Perasaan ini terlalu kuat sampai membuat diri berlaku diluar kehendak
Hallelua ✝️🖤"Bang Johnatan aku ketoilet dulu." Aku mengangguk sembari menghapus keringat di jidat dengan handuk yang bergantung dipundakku.
"Di cari Ara sana?" Enos datang dan duduk disampingku kegiatan mengipasi diri dengan baju bawahnya. "Jangan ladenin ya, John kasihan Lala. Ngamuk lagi entar kamu sendiri yang repot. Kemana tuh cewek." Pandangan Enos menyapu area lapangan.
"Toilet."
"Datang datang?"
"Siapa?"
"Ara?"
Botol yang menjulur depan mataku. "Haus kan nih, aku bawain aqua botol."
Aku meraih botol minuman itu dan menatap Ara sembari membuka segelnya. Juga bangkit menjulang tinggi dihadapan gadis itu. Seperti biasa dengan datar. "Terimakasih."
"Sama-"
"John!" Suara Enos bersamaan derasnya guyuran air yang tumpah dikepala Ara. Dari botol aqua yang dia berikan "Makasih ya. Udah aku minum."
"Lala ayo pulang. Mau hujan ini." Kusambut perempuan yang tengah berhenti mendadak dipinggir lapangan basket. Dan hanya mengangguk kaku.
"Kenapa tadi Ara basah gitu?"
Hanya mengangkat bahu tak peduli. Aku merespon pertanyaan itu.
.....
"Pagiiiiiiiiiiiii." Sapaan ceria depan pintu kamarku. Siapa ini? Masih setengah jam eman masih dingin pula. Lala yang datang sepagi ini. Se-semangat apa bocah itu. Dan Mercy ngapain pagi-pagi udah bertingkah aneh. Apalagi seceria ini. Saimen dan Enos oh tidak mungkin.
"Apa?" Pertanyaan ini bersamaan dengan lebarnya daun pintu yang terbuka dengan mukaku yang masih mengantuk.
"Ara?"
"Iya hari ini aku ulang tahun. Aku pengin Bang Johnatan yang ucapkan sebelum yang lain." Kening mengerut. Aku terima kotak bening dengan kue bentuk hati diatas ada tertulis Hbd Ara.
Aku balik kebawah kue itu dan jatuh dengan manis dilantai.
"Abang, tidak gitu caranya terlalu sadis!" Mercy yang mendekat dengan wajah prihatin. Memandang tak enak kearah gadis itu. Aku menutup pintu kamar dengan suara dentuman keras menandakan aku tidak suka. Dan cukup menjelaskan seberapa marah aku saat ini.
"Maaf yaa, tindakan Bang Xel ck, keterlaluan. Selamat ulang tahun yaa. Ara GBU." Tidak peduli dengan apapun yang terjadi diluar.
Aku bersiap ke sekolah, kutengok jam ditanganku pukul setengah 7 pagi. Aku berlari turun tangga tanpa sarapan lagi. Terdengar suara mama dan si adik cerewetku?
"Makan dulu, Xel! Eh sekalian kamu anterin Ara yaa? Kasihan loh, cuma karena mau dengarkan ucapan ulang tahun dari kamu aja di udah disini dari jam 5?"
Aku berhenti sebelum kakiku melangkah keluar pintu yang hanya berjarak 1 meter.
"Iya Bang, jangan kasar juga kali, kek tidak punya hati aja. Ayolah Ara lagi ulang tahun ini?!" Kali ini tubuhku yang berbalik. Sekaligus memutar tumit. Namun masih diam belum melakukan pergerakan apa-apa.
"Sayang ayo, nanti kalian terlambat sebentar lagi jam 7 itu loh Xel!" Aku mendengus tak suka dengan tangan yang tenggelam dalam saku celana abu-abu.
"Cepat!" Satu kata itu yang membuat Ara buru-buru meneguk susu yang dibuatkan mama.
"Santai aja kali, paling Pak Marcus, jam 10 baru masuk!"
"Bacot, buruan! Ara!" Aku menengok jam tangan hitam lagi. Tak ada kompromi lagi. Kalau jalan kaki atau naik angkot ya, terserah aku bukan tukang ojeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HALELUYA [END]✓ Telah Terbit
Novela JuvenilPART MASIH LENGKAP!! FOLOW SEBELUM READING DAN TINGALKAN JEJAKNYA! Johnatan Axelo Caesar. Laki-laki dingin, irit dalam berkata. Sudah persis balok es, kulkas berjalan. Kapten basket dengan kaus biru, ikat kepala hitam menjadi ciri khasnya. Siapa sa...