- Kun -

890 181 183
                                    

Semoga feelnya dapat ya huhuhu
Susah banget nulis yang kaya gini
Aku sampai menye menye sendiri :(

Yaudah hayuk dibaca guys
Jangan sider ya!
Vote sama comment ya, Cantik!!!
.
.
.
.
.

Kun membuka sebuah pintu rumah yang terlihat megah, seorang wanita paruh baya sudah menantinya di sana sambil tersenyum.

Sadar akan senyum wanita itu, Kun membalasnya tampak hangat dan manis di saat yang bersamaan.

"Bagaimana sekolah anda, Tuan?" tanya wanita itu.

"Semuanya baik baik saja, Bi," jawab Kun.

"Mari saya bantu membawa tas, Tuan."

Kun tersenyum. "Tidak perlu, aku bisa sendiri."

"Baiklah, saya akan membawakan makanan untuk, Tuan."

"Terima kasih, Bi."

Wanita itu meninggalkannya pergi menuju dapur, sedangkan Kun, dia berjalan ke kamar.

Hanya kamarnya yang berada di bawah tepat di samping kamar para pelayan di sana.

Brak!

Kun terkejut mendengar suara pintu kamarnya di buka dengan kencang, di sana seorang pemuda sudah berdiri sembari mengenggam telapak tangannya dengan sangat erat.

Dia bangkit dan tersenyum pada pemuda itu, namun balasan dari sang pemuda di sana bukan senyum melainkan tatapan dingin.

Dia berjalan menuju Kun yang masih berdiri menatapnya sambil tersenyum manis.

Bugh!

Satu pukulan mengenai wajah Kun "DASAR ANAK CACAT! GARA-GARA LO SEMUANYA JADI HANCUR!! KENAPA SIH LO SELALU GANGGU HIDUP GUE?!"

"Dek, kamu kenapa? Aku ad-" gerakan tangan Kun ditepis saat dia belum selesai bertanya pada pemuda itu.

"Hala nggak usah sok polos deh lo! Lo itu pembawa sial! Cuman jadi beban untuk keluarga, pantes aja Mamah sama Papah benci sama lo! Jangan jangan lo memang bukan keluarga ini!"

"Tuan muda!" teriak wanita yang tadi menyambut Kun di depan pintu.

"Tuan muda, kenapa anda bicara seperti itu?"

"Bi, ajarin anak cacat ini untuk nggak ngangguk yang bukan miliknya!" ujar pemuda itu kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tuan, anda tidak papa? Wajah anda memar saya obati dulu luka anda."

Wanita itu kemudian berlari keluar mengambil kotak P3K yang di simpan di lemari dapur.

Kemudian dia mengobati memar di wajah Kun, anak itu terlihat baik-baik saja meski kata hinaan keluar dari mulut saudaranya.

Dia tidak tahu apa yang membuat adiknya itu marah kali ini, dia bahkan tidak melakukan kesalahan apapun selama pindah sekolah.

Bahkan permintaan dari sang adik untuk tidak mengenalnya di sekolah juga dia lakukan namun, masih saja dia membenci Kun.

Kini Kun sudah selesai diobati, di rumah semegah ini hanya Bi, Sunny yang selalu memberinya perhatian lebih. Kedua orang tuanya selalu sibuk dan meskipun mereka di rumah, mereka tidak akan menemani pemuda itu.

"Bi, aku mau makan," ujar Kun.

Tanpa banyak omong wanita itu menyuapinya dengan telaten dan lembut, hingga satu tetes air mata jatuh ke pipinya.

Qalifa [Qian Kun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang