlalu setelah kata, "Serah kamu deh La!"

"Yaa emang serah aku dong. Sok sibuk!" Lala memutar tubuh tepat saat itu. Wajahnya mendadak kaku. Ketika raut datarku kelihatan hangat, aku mendekatinya dengan gerakan kikuh. Perasaan gugup mulai menyelimutiku. Sebisa mungkin aku tenang. Tak mau terkesan gugup dengan cara mengaruk leher. Aku berujar dengan sikap cuek andalanku. Kulkas berjalan cap satu SMK KASIH YESUS untukku, "Pulang bareng."

Wajah Lala cengoh ekspresi kesal, marah murka lenyap dengan kesah planga-plongo. "HAH? PULANG BARENG!?"

Aku mengangguk seraya menyeka wajahku. "Kenapa tidak mau?"

Tak melihat mukanya aku tahu. Dia akan sangat senang. "Tidak mau? Yang bener aja Bang, mau bangeeeeeeeeet!"

Langkahku yang lebar. Perempuan dengan kalung besi bertag nama Gabriella itu mengekori hingga ditempat parkir.

"Bang John? Tidak bisa giniin aku! Enak aja kamu? Pulang bareng dia, harusnya aku!"

Suara teriakan yang sarat rasa cemburu dan emosi hilang. Ditelah deru motorku. Ninjah biru melesat cepat dari area SMK Kasih Yesus.

...

Kuedarkan pandangan ketika indar pendengaranku menangkap suara perempuan dibelakang tubuhku.
"Bang John tegah banget. Ninggalin aku disekolah tadi! Tegah banget sumpah!"

Lampu motor yang tengah aku perbaiki jauh menarik ketimbang meladeni perempuan berambut kepang dua ini.

"Ya Tuhan Bang, gitu amat sih!" Aku mencoba bodoh amat. Setelah mengganti bola lampu yang putus kucoba nyalakan dan ternyata sudah jadi.

"Mas lampunya sudah aman."

"Ini Pak makasih ya," kata si Bapak itu padaku dengan memberi uang. Sesuai harga ganti bola lampu motor yang mati.

"Sama-sama Pak." Aku merapikan alat-alat yang aku gunakan tadi kedalam tempat semula. Dilanjutkan dengan acara selanjutnya.

"Mas ganti oli dong."

"Iya sini motornya." Aku dari dalam etalase membawa oli mesin untuk diganti pada si motor Mbah berjihad putih.

Rupanya Ara masih setia memanggilku hingga dia capek sendiri. "Pelanggan diladeni aku kapan? Bang John!"

"Eh kalau mau jadi perusuh bukan disini tempatnya gangu!" sarkas Mercy yang turun dari motor KLXnya membawah sekotak martabat cokelat.

"Ini Bang, pesanannya aku balik yaa. Ketimbang bikin masalah disini!" Aku mengangguk sembari melakukan kegiatan semula. Tak lupa kata. Terimakasih aku haturkan.

Deru motor Mercy meninggalkan bunyi yang perlahan mulai hilang. Setelah ganti oli selain aku duduk dibangku panjang samping depan teras bengkel.

"Bang John!"

"Bang John!"

"Bang John!"

"Apa?" Aku menatap Ara malas perempuan itu duduk disampingku masih dengan pakaian seragamnya.

"Kamu belum pulang? Kenapa tidak ganti seragamnya?"

"Ini ini, ini yang bikin aku sudah move on! Susah lupain Bang Johnatan!"

Kening kiriku menukik seakan menunggu kalimat selanjutnya. Namun, yang aku dapat adalah!
....

TBC

HALELUYA [END]✓ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang