- Malapetaka Tak Terduga -

513 76 19
                                    

Happy reading wayzenni!!!!












Relly berbaring di tempat tidurnya setelah kepulangan keluarga besarnya baru saja. Sudah cukup malam, jam juga sudah menunjukkan pukul 10. Relly yang baru saja selesai mandi duduk di depan cerminnya.

Kotak musik yang tadi dia dapatkan dari Rendi, Ia ambil kembali. Seulas senyum tipis diwajahnya muncul. Ia tak bisa berbohong perihal kebahagiannya hanya karena mendapatkan hal tersebut.

Relly kembali memutar instrumen yang ada dikotak musik itu, dia mendengarnya dengan hangat. Senyumnya masih terpatri diwajah cantiknya itu.

"Tapi, darimana Kun tau rumah Om Chandra? Apa dia pernah ke sana?" tanya Relly pada dirinya sendiri.

Relly tetaplah Relly, sebagaimana dia menyukai Kun dia masih belum tau mengenal pemuda itu secara mendalam. Bukan hanya Relly bahkan Yuta, anak angkat Chandra pun masih belum mengetahui siapa sebenar Kun dan se-istimewa apa dia.

Relly menghela nafasnya, dia beranjak dari tempatnya menuju kasur. Instrumen dari kotak musik itu masih dia putar untuk menemani tidurnya malam ini.

Relly sudah berbaring di kasurnya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Setelah kepergian semua keluarganya hujan tiba-tiba saja turun membasahi Ibu Kota Sulawesi Selatan itu. Suasana yang sangat cocok dengan instrumen dari kota musiknya.

Relly kembali tersenyum tatkala matanya menelusuri langit-langit kamarnya saat ini. Ada hal yang tak bisa dia ungkapkan melalui kata-kata dan itu tentang Kun.

"Malam ini hujan, Kun. Kamu lagi apa? Kamu suka hujan, 'kan?" ucap Relly tersenyum.

"Sampai ketemu besok, Kun dan makasih untuk hadiahnya." setelah mengucapkan hal itu dia memejamkan matanya. Larut ke dalam mimpi dengan suasana hujan yang cukup membuat tidur siapapun nyenyak.

Berbeda dengan Kun, karena hujan dia masih belum tidur. Dia membuka jendela kamarnya dan melihat bayangan-bayangan air yang jatuh dari kamarnya.

Senyumnya kembali terpatri di sana. Pemuda itu sangat menyukai hujan, baginya hujan adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan.

Namun, senyumnya hilang tatkala dia mengingat kejadian siang tadi. Jaehyun yang tiba-tiba berubah menjadi kembali kasar membuatnya sedikit bingung.

Dia juga kembali mengingat ucapan Jaehyun perihal Relly, serta kotak musik yang dia antarkan ke rumah Chandra. Dia yakin gadis yang dia suka tengah mendengarkan alunan instrumen itu. Benda yang dia pikir diberikan oleh Kun padahal tidak.

Jaehyun yang memberikannya dan Kun hanyalah perantara agar Relly mau menerima benda itu. Jaehyun tak main-main kalau dia akan mengambil Relly kembali. Dia bahkan memperingati Kun untuk menjaga jarak dari Relly mulai besok. Namun, Kun tak akan melakukan hal itu, dia lebih memilih disiksa Jaehyun daripada harus mengalah lagi dengan adiknya itu.

"Maafkan kakak, Jaehyun," batin Kun.

Kun menghela nafas panjang, dia menutup jendela kamarnya karena malam sudah semakin larut dan dia belum juga tidur.

Sebelum menutup jendala Kun mengulurkan tangannya, merasakan derasnya hujan yang turun malam ini. Dia tersenyum ketika mengingat Relly tak suka dengan hujan.

Setelah menutup jendela, Kun melangkah menuju kasur. Dia sudah biasa tidur tanpa menggunakan selimut. Pemuda itu memejamkan matanya dengan harapan besok dia tak akan diganggu oleh Jaehyun atau bahkan Doyoung. Hanya itu harapan kecil yang selalu Kun minta disetiap malamnya.

Malam yang dingin untuk kedua insan yang tengah tertidur di rumah yang terpisah itu. Semesta menyelimuti mereka dengan hal yang tak terduga. Relly yang membenci hujan dan Kun yang sangat menyuka hujan. Dua hal yang bertolak belakang, namun di pertemukan oleh semesta. Begitulah cara kerjanya. Susah untuk ditebak.














Qalifa [Qian Kun] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang